Minggu, 18 Desember 2011

tugas mendekati akhir

PENGARUH KOMPETENSI GURU DAN FASILITAS BELAJAR TERHADAP MOTIVASI BELAJAR SERTA IMPLIKASINYA TERHADAP HASIL BELAJAR.
(Studi survey:Pembelajaran IPS pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 1 Pangalengan Kabupaten Bandung)

    PENDAHULUAN
    LATAR BELAKANG
Pada umumnya, kebanyakan peneliti tertarik mengkaji tentang model, metode, dan startegi pembelajaran di sekolah. Sedangkan perlu dipahami terdapat hal yang paling esensial dalam sebuah proses pembelajaran, yaitu kompetensi guru. Menurut Syah (2004:132) “Kompetensi adalah kemampuan, kecakapan, keadaan berwenang, atau memenuhi syarat menurut ketentuan hukum”. Berdasarkan pendapat tersebut, maka kompetensi guru dalam pendidikan dimulai dari sikap, bersosialisasi serta ketika menghadapi keanekaragaman individu dikelas, dengan menerapkan cara penyampaian materi yang tepat, pemanfaatan fasilitas belajar, serta penguasaan materi ajar agar materi yang disampaikan dapat diterima dengan baik oleh peserta didik. Karena kompetensi guru diharapkan dapat membuat peserta didik merasa nyaman dan termotivasi dalam mengikuti pembelajaran di kelas sehingga dapat menunjang hasil belajarnya.
Guru sebagai pendidik ataupun pengajar merupakan faktor penentu keberhasilan pendidikan disekolah. Tugas guru yang utama adalah memberikan pengetahuan (cognitive), sikap/nilai (affective), dan keterampilan (psichomotor) kepada peserta didik. Tugas guru dilapangan pengajaran berperan juga sebagai pembimbing proses pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan sebagaimana tertuang dalam undang-undang. Dengan demikian tugas dan peranan guru adalah mengajar dan mendidik.Berkaitan dengan itu guru harus memiliki kompetensi dan disiplin ilmunya masing-masing dalam berperan serta mencerdaskan bangsa. Adlan mengemukakan bahwa: Dalam menjalankan kewenangan profesionalnya, kompetensi guru dibagi dalam tiga bagian yaitu: (1) kompetensi kognitif, yaitu kemampuan dalam bidang intelektual, seperti pengetahuan tentang belajar mengajar, dan tingkah laku individu, (2) Kompetensi afektif, yaitu kesiapan dan kemampuan guru dalam berbagai hal yang berkaitan dengan tugas profesinya, seperti menghargai pekerjaannya, mencintai mata pelajaran yang dibinanya, dan (3) kompetensi perilaku, yaitu kemampuan dalam berperilaku, seperti membimbing dan menilai.
Dalam pembelajaran IPS berperan mengfungsionalkan dan merealisasikan ilmu-ilmu sosial yang bersifat teoritik kedalam kehidupan bermasyarakat. IPS mengintegrasikan dan mengorganisasikan secara pedagogik dari berbagai ilmu sosial yang diperuntukkan bagi pembelajaran ditingkat persekolahan sehingga melalui pembelajaran IPS siswa mampu membawa dirinya secara dewasa dan bijak dalam kehidupan nyata, melalui pembelajaran IPS juga siswa diharapkan mampu menguasai teori-teori kehidupan dan menjalani kehidupan nyata dimasyarakat sebagai makhluk sosial. Sistrunk Masson (dalam Sapriya dkk, 2006:6) mengartikan IPS “sebagai suatu pengajaran yang membimbing para pemuda dan pemudi kearah menjadi wrga Negara yang cerdas, hidup fungsional, efektif, produktif, dan berguna".
Tetapi kondisi pembelajaran IPS di negara kita sampai saat ini masih banyak diwarnai dengan menggunakan model pembelajaran yang konvensional seperti ceramah. Metode ceramah itu lebih menitik beratkan guru sebagi pusat informasi atau guru hanya menyalurkan ilmunya kepada siswanya sedangkan siswa hanya sebagai pendengar setia saja.Ditambah lagi guru sering menugaskan siswanya untuk menulis atau menghafal materi dalam pembelajaran IPS. Pada akhirnya seringkali kita mendengar bahwa pembelajaran IPS itu sangat membosankan, jenuh bahkan siswa menjadi kurang aktif dalam proses pembelajaran.
Sesuai dengan hakikat pendidikan bahwa hasil belajar yang dicapai oleh siswa tergantung pada aktivitas belajar siswa selama mengikuti PBM disekolah. Dalam meningkatkan aktivitas belajar siswa tersebut dibutuhkan suatu pendorong,penggerak dan pengarah perbuatan belajar. Semakin besar motivasi siswa untuk belajar maka semakin baik hasil belajar yang akan diperoleh. Dengan perkataan lain hasil belajar siswa sangat dipengaruhi oleh motivasi belajar siswa baik yang berasal dari dalam diri siswa (faktor internal) maupun dari luar diri siswa (faktor eksternal).
Guru merupakan seseorang yang sangat berperan besar dalam menumbuhkan motivasi belajar siswa. Guru yang kompeten akan mampu menumbuhkan motivasi belajar siswa, sehingga menciptakan kondisi belajar yang efektif dan hasil belajar yang diperoleh akan optimal. Selain peran guru, fasilitas belajar memiliki peranan yang penting pula. Jika fasilitas belajar memadai, maka masalah yang dihadapi oleh siswa dalam belajar relatif kecil. Sehingga siswa lebih termotivasi untuk belajar. Dengan adanya peranan dari guru serta fasilitas belajar yang memadai akan membantu menumbuhkembangkan motivasi yang ada dalam diri siswa untuk belajar.
Oleh karena itu, keberhasilan pembelajaran khususnya pembelajaran IPS diduga sangat dipengaruhi oleh kompetensi guru dalam menerapkan atau memanfaatkan fasilitas belajar, model, metode, startegi pembelajaran agar siswa lebih termotivasi dalam belajar yang berimplikasi terhadap hasil belajarnya.
Berdasarkan hal tersebut diatas, maka peneliti bermaksud mengkaji lebih mendalam tentang “Pengaruh Kompetensi Guru dan Fasilitas Belajar Terhadap Motivasi Belajar serta Implikasinya terhadap Hasil Belajar (Studi survey: Pembelajaran IPS pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 1 Pangalengan)”.
    RUMUSAN MASALAH
Permasalahan dalam penelitian adalah : Apakah Terdapat Pengaruh Kompetensi Guru, fasilitas belajar dan motivasi belajar terhadap hasil belajar IPS siswa kelas VII SMP Negeri 1 Pangalengan?. Berdasarkan rumusan masalah  tersebut,  maka  pertanyaan  penelitian  akan  dijabarkan  sebagai
berikut :
    Bagaimanakah pengaruh kompetensi guru terhadap motivasi belajar IPS siswa Kelas VII SMPN.No.1 Pangalengan.
    Bagaimanakah pengaruh fasilitas belajar terhadap motivasi belajar siswa
    Bagaimanakah pengaruh dari kompetensi guru terhadap hasil belajar siswa
    Bagaimanakah pengaruh fasilitas belajar terhadap hasil belajar siswa
    Bagaimanakah pengaruh motivasi belajar terhadap hasil belajar siswa
    DEFINISI OPERASIONAL
Definisi operasional dalam penelitian ini adalah:
    Kompetensi guru
Kompetensi guru adalah kualifikasi akademik guru IPS dan cara guru dalam mengelola pembelajaran IPS, pemanfaatan fasilitas dan motivasi belajar siswa. Kompetensi sebagai kemampuan (ability), yaitu kapasitas seseorang individuuntuk mengerjakan berbagai tugas dalam suatu pekerjaan. Kemampuan individu dibentuk dari dua perangkat faktor, yaitu faktor kemampuan intelektual dan faktor kemampuan fisik. Kemampuan intelektual adalah kemampuan yang diperlukan untuk melakukan kegiatan mental sedangkan kemampuan fisik adalah kemampuan yang diperlukan untuk melakukan tugas-tugas yang menuntut stamina, kecekatan, kekuatan dan keterampilan. (Robbins, 2001:37)
Mc Ashlan dalam E. Mulyasa (2003:38) mengatakan, “Competency is a knowledge, skill and abilities of capabilities that a person achieves, which become a part of his or her being to the extent he or she can satisfactorily particular cognitive,affective and psychomotor behavior”.

Dalam pengertian ini Mc Ashlan menekankan bahwa kompetensi diartikan sebagai pengetahuan, keterampilan yang dikuasai oleh seseorang yang telah menjadi bagian dari dirinya sehingga ia dapat melakukan perilaku-perilaku kognitif, afektif dan psikomotorik dengan sebaik-baiknya.
    Fasilitas Belajar
Fasilitas belajar identik dengan sarana prasarana pendidikan.  Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, Bab VII Standar Sarana dan Prasarana, pasal 42 menegaskan bahwa : (1) Setiap satuan pendidikan wajib memiliki sarana yang meliputi perabot, peralatan pendidikan, media pendidikan, buku dan sumber belajar lainnya,bahan habis pakai, serta perlengkapan lain yang diperlukan untuk menunjang proses pembelajaran yang teratur dan berkelanjutan, (2) Setiap satuan pendidikan wajib memiliki prasarana yang meliputi lahan, ruang kelas, ruang pimpinan satuan pendidikan, ruang pendidik, ruang tata usaha, ruang perpustakaan, ruang laboratorium, ruang bengkel kerja, ruang unitproduksi, ruang kantin, instalasi daya dan jasa, tempat olahraga, tempatberibadah, tempat bermain, tempat berkreasi, dan ruang/ tempat lain yang diperlukan untuk menunjang proses pembelajaran yang teratur dan berkelanjutan.
Mulyasa (2005:49) dalam Manajemen Berbasis Sekolah menyatakan bahwa, yang dimaksud dengan sarana pendidikan adalah peralatan dan perlengkapan yang secara langsung dipergunakan dan menunjang proses pendidikan, khususnya proses belajar mengajar, seperti gedung, ruang kelas, meja kursi, serta alat-alat dan media pengajaran.  Adapun yang dimaksud dengan prasarana pendidikan adalah fasilitas yang secara tidak langsung menunjang jalannya proses pendidikan atau pengajaran, seperti halaman sekolah, kebun, taman sekolah, jalan menuju sekolah, tetapi jika dimanfaatkan secara langsung untuk proses belajar mengajar, seperti taman sekolah untuk pengajaran biologi, halaman sekolah juga sekaligus lapangan olah raga, komponen tersebut merupakan sarana pendidikan. Ciri utama dari kegiatan pembelajaran adalah adanya interaksi. lnteraksi yang terjadi antara sibelajar dengan lingkungan belajarnya, baik itu dengan guru, teman-temannya, tutor, media pembelajaran, dan atau sumber-sumber belajar yang lain, komponen pembelajaran itu sendiri. Dimana didalam pembelajaran akan terdapat komponen-komponen sebagai berikut; tujuan, materi/bahan ajar, metode dan media, evaluasi, anak didik/ siswa, dan adanya pendidik/guru (Riyana, 2007).

     Motivasi Belajar
Motivasi berasal dari kata motif. Motif berarti suatu perangsang atau dorongan dari dalam (inner drive) yang menyebabkan seseorang membuat sesuatu. Payaman J. Simanjuntak (2001:199) mengatakan bahwa, motivasi dalam sekolah merupakan proses bagaimana menumbuhkan dan menimbulkan dorongan supaya seseorang berbuat atau belajar. Oleh sebab itu setiap guru akan selalu mengusahakan agar kegiatan yang dilakukan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan dapat dilakukan dengan cara yang efektif dan efisien. Untuk itu perlu diadakan perencanaan, pengorganisasian, koordinasi kerja dan pengawasan secara baik. Dengan kata lain hal-hal itu semua dilaksanakan agar tujuan yang telah ditetapkan dapat dicapai secara efektif dan efisien.
Dengan demikian motivasi adalah usaha atau kegiatan dari guru sekolah untuk menimbulkan dan meningkatkan semangat dan kegairahan belajar dari para siswanya.
     Hasil Belajar
Abin Syamsudin (2004:45) mengemukakan bahwa “hasil belajar adalah perubahan perilaku dan sikap baik itu kognitif, afektif dan psikomotor. Hasil belajar merupakan kemampuan-kemampuan yang dimiliki oleh siswa setelah menerima pengalaman belajar”. Pendapat lain mengenai hasil belajar dikemukakan oleh Oemar Hamalik (2002:30) yang menyatakan bahwa “Bukti bahwa seseorang telah belajar ialah terjadinya perubahan tingkah laku pada orang tersebut, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak mengerti menjadi mengerti”.
Hasil Belajar adalah nilai rata-rata indivdu setiap kelas yang dicapai siswa  kelas VII di SMP 1 Pengalengan dalam pembelajaran IPS.
    TUJUAN PENELITIAN
Tujuan penelitian ini dibagi menjadi dua (2) yaitu tujuan umum dan tujuan khusus.
    Tujuan Umum
Secara umum tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan gambaran tentang pengaruh kompetensi guru terhadap hasil belajar IPS siswa kelas VII di SMP 1 Pengalengan Kabupaten Bandung Selatan.
    Tujuan Khusus
Secara khusus tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui:
    Kompetensi guru IPS siswa kelas VII di SMP 1 Pengalengan Kabupaten Bandung Selatan.
    Hasil belajar IPS siswa kelas VII di SMP 1 Pengalengan Kabupaten Bandung Selatan.
    Pengaruh kompetensi guru, fasilitas dan motivasi belajar terhadap hasil belajar IPS siswa kelas VII di SMP 1 Pengalengan Kabupaten Bandung Selatan.
    MANFAAT PENELITIAN
    Manfaat teoritis
Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan rekomendasi dan perluasan wawasan, ide berdasarkan kelebihan komparatf bahwa pembelajaran IPS di tingkat SMP memberikan kontribusi terhadap pengembangan modal sosial.
    Manfaat Prakis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat mengungkap pengaruh kompetensi guru terhadap hasil belajar IPS siswa kelas VII di SMP 1 Pengalengan Kabupaten Bandung.

    KAJIAN TEORI
    LANDASAN TEORI
    Pengertian Kompetensi Guru
Menurut Syah (2004), “kompetensi” adalah kemampuan, kecakapan, keadaan berwenang, atau memenuhui syarat menurut ketentuan hukum. Selanjutnya masih menurut Syah, dikemukakan bahwa kompetensi guru adalah kemampuan seorang guru dalam melaksanakan kewajiban-kewajibannya secara bertanggung jawab dan layak.Jadi kompetensi profesional guru dapat diartikan sebagai kemampuan dan kewenangan guru dalam menjalankan profesi keguruannya. Guru yang kompenten dan profesional adalah guru piawai dalam melaksanakan profesinya. Kata “profesional” erat kaitannya dengan kata “profesi”. Profesi adalah pekerjaan yang untuk melaksanakannya memerlukan sejumlah persyaratan tertentu. Definisi ini menyatakan bahwa suatu profesi menyajikan jasa yang berdasarkan ilmu pengetahuan yang hanya difahami oleh orang-orang tertentu yang secara sistematik diformulasikan dan diterapkan untuk memenuhi kebutuhan klien dalam hal ini masyarakat.Salah satu contoh profesi yaitu guru.
Guru adalah pendidik professional dengan tugas utama mendidik,mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan megevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar dan pendidikan menengah. (Undang-Undang Republik Indonesia No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen).
Berdasarkan uraian diatas, dalam menjalankan tugasnya pendidik harus memiliki kualifikasi akademik dan kompetensi sebagai agen pembelajaran, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Kompetensi yang dimiliki oleh setiap guru akan mewujudkan kualitas guru yang sebenarnya. Kompetensi tersebut akan terwujud dalam bentuk pengetahuan dan perbuatan secara professional dalam menjalankan fungsi sebagai guru.
Menurut Uzer Usman (2006:14), mengemukakan bahwa “Kompetensi merupakan kemampuan dan kewenangan guru dalam melaksanakan profesi keguruannya”.
Dalam melaksanakan profesinya, profesional harus mengacu pada standar profesi. Standar profesi adalah prosedur dan norma-norma dan prinsip-prinsip yang dipergunakan sebagai pedoman agar keluaran kuantitas dan kualitas pelaksanaan profesi tinggi sehingga kebutuhan orang dan masyarakat ketika diperlukan dapat dipenuhi.  Mengacu kepada uraian di atas, maka kompetensi profesional guru dapat diartikan sebagai kemampuan seorang guru dalam melaksanakan tugas profesi keguruan dengan penuh tanggung jawab dan dedikasi tinggi dengan sarana penunjang berupa bekal pengetahuan yang dimilikinya. Kompetensi merupakan perilaku yang irasional untuk mencapai tujuan yang dipersyaratkan sesuai dengan kondisi yang dipersyaratkan pula. Kompetensi sangat diperlukan untuk mengembangkan kualitas dan aktivitas tenaga kependidikan. Guru sebagai pendidik ataupun sebagai pengajar merupakan faktor penentu keberhasilan pendidikan di sekolah. Tugas guru yang utama adalah memberikan pengetahuan (cognitive), sikap/nilai (affective), dan keterampilan (psychometer)  kepada anak didik. Tugas guru di lapangan pengajaran berperanan  juga sebagai pembimbing proses belajar mengajar untuk mencapai tujuan pendidikan.  Dengan demikian tugas dan peranan guru adalah mengajar dan mendidik. Berkaitan dengan hal tersebut guru harus memiliki inovasi tinggi.
Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, “Kompetensi guru adalah seperangkat pengetahuan, keterampilan dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh guru atau dosen dalam melaksanakan tugas keprofesionalan”.
Berdasarkan pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa kompetensi guru merupakan kemampuan yang harus dimiliki oleh seorang guru untuk menguasai pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap yang ditunjukkan dalam menjalankan tugas dan kewajibannya sebagai seorang guru, sehingga mampu untuk mengembangkan kualitas dan aktivitas tenaga kependidikannya yang akan diberikan kepada peserta didik.
Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 16 Tahun 2007, Kompetensi guru terdiri dari:
    Kompetensi Pedagogik adalah kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik.
    Kompetensi kepribadian adalah kemampuan kepribadian yang mantap,berakhlak mulia, arif dan berwibawa serta menjadi teladan peserta didik.
    Kompetensi professional adalah kemampuan penguasaan materi pelajaran secara luas dan mendalam.
    Kompetensi sosial adalah kemampuan guru untuk berkomunikasi dan berinteraksi secara efektif dan efisien dengan peserta didik, sesama guru, orang tua/wali peserta didik dan masyarakat luas.
Dalam penelitian ini, kompetensi guru yang diteliti adalah kompetensi guru secara utuh yaitu kompetensi pedagogik, kompetensi sosial, kompetensi kepribadian dan kompetensi profesional. Berikut ini penjabaran kompetensi guru ekonomi.
Sedangkan Sudjana mengemukakan empat kompetensi guru: (1) mempunyai pengetahuan tentang belajar dan tingkah laku manusia, (2) mempunyai pengetahuan dan menguasai bidang studi yang dibinanya, (3) mempunyai sikap yang tepat tentang diri sendiri, sekolah, teman sejawat, dan bidang studi yang dibinanya, dan(4) mempunyai keterampilan teknik mengajar.
Berdasarkan uraian di atas, konsep kompetensi profesional guru dapat diartikan sebagai kemampuan dasar melaksanakan tugas keguruan yang dapat dilihat dari kemampuan merencanakan program belajar mengajar, kemampuan melaksanakan atau mengelola proses belajar mengajar, dan kemampuan menilai proses belajar mengajar.
                                                        TABEL 1
KOMPETENSI GURU
No    KOMPETENSI INTI GURU    KOMPETENSI GURU MATA PELJARAN
Kompetensi Pedagogik
1    Menguasai karakteristik
Peserta didik dari   spekfisik,moral, spiritual, sosial,kultural,emosional, danintelektual.    1.1       Memahami karakteristik peserta didik yang berkaitan dengan aspek fisik,intelektual, sosial-emosional, moral,spiritual, dan latar belakang social budaya.
1.2       Mengidentifikasi potensi peserta didik dalam mata pelajaran yang diampu.
1.3       Mengidentifikasi bekal-ajar awal peserta didik dalam mata pelajaran yang diampu.
1.4       Mengidentifikasi kesulitan belajar peserta didik dalam mata pelajaran yang diampu.
2    Menguasai teori belajar dan
prinsip-prinsip pembelajaran yang mendidik.    2.1       Memahami berbagai teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran yang mendidik terkait dengan mata pelajaran yang diampu.
2.2       Menerapkan berbagai pendekatan,
            strategi, metode, dan teknik pembelajaran yang mendidik secara kreatif dalam mata
            pelajaran yang diampu.
3    Mengembangkan kurikulum yang terkait dengan mata
pelajaran yang diampu.    3.1       Memahami prinsip-prinsip
            pengembangan kurikulum.
3.2       Menentukan tujuan pembelajaran yang diampu.
3.3       Menentukan pengalaman belajar yang sesuai untuk mencapai tujuan pembelajaran yang diampu.
3.4       Memilih materi pembelajaran yang diampu yang terkait dengan pengalaman belajar dan tujuan pembelajaran.
3.5       Menata materi pembelajaran secara benar sesuai dengan pendekatan yang dipilih dan karakteristik peserta didik.
3.6       Mengembangkan indikator dan instrument penilaian.
4    Menyelenggarakan
pembelajaran yang mendidik.    4.1      Memahami prinsip-prinsip perancangan pembelajaran yang mendidik.
4.2       Mengembangkan komponen-komponen rancangan pembelajaran.
4.3       Menyusun rancangan pembelajaran yang lengkap, baik untuk kegiatan di dalam kelas, laboratorium, maupun lapangan.
4.4       Melaksanakan pembelajaran yang mendidik di kelas, di laboratorium, dan dilapangan dengan memperhatikan standar keamanan yang dipersyaratkan.
4.5       Menggunakan media pembelajaran dan sumber belajar yang relevan dengan karakteristik peserta didik dan mata pelajaran yang diampu untuk mencapai tujuan pembelajaran secara utuh.
4.6       Mengambil keputusan transaksional dalam pembelajaran yang diampu sesuai dengan situasi yang berkembang.
5    Memanfaatkan teknologi
informasi dan komunikasi
untuk kepentingan
pembelajaran.    5.1       Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi dalam pembelajaran yang diampu.
6    Memfasilitasi    pengembangan
potensi peserta didik untuk
mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimiliki.    6.1       Menyediakan berbagai kegiatan
            pembelajaran untuk mendorong peserta didik mencapai prestasi secara optimal.
6.2       Menyediakan berbagai   kegiatan
            Pembelajaran untuk mengaktualisasikan potensi peserta didik, termasuk kreativitasnya.
7    Berkomunikasi secara efektif,empatik, dan santun dengan peserta didik.    7.1     Memahami berbagai strategi
          berkomunikasi yang efektif, empatik, dan santun, secara lisan, tulisan, dan/atau bentuk lain.
7.2    Berkomunikasi secara efektif, empatik,dan santun dengan peserta didik dengan bahasa yang khas dalam interaksi kegiatan/permainan yang mendidik yang terbangun secara siklikal dari (a)penyiapan kondisi psikologis peserta didik untuk ambil bagian dalam permainan melalui bujukan dan contoh, (b) ajakan kepada peserta didik untuk ambil bagian,(c) respons peserta didik terhadap ajakan guru, dan (d) reaksi guru terhadap respons peserta didik, dan seterusnya.
8    Menyelenggarakan penilaian dan evaluasi proses dan hasil belajar.    8.1      Memahami prinsip-prinsip penilaian dan evaluasi proses dan hasil belajar sesuai dengan karakteristik mata pelajaran yang diampu.
8.2       Menentukan aspek-aspek proses dan hasil belajar yang penting untuk dinilai dan dievaluasi sesuai dengan karakteristik mata pelajaran yang diampu.
8.3       Menentukan prosedur penilaian dan evaluasi proses dan hasil belajar.
8.4       Mengembangkan instrumen penilaian dan evaluasi proses dan hasil belajar.
8.5       Mengadministrasikan penilaian proses dan hasil belajar secara
            berkesinambungan dengan mengunakan berbagai instrumen.
8.6       Menganalisis hasil penilaian proses dan hasil belajar untuk   berbagai tujuan.
8.7       Melakukan evaluasi proses dan hasil belajar.
9    Memanfaatkan hasil penilaian dan evaluasi untuk
kepentingan pembelajaran.    9.1       Menggunakan informasi hasil penilaian dan evaluasi untuk menentukan ketuntasan belajar
9.2       Menggunakan informasi hasil penilaian dan evaluasi untuk merancang program remedial dan pengayaan.
9.3       Mengkomunikasikan hasil penilaian dan evaluasi kepada pemangku kepentingan.
9.4       Memanfaatkan informasi hasil penilaian dan evaluasi pembelajaran untuk meningkatkan kualitas pembelajaran.
10    Melakukan tindakan reflektif untuk peningkatan kualitas
pembelajaran.    10.1       Melakukan refleksi terhadap
              pembelajaran yang telah dilaksanakan.
10.2       Memanfaatkan hasil refleksi  untuk perbaikan dan pengembangan pembelajaran dalam mata pelajaran yang diampu.
10.3       Melakukan penelitian tindakan kelas untuk meningkatkan kualitas pembelajaran dalam mata pelajaran yang diampu.
Kompetensi Kepribadian
11    Bertindak sesuai dengan
norma agama, hukum, sosial,dan kebudayaan nasional Indonesia.    11.1      Menghargai peserta didik tanpa membedakan keyakinan yang dianut, suku, adat-istiadat, daerah asal, dan gender.
11.2      Bersikap sesuai dengan norma agama yang dianut, hukum dan sosial yang berlaku dalam masyarakat, dan kebudayaan nasional Indonesia yang beragam.
12    Menampilkan diri sebagai
pribadi yang jujur, berakhlak mulia, dan teladan bagi peserta didik dan masyarakat.    12.1     Berperilaku jujur, tegas, dan manusiawi.
12.2     Berperilaku yang mencerminkan ketakwaan dan akhlak mulia.
12.3     Berperilaku yang dapat diteladan oleh peserta didik dan anggota masyarakat di sekitarnya.
13    Menampilkan diri sebagai
pribadi yang mantap, stabil,dewasa, arif, dan berwibawa.    13.1     Menampilkan diri sebagai pribadi yang mantap dan stabil.
13.2     Menampilkan diri sebagai    pribadi yang dewasa, arif, dan berwibawa.
14    Menunjukkan etos kerja,
tanggung jawab yang tinggi,rasa bangga menjadi guru,dan rasa percaya diri.    14.1     Menunjukkan etos kerja dan tanggung jawab yang tinggi.
14.2     Bangga menjadi guru dan percaya pada diri sendiri.
14.3     Bekerja mandiri secara profesional.
15    Menjunjung tinggi kode etik profesi guru.    15.1     Memahami kode etik profesi guru.
15.2     Menerapkan kode etik profesi guru.
15.3     Berperilaku sesuai dengan kode etik profesi guru.
Kompetensi Sosial
16    Bersikap inklusif, bertindak objektif, serta tidak diskriminatif karena
pertimbangan jenis kelamin,agama, ras, kondisi fisik, latar
belakang keluarga, dan status sosial ekonomi.    16.1     Bersikap inklusif dan objektif terhadap peserta didik, teman sejawat dan lingkungan sekitar dalam melaksanakan pembelajaran.
16.2    Tidak bersikap diskriminatif terhadap peserta didik, teman sejawat, orang tua peserta didik dan lingkungan sekolah karena perbedaan agama, suku, jenis kelamin, latar belakang keluarga, dan status sosial-ekonomi.
17    Berkomunikasi secara efektif,empatik, dan santun dengan
sesama pendidik, tenaga
kependidikan, orang tua, dan masyarakat.    17.1     Berkomunikasi dengan teman sejawat dan komunitas ilmiah lainnya secara santun, empatik dan efektif.
17.2     Berkomunikasi dengan orang tua peserta didik dan asyarakat secara santun,empatik, dan efektif tentang program     pembelajaran dan kemajuan
            peserta didik.
17.3     Mengikutsertakan orang tua peserta didik dan masyarakat dalam program pembelajaran dan dalam mengatasi kesulitan belajar peserta didik.
18    Beradaptasi di tempat
bertugas di seluruh wilayah
Republik Indonesia yang
memiliki keragaman sosial budaya.    18.1     Berkomunikasi dengan teman sejawat,profesi ilmiah, dan komunitas ilmiah lainnya melalui berbagai media dalam rangka meningkatkan kualitas pembelajaran.
18.2     Mengkomunikasikan hasil-hasil inovasi pembelajaran kepada komunitas profesi sendiri secara lisan dan tulisan maupun bentuk lain.
Kompetensi Profesional
19    Menguasai materi, struktur,konsep dan pola pikir keilmuan yang mendukung mata pelajaran yang diampu    19.1    Memahami materi, struktur, konsep dan pola pikir keilmuan yang mendudkung mata pelajaran ekonomi
19.2    Membedakan pendekatan-pendekatan ekonomi
19.3    Menunjukkan manfaat mata pelajaran ekonomi
20    Menguasai standar kompetensi dan kompetensi mata pelajaran yang diampu    20.1    Memahami standar kompetensi mata pelajaran yang diampu
20.2    Memahami kompetensi dasar mata pelajaran yang diampu
20.3    Memahami tujuan pembelajaran yang diampu
21    Mengembangkan materi
pembelajaran yang diampu secara kreatif    21.1    Memilih materi pembelajaran yang diampu sesuai dengan tingkat perkembangan peserta didik
21.2    Mengolah materi pelajaran yang diampu secara kratif sesuai dengan tingkat perkembangan peserta didik

22    Mengembangkan
keprofesionalan secara
berkelanjutan dengan
melakukan tindakan kreatif    22.1    Melakukan refleksi terhadap kinerja sendiri secara terus menerus
22.2    Memanfaatkan hasil refleksi dalam rangka peningkatan keprofesionalan
22.3    Melakukan penelitian tindakan kelas untuk peningkatan keprofesionalan
22.4    Mengikuti kemajuan zaman dengan belajar dari berbagai sumber
23    Memanfaatkan teknologi
informasi dan komunikasi
untuk mengembangkan diri    23.1    Memanfaatkan teknologi inforamsi dan komunikasi dalam berkomunikasi untuk mengembangkan diri
Sumber : Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 16 Tahun 2007
    Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kompetensi Guru
Menurut  Eko Putro Widoyoko http:www.umpwr.ac.id /web/download
/publikasi-ilmiah/.pdf), faktor-faktor yang mempengaruhi kompetensi guru yaitu sebagai berikut:
     Latar Belakang Pendidikan
      Latar belakang dapat dilihat dari dua sisi, yaitu kesesuaian antara bidang   ilmu yang ditempuh dengan bidang tugas dan jenjang pendidikan.
     Pengalaman Mengajar
     Pengalaman mengajar pada hakekatnya merupakan dari rangkuman pengalaman seseorang terhadap hal-hal yang dialami dalam mengajar sehingga hal-hal yang dialami tersebut telah dikusainya, baik pengetahuan,keterampilan maupun nilai-nilai yang telah menyatu pada dirinya.
c).  Etos Kerja
     Seorang guru yang mempunyai etos kerja yang tinggi akan mengerjakan pekerjaanya lebih semangat dan menekuni pekerjaannya dengan tanggungjawab besar, sehingga akan berpengaruh terhadap keberhasilan kerjanya.
b.   Peran Guru dalam Proses Belajar Mengajar
Dalam proses pembelajaran guru memiliki peranan sangat penting dan strategi dalam membimbing peserta didik ke arah kedewasaan, kematangan dan kemandirian, sehingga guru sering dikatakan sebagai ujung tombak pendidikan. Guru sebagai komponen pendidikan memiliki peran yang sangat penting dalam penyelenggaraan pendidikan, sebagaimana dikemukakan oleh Syaiful Sagala (2009:99), bahwa:
Secara sederhana mudah dikatakan bahwa peranan guru menyelenggarakan proses belajar mengajar, yaitu membantu dan memfasilitasi peserta didik agar mengalami dan melaksanakan proses pembelajaran yang berkualitas.  Peran tersebut menempatkan guru pada posisi sebagai pemegang kendali dalam menciptakan dan mengembangkan interaksinya dengan peserta didik, agar terjadi proses pembelajaran yang efektif dan efisien.
Peranan guru dalam proses belajar mengajar tersebut merupakan bagian yang sangat menetukan tingkat keberhasilan peserta didiknya. Penentuan proses belajar dan hasil belajar sebagian besar ditentukan oleh kompetensi guru, sebagaimana dijelaskan bahwa: Proses belajar dan hasil belajar para siswa bukan saatnya ditentukan oleh sekolah, pola, struktur dan isi kurikulum, melainkan sebagian besar ditentukan oleh kompetensi guru yang mengajar dan membimbing mereka. Guru yang kompeten akan lebih mampu menciptakan lingkungan belajar yang efektif, menyenangkan, dan akan lebih mampu mengelola kelasnya, sehingga siswa belajar pada tingkat optimal. (Oemar Hamalik, 2002:36).

 b. Pengertian Fasilitas Belajar
Fasilitas belajar adalah semua kebutuhan yang diperlukan oleh peserta didik dalam rangka untuk memudahkan, melancarkan, dan menunjang dalam kegiatan pembelajaran di sekolah. Supaya kegiatan belajar lebih efektif dan efesien yang nantinya siswa dapat belajar dengan maksimal dan memperoleh hasil belajar yang memuaskan. Fasilitas belajar yang dimaksud adalah alat pelajaran, alat peraga, media pembelajaran yang dapat menunjang proses pembelajaran. Menurut Hujair AH. Sanaky (2009:20) alat-alat yang dikategorikan sebagai alat pembelajaran adalah sebagai berikut:
    Buku-buku perpustakaan, buku pegangan pengajar maupun pembelajar, dan buku pelajaran.
    Alat peraga, digunakan oleh pengajar saat proses pembelajaran
    Alat praktik, dilaboratorium, bengkel kerja, dan lain-lain.
    Alat tulis menulis, penunjuk, lasser, dan lain-lain.

Fasilitas merupakan kelengkapan proses belajar mengajar yang harus dimiliki oleh sekolah. Muhibbin (2003:138), mengemukakan bahwa “fasilitas merupakan factor-faktor yang termasuk lingkungan nonsosial yaitu gedung sekolah dan letaknya, rumah tempat tinggal keluarga siswa dan letaknya, alat-alat belajar, keadaan cuaca dan waktu belajar yang digunakan siswa”. Kelengkapan fasilitas belajar tidak bisa diabaikan. Lengkap tidaknya fasilitas belajar yang dimiliki ikut menentukan kualitas proses pembelajaran.
Menurut Dimyati dan Mudjiono (2002:249), bahwa “sarana pembelajaran meliputi buku pelajaran, alat dan fasilitas laboratorium sekolah serta berbagai media pembelajaran yang lain. Sedangkan prasarana pembelajaran meliputi gedung sekolah, ruang belajar, lapangan olah raga, ruang ibadah, ruang kesenian dan peralatan olah raga”.
Oleh karena itu, fasilitas belajar sangat bermanfaat bagi guru dan siswa dalam kegiatan pembelajaran.Dengan fasilitas belajar yang lengkap kegiatan pembelajaran dapat berjalan dengan lancar.


    Peranan Fasilitas Belajar Dalam Proses Belajar Mengajar

Fasilitas belajar mempunyai arti penting dalam pendidikan. Fasilitas belajar merupakan salah satu factor penting bagi berlangsungnya kegiatan belajar dan keberhasilan dalam proses belajar mengajar. “keadaan fasilitas fisik tempat belajar berlangsung disekolah ataupun dirumah sangat mempengaruhi efisiensi hasil belajar”. Keadaan fisik yang lebih baik lebih menguntungkan murid belajar dengan tenang dan teratur. Sebaliknya lingkungan fisik yang kurang memadai akan mengurangi efisiensi hasil belajar, (Moh. Surya, 2002:80).
Menurut Syaiful B. Djamarah (2002:151) “Kualitas anak didik yang berasal dari sekolah model pasti berbeda dengan kualitas anak didik yang berasal dari sekolah biasa. Hal ini disebabkan di sekolah model segala sesuatunya diusahakan serba lengkap. Dari tahun ke tahun tidak hanya guru yang selalu mendapat prioritas penambahan, tetapi juga sarana dan fasilitas”. Lengkapnya fasilitas belajar menentukan terselenggaranya proses belajar dengan baik. Dengan tersedianya fasilitas belajar, berarti menuntut guru dan siswa dalam menggunakannya (Dimyati dan Mudjiono, 2002:250). Peran guru adalah sebagai berikut:
    Memelihara, mengatur prasarana untuk menciptakan suasana belajar yang menggembirakan.
    Memelihara dan mengatur sasaran pembelajaran yang berorientasi pada keberhasilan siswa belajar.
    Mengorganisasi belajar siswa sesuai dengan prasarana dan sarana secara tepat guna.

Sedangkan peran siswa adalah sebagai berikut:
    Ikut serta memelihara dan mengatur prasarana dan sarana secara baik
    Ikut serta dan berperan aktif dalam pemanfaatan prasarana dan sarana secara tepat guna.
    Menghormati sekolah sebagai pusat pembelajaran dalam rangka pencerdasan kehidupan generasi muda.

Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Dimyati dan Mudjiono (2002:249) bahwa “Lengkapnya prasarana dan sarana pembelajaran merupakan kondisi pembelajaran yang baik”.
Dari uraian diatas tentu tidak dapat disangkal bahwa fasilitas mempengaruhi kegiatan belajar mengajar disekolah. Siswa tentu dapat belajar lebih baik dan menyenangkan bila suatu sekolah dapat memenuhi segala kebutuhan belajar siswa.  Masalah yang anak didik hadapi dalam belajar relatif kecil. Hasil belajar anak didik tentu akan lebih baik.
 c. Pengertian Motivasi Belajar
Istilah motivasi berasal dari kata motif yang dapat diartikan sebagai kekuatan yang terdapat dalam diri individu yang menyebabkan individu tersebut bertindak atau berbuat (Sofyan, 2004: 5). Dikatakan pula bahwa motif  tidak dapat diamati secara langsung tetapi dapat di interpretasikan dalam tingkah laku yang berupa rangsangan, dorongan atau pembangkit tenaga munculnya suatu tingkah laku tertentu. Untuk itu, motivasi akan mendorong keberhasilan peserta didik menyelesaikan belajarnya baik dalam proses maupun hasil belajarnya.
“Suatu pendorong yang mengubah energi dalam diri seseorang kedalam bentuk aktivitas nyata untuk mencapai tujuan tertentu”. (Syaiful B. Djamarah,2002:114). Sedangkan menurut Abin Syamsudin (2004:37) mengemukakan bahwa “motivasi adalah suatu keadaan yang kompleks (a complex state) dan kesiapsediaan (preparatory set) dalam diri individu (organisme) untuk bergerak (to move, motion, motive) ke arah tujuan tertentu, baik disadari maupun tidak disadari”.
Rumusan lain tentang motivasi diberikan oleh Oemar Hamalik (Syaiful B. Djamarah, 2002:114) mengemukakan bahwa “motivasi adalah perubahan energi dalam diri seseorang itu berbentuk suatu aktivitas nyata berupa kegiatan fisik. Karena seseorang mempunyai tujuan tertentu dari aktivitasnya, maka seseorang mempunyai motivasi yang kuat untuk mencapainya dengan segala upaya yang dapat dia lakukan untuk mencapainya”
Motivasi menurut Koeswara (Dimyati dan Mudjiono, 2002:80) mengemukakan bahwa “motivasi dipandang sebagai dorongan mental yang menggerakkan dan mengarahkan perilaku manusia termasuk perilaku belajar.
 Dalam motivasi terkandung adanya keinginan yang  mengaktifkan, menggerakkan, menyalurkan dan mengarahkan sikap dan perilaku individu belajar”.  Dalam kegiatan belajar motivasi merupakan gejala psikologis dalam bentuk dorongan pada diri peserta didik sadar atau tidak sadar yang menimbulkan kegiatan belajar, sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subjek belajar dapat tercapai.
Selanjutnya Sardiman (2009: 73) mengartikan motif sebagai daya upaya yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Motif dapat dikatakan sebagai daya penggerak dari dalam subjek untuk melakukan aktivits-aktivitas tertentu demi mencapai suatu tujuan. Motivasi adalah kondisi piskologis yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu (Nasution, N., 1993: 8).
Selanjutnya Sardiman (2009: 75) kaitannya dengan kegiatan belajar, motivasi dapat dikatakan sebagai keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin kelangsungan belajar dan memberi arah pada kegiatan belajar, sehingga tujuan yang diharapkan oleh subjek belajar dapat dicapai. Hal ini senada dengan yang dikemukakan oleh Mc. Donald (Hamalik, 2007: 173) “Motivasi is a energy change within the person characterirized by affective arousal and anticipatory goal reactions”.
Motivasi adalah suatu perubahan energi di dalam pribadi seseorang yang ditandai dengan timbulnya efektif dan reaksi untuk mencapai tujuan. Motivasi merupakan suatu kondisi yang menggerakkan peserta didik agar mampu mencapai tujuan dari motifnya. Motivasi adalah kekuatan yang ada dalam diri seseorang yang menyebabkan orang tersebut mempunyai inisiatif untuk melakukan sesuatu dan berperilaku tertentu. Akar permasalahannya adalah kebutuhan, sebagaimana yang dikemukakan oleh Maslow, A (1954; 57) beliau membuat hipotesis bahwa dalam diri setiap manusia terdapat hierarki dari lima kebutuhan yang membuat seseorang melakukan sesuatu tindakan. Kebutuhan adalah kondisi yang dialami  seseorang berkaitan dengan kelangkaan/ketidakcukupan/ketidaklengkapan tentang sesuatu pada situasi/saat tertentu.
Tujuan adalah kondisi ideal yang diinginkan yang akan memberikan manfaat untuk memuaskan kebutuhan.  Kebutuhan dan tujuan merupakan dua hal yang penting dilakukan untuk dapat memotivasi seseorang atau Peserta didik.
Selanjutnya menurut Uno, H. B. (2010: 3) “Motivasi merupakan dorongan yang terdapat dalam diri sesorang untuk berusaha mengadakan perubahan tingkah laku yang lebih baik dalam memenuhinya”. Motivasi dalam hal ini merupakan daya penggerak dari dalam untuk melakukan aktivitas demi mencapai tujauan.
Dari definisi-definisi yang dikemukakan di atas jelaslah bahwa motivasi dapat merubah individu yang tidak berminat pada sesuatu hal menjadi bersemangat atau termotivasi karena adanya kebutuhan yang mendorongnya untuk mencapai tujuan yang diinginkannya. Hal ini dapat diterapkan dalam proses pembelajaran, seorang siswa yang tidak termotivasi untuk mengikuti proses pembelajaran IPS dapat diberi motivasi oleh guru. Hasil belajar akan lebih optimal dengan adanya motivasi. Makin tepat motivasi yang diberikan guru akan semakin berhasil pula pelajaran yang diberikan. Motivasi yang diberikan oleh guru terhadap peserta didik berfungsi sebagai: (a) mendorong siswa untuk berbuat, dalam hal ini motivasi menjadi penggerak dari setiap kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh peserta didik; (b) menentukan arah perbuatan, motivasi dapat memberi arah dan kegiatan yang harus dikerjakan siswa sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan; (c) menyeleksi perbuatan, seorang peserta didik yang ingin mempunyai prestasi dalam belajar, tentu akan mengikuti setiap proses pembelajaran dengan baik dan tidak membaca komik atau ngobrol dengan teman di kelas, karena hal itu tidak sesuai dengan tujuan.
Sedangkan belajar adalah proses interaksi antara stimulus (yang mungkin berupa pikiran, perasaan, atau gerakan) dan respon (yang juga bisa berupa pikiran,perasaan dan gerak) Thorndike (Uno, Hamzah B., 2010: 11). Selanjutnya Anthony Robbins (Trianto, 2009: 15) mendefinisikan belajar sebagai proses penciptaan hubungan antara sesuatu (pengetahuan) yang sudah dipahami dan sesuatu (pengetahuan) yang baru.
Hal ini senada pula dengan yang dikemukakan oleh Jerome Brunner (Trianto, 2009: 15) bahwa belajar adalah suatu proses aktif dimana siswa membangun mengkonstruk) pengetahuan baru berdasarkan pada pengalaman/pengetahuan yang sudah dimilikinya. Whittaker, James O. (Djamarah, Syaiful B., 2008: 12) merumuskan belajar sebagai proses dimana tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui latihan atau pengalaman. Slameto (Djamarah, Syaiful B., 2008: 13) juga merumuskan pengertian belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Suatu kegiatan belajar adalah upaya mencapai perubahan tingkah laku, baik yang menyangkut aspek pengetahuan, keterampilan, serta aspek sikap (Sofyan, 2004: 20). Akhirnya dapat disimpulkan bahwa belajar adalah serangkaian kegiatan untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungannya meliputi aspek kognitif, afektif dan psikomotor.
Dikatakan pula bahwa, motivasi dan belajar merupakan dua hal yang saling  mempengaruhi dalam pelaksanaan pembelajaran. Motivasi belajar yang menyebabkan perubahan peserta didik terdiri dari dua aspek yaitu motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik (Sardiman 2010: 89-90). Motivasi intrinsik ialah kondisi yang berada dalam diri peserta didik yang berwujud kebutuhan, sedangkan motivasi ekstrinsik ialah aspek yang berada di luar peserta didik yang berwujud perangsang atau tujuan. Dengan demikian untuk memahami prinsip-prinsip motivasi ini harus diperhatikan kedua aspek tersebut. Syaiful B. Djamarah (2002:123), mengemukakan fungsi motivasi dalam belajar adalah sebagai berikut:

a)      Motivasi sebagai pendorong perbuatan

Pada mulanya anak didik tidak ada hasrat untuk belajar, tetapi karena ada sesuatu yang dicari muncullah minatnya untuk belajar. Sesuatu yang belum diketahui itu akhirnya mendorong anak didik untuk belajar dalam rangka mencari tahu.anak didikpun mengambil sikap seiring dengan minat terhadap suatu objek. Disini, anak didik mempunyai keyakinan dan pendirian tentang sesuatu. Sikap itulah yang mendasari dan mendorong kearah sejumlah perbuatan dalam belajar. Jadi, motivasi yang berfungsi sebagai pendorong ini mempengaruhi sikap apa yang seharusnya anak didik ambil dalam rangka belajar.
     Motivasi sebagai penggerak perbuatan
Dorongan psikologis yang yang melahirkan sikap terhadap anak didik itu merupakan suatu kekuatan yang tak terbendung, yang kemudian terjelma dalam bentuk gerakan psikofisik. Disini anak didik sudah melakukan aktivitas belajar dengan segenap jiwa dan raga. Akal pikiran berprose dengan sikap raga yang cenderung tunduk dengan kehendak perbuatan belajar. Sikap berada dalam kepastian perbuatan dan akal pikiran mencoba membedah nilai yang terpatri dalam wacana, prinsip, dalil, dan hukum sehingga mengerti betul isi yang dikandungnya.
     Motivasi sebagai pengarah perbuatan
Seorang anak didik yang ingin mendapatkan sesuatu dari suatu mata pelajaran tertentu, tidak mungkin dipaksakan untuk mempelajari mata pelajaran yang lain. Pasti anak didik akan mempelajari mata pelajaran di mana tersimpan sesuatu yang akan dicari. Sesuatu yang dicari anak didik merupakan tujuan belajar yang akan dicapainya. Tujuan itulah sebagai pengarah yang memberikan motivasi kepada anak didik dalam belajar.dengan penuh konsentrasi anak didik belajar agar tujuannya mencari segala sesuatu yang ingin diketahui itu cepat tercapai. Segala sesuatu yang mengganggu pikirannya dan dapat membuyarkan konsentrasinya diusahakan disingkirkan. Itulah fungsi motivasi yang dapat mengarahkan perbuatan anak didik dalam belajar.
    Faktor-faktor yang Mempengaruhi Motivasi Belajar
Faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi secara umum terbagi menjadi dua, yaitu faktor intrinsik dan faktor ekstrinsik. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Syaiful B. Djamarah (2002:115) bahwa “motivasi itu berasal dari dalam diri pribadi seseorang sendiri yang dapat mendorongnya melakukan tindakan belajar yang disebut dengan motivasi intrinsik dan motivasi yang berasal dari luar diri seseorang yang disebut motivasi ekstrinsik. Termasuk dalam motivasi inrtinsik siswa adalah menyenangi materi dan kebutuhannya terhadap materi tersebut. Sedangkan motivasi ekstrinsik yaitu pujian dan hadiah, peraturan/tata tertib sekolah, suri tauladan orang tua dan guru”.
Menurut Dimyati dan Mudjiono (2002:97) unsur-unsur yang mempengaruhi motivasi belajar siswa yaitu sebagai berikut:
1. Cita-cita atau aspirasi siswa
2. Kemampuan siswa
3. Kondisi siswa
4. Kondisi lingkungan siswa
5. Unsur-unsur dinamis dalam belajar dan pembelajaran
6. Upaya guru dalam membelajarkan siswa
Belajar tidak akan pernah dilakukan tanpa suatu dorongan yang kuat baik dari dalam maupun dari luar. Disinilah salah satu peran guru yaitu memberikan dan mengembangkan motivasi belajar siswa. Selain guru, fasilitas belajar juga memiliki peranan penting. Fasilitas merupakan salah satu unsur dinamis dalam pembelajaran. Dengan fasilitas yang memadai akan mempermudah siswa dalam belajar sehingga siswa akan termotivasi untuk belajar lebih baik.
    Teori-Teori Belajar
Telah banyak ahli yang mengemukakan berbagai teori mengenai belajar. Berikut ini beberapa teori belajar yang berkaitan dengan permasalahan yang ada dalam penelitian ini:
1). Teori Belajar dari Benjamin Bloom
Berhasil tidaknya seorang siswa meraih prestasi belajarnya tergantung dari banyak hal atau tergantung dari faktor-faktor yang mempengaruhinya. (Benjamin Bloom dalam C. Asri Budiningsih,2005:74) dengan teori taksonominya mengatakan bahwa “Ada dua faktor utama yang dominan terhadap hasil belajar yaitu karakteristik siswa yang meliputi (kemampuan, minat, hasil belajar sebelumnya,motivasi) dan karakter pengajaran yang meliputi (guru dan fasilitas belajar). Secara ringkas, taksonomi Bloom (Syaiful Sagala,2007:33) dibagi menjadi tiga kawasan (domain) yaitu:
    Domain kognitif, mencakup kemampuan intelektual mengenal lingkungan yang terdiri atas enam macam kemampuan yang disusun secara hierarkis dari yang paling sederhana sampai yang paling kompleks yaitu pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, dan penilaian.
    Domain afektif, mencakup kemampuan-kemampuan emosional dalam mengalami dan menghayati sesuatu hal yang meliputi lima macam kemampuan emosional disusun secara hierarkis yaitu kesadaran, partisipasi, penghayatan nilai, dan karakterisasi diri.
    Domain psikomotor yaitu kemampuan-kemampuan motorik menggiatkan dan mengkoordinasikan gerakan yang terdiri dari gerakan reflex, gerakan dasar, kemampuan perceptual, kemampuan jasmani, gerakan-gerakan terlatih, dan komunikasi nondiskursif.

2). Teori Belajar dari Robert Gagne
Dalam masalah belajar, R. Gagne (dalam Syaiful B.Djamarah, 2002:22) memberikan dua definisi yaitu:
    Belajar adalah suatu proses untuk memperoleh motivasi dalam pengetahuan, keterampilan, kebiasaan, dan tingkah laku.
    Belajar adalah pengetahuan atau keterampilan yang diperoleh dari instruksi.
Menurut Gagne ( dalam Dimyati dan Mudjiono, 2002:10) bahwa “Belajar adalah kegiatan yang kompleks. Hasil belajar berupa kapabilitas. Setelah belajar seorang memiliki keterampilan, pengetahuan, sikap dan nilai”. Sedangkan Uzer Usman (2006:5) berpendapat bahwa “Belajar diartikan sebagai proses perubahan tingkah laku pada diri individu berkat adanya interaksi antara individu dengan individu dan individu dengan lingkungannya”.
Abin Syamsudin (2004:157) mendefinisikan bahwa ”Belajar diartikan sebagai suatu proses perubahan perilaku atau pribadi seseorang berdasarkan praktik atau pengalaman tertentu”. Berdasarkan pendapat para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa belajar selalu menunjukan kepada suatu proses perubahan tingkah laku atau pribadi seseorang berdasarkan praktek atau pengalaman tertentu. Perubahan tersebut dapat berkenaan dengan penguasaan dan penambahan pengetahuan, kecakapan, sikap, nilai, kebiasaan, minat dan sebagainya.
 d. Pengertian Hasil Belajar

            Hasil belajar merupakan kemampuan yang diperoleh individu setelah proses pembelajaran berlangsung, yang dapat memberikan perubahan tingkahlaku baik itu pengetahuan, pemahaman, sikap, dan keterampilan mahasiswa sehingga menjadi lebih baik dari sebelumnya. Sebagaimana dikemukakan Hamalik (1995:48) hasil belajar adalah “ tingkahlaku sunbyek yang meliputi kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotor dalam situasi tertentu berkat pengalamannya berulang-ulang”. Pendapat tersebut didukung oleh Sudjana (2005:3) “hsail belajar ialah perubahan tingkah laku yang mencakup bidang kognitif, afektif, dan psikomotor yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajarnya”.
            Lebih lanjut faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar yaitu: Faktor Internal; Faktor internal yaitu faktor yang mempengaruhi kegiatan belajar ini lebih ditekankan pada faktor dari dalam individu. Adapun faktor yang mempengaruhi kegiatan tersebut adalah faktor psikologis, antara lain; motivasi, perhatian, pengamatan, tanggapan, dan lain sebagainya. Faktor eksternal; Faktor eksternal yaitu faktor yang mempengaruhi dari luar diri siswa. Adapun faktor dari luar itu adalah pengetahuan, pemahaman konsep, keterampilan, dan pembentukan sikap. Hasil yang diperoleh siswa adalah sebagai akibat dari proses belajar yang dilakukan oleh siswa, harus semakin tinggi hasil belajar yang diperoleh siswa. Proses belajar merupakan penunjang hasil belajar yang dicapai siswa. Selain itu juga R. Gagne (dalam Syaiful Sagala, 2007:17) dengan teorinya menggambarkan bahwa:
Hasil belajar berupa kapabilitas yang ditimbulkan oleh stimulasi yang berasal dari lingkungan dan proses kognitif yang dilakukan oleh pelajar. Selain itu juga ia mengatakan belajar terdiri dari tiga komponen penting yakni kondisi eksternal yaitu stimulus dari lingkungan dalam acara belajar, kondisi internal yang menggambarakan keadaan internal siswa dan proses kognitif siswa, dan hasil belajar yang menggambarkan informasi verbal,keterampilan intelek, keterampilan motorik, sikap dan siasat kognitif.
Dari definisi diatas maka dapat dikatakan bahwa dalam hasil belajar itu terdapat suatu perubahan berupa perubahan perilaku, yang pada mulanya tidak tahu menjadi tahu, dan hasil tersebut diakibatkan adanya proses belajar sebelumnya. Hasil belajar ini dapat berupa kemampuan dan kecakapan siswa yang dinyatakan dalam angka dan diukur dengan menggunakan tes hasil belajar. Hasil belajar pada penelitian ini dapat dilihat dari nilai Ujian Nasional pada mata pelajaran ekonomi.
1). Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar
Berdasarkan pengertian-pengertian hasil belajar diatas maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar merupakan suatu hasil kemampuan dan kecakapan siswa dari proses belajar. Dalam proses belajar siswa, selalu ada faktor-faktor yang mendukung keberhasilan belajar tersebut. Seperti yang dijelaskan oleh Uzer Usman (2006:10) terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar meliputi:
    Faktor yang berasal dari diri sendiri (internal)
    Faktor jasmaniah (fisiologi) baik yang bersifat bawaan maupun yang diperoleh. Termasuk kedalam faktor ini ialah pancaindera yang tidak berfungsi sebagaimana mestinya, seperti mengalami sakit, cacat tubuh atau perkembangan yang tidak sempurna, berfungsinya kelenjar tubuh yang membawa kelainan tingkah laku.
    Faktor psiologis, baik yang bersifat bawaan maupun yang diperoleh terdiri atas:
    Faktor intelektif yang meliputi faktor potensial, yaitu kecerdasan dan bakat serta faktor kecakapan nyata, yaitu prestasi yang dimiliki.
    Faktor nonintelektual yaitu unsur-unsur kepribadian tertentu seperti sikap, kebiasaan, minat kebutuhan, motivasi, emosi dan penyesuaian diri.
    Faktor kematangan fisik maupun psikis

    Faktor-faktor yang berasal dari luar diri (eksternal)
    Faktor sosial yang terdiri atas:
    Lingkungan keluarga
    Lingkungan sekolah
    Lingkungan masyarakat
    Lingkungan kelompok
    Faktor budaya, seperti adat istiadat, ilmu pengetahuan, teknologi dan kesenian.
    Faktor lingkungan fisik, seperti fasilitas rumah dan fasilitas belajar
    Faktor lingkungan spiritual atau keagamaan.

            Berdasarkan teori tersebut diatas, maka hasil belajar dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Oleh karena itu lingkungan belajar siswa sangat mempengaruhi keberhasilan siswa dalam belajar.
 e. Pembelajaran IPS
            Mata pelajaran IPS merupakan integrasi dari berbagai ilmu-ilmu social seperti geografi, ekonomi, sejarah, sosial, politik, hukum dan budaya.Ilmu pengetahuan sosial dirumuskan atas dasar fenomena dan realitas sosial yang mewujudkan suatu pendekatan interdisipliner dari aspek dan cabang-cabang ilmu social. IPS atau studi sosial merupakan bagian dari kurikulum sekolah yang diturunkan dari isi materi cabang-cabang ilmu sosial. Berdasarkan kurikulum 2006 dalam KTSP mengemukakan bahwa “Ilmu pengetahuan sosial (IPS) merupakan salah satu dari  mata pelajaran yang diberikan sejak SD, SLTP, SLTA, sampai Perguruan Tinggi. Khususnya SLTP ruang lingkup mata pelajaran IPS memuat materi Geografi, Sosiologi, Sejarah dan Ekonomi.
            Pembelajaran IPS bersifat integrative karena materi yang diajarkan merupakan akumulasi dari sejumlah disiplin ilmu sosial. Pembelajaran IPS lebih menkankan aspek pendidikan dibanding transfer konsep karena melalui pembelajaran IPS diharapkan siswa memahami sejumlah konsep dan melatih sikap, nilai, moral, dan keterampilannya berdasarkan konsep yang telah dimilikinya (Suriati, 2007: 19). Selain itu pengertian IPS menurut pendapat Sapriya, dkk (2009:6) “bahwa IPS sebagai suatu pengajaran yang membimbing para pemuda dan pemudi mearah menjadi warga Negara yang cerdas, hidup fungsional, efektif, produktif, dan berguna bagi bangsa”.
            Mata pelajaran IPS berfungsi untuk mengembangkan pengetahuan dan keterampilan dasar untuk melihat kenyataan sosial yang dihadapi siswa dalam kehidupan sehari-hari.IPS mengajarkan siswa agar mampu bersosialisasi dengan baik, salah satunya adalah dengan bekerjasama dengan kelompoknya.
            Dalam penelitian ini, yang menjadi data utama adalah hasil belajar IPS Geografi, Sosiologi, Sejarah, dan Ekonomi pada siswa kelas VII di SLTP 1 Pengalengan Kabupaten Bandung Selatan.
    PENELITIAN TERDAHULU
Penelitian ini dilaksanakan oleh Nadifah Ika Yulifatun (2009), penulis melakukan penenlitian tentang Pengaruh kompetensi pedagogik guru dan motivasi belajar dari persepsi siswa terhadap prestasi belajar siswa pada mata pelajaran IPS di SMPN 8 Malang. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa berdasarkan uji hipotesis menunjukkan adanya pengaruh secara simultan antara kompetensi pedagogik guru dan motivasi belajar terhadap prestasi belajar siswa pada mata pelajaran IPS di SMPN 8 Malang. Hal ini ditunjukkan oleh persamaan regresi koefisien Y = 57.36+ 0.135 X1 + 0.434 X2, dari persamaan regresi tersebut dapat diartikan dengan adanya peningkatan kompetensi pedagogik guru sebesar satu satuan maka prestasi belajar siswa akan meningkat sebesar 0,135 dan motivasi belajar siswa akan meningkat sebesar 0,434. Sedangkan konstanta sebesar 57,36 artinya jika kompetensi pedagogik guru(X1) dan motivasi belajar siswa (X2) nilainya 0, maka prestasi belajar siswa (Y) nilainya adalah 57,36.dan juga dapat dilihat dari nilai F = 7.257 pada & 945; 5% dan diperoleh dari probabilitas (p) sebesar 0,001 sehingga p < 0,05 menunjukkan adanya pengaruh sehingga variabel terikat prestasi belajar dapat di pengaruhi oleh dua variabel bebas yaitu kompetensi pedagogik guru dan motivasi belajar. Besar R square adalah 0,183, hal ini berarti 18% perubahan variabel y disebabkan oleh kompetensi pedagogik guru dan motivasi belajar siswa sedangkan sisanya 82% disebabkan oleh faktor diluar perubahan variabel x1 dan x2. Berdasarkan penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa dalam upaya untuk meningkatkan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran IPS maka kompetensi pedagogik dan motivasi belajar harus ditingkatkan. Dikarenakan dari hasil penelitian terbukti bahwa prestasi belajar cukup dipengaruhi oleh kompetensi pedagogik guru dan motivasi belajar.
Penelitian selanjutnya dilakukan oleh Malida Puji Ayu Lestari (2009). Penulis mengajukan penelitian dengan tujuan untukmengetahui bagaimana pengaruh motivasi, minat, dan kebiasaan belajar terhadap prestasi belajarsiswa pada mata pelajaran akuntansi di SMAN se-Kota Cirebon. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa SMAN se-Kota Cirebon kelas XI IPSyang berjumlah 1161 siswa dan diambil sampel sebanyak 298 siswa. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode deskriptif verifikatif, yaitu mula-mula penulis mengumpulkan data yang kemudian disusun, dijelaskan dan dianalisa dengan menggunakan perhitungan statistikdengan teknik pengumpulan data melalui angket. Penulis menggunakan analisis jalur untuk analisis data. Adapun hasil analisis data dari penelitian ini adalah: (1) Terdapat pengaruh positif yang signifikandari  motivasi belajar terhadap prestasi belajar siswa Hal ini dibuktikan dengan signifikansi (0,000) < (0,05) dan t-hitung (2,511) > t-tabel (2,048). Hasil perhitungan Sumbangan Efektif motivasi belajar (X1) terhadap prestasi belajar (Y) siswa sebesar 7,8% (2) Terdapatpengaruh positif yang signifikan minat belajar terhadap prestasi belajar siswa terlihat dari signifikansi (0,000) < (0,05) dan thitung (2,639) > t-tabel (2,048) dengan jumlah kontribusi sebesar29,6% (3). Artinya adalahTerdapat pengaruh positif yang signifikan kebiasaan belajar terhadap prestasi belajar siswa terlihat dari hasil perhitungan signifikansi (0,000) < (0,05) dan thitung (2,887) > ttabel (2,048). Hasil perhitungan Sumbangan Efektif motivasi belajar (X1) terhadap prestasi belajar (Y) sebesar22,2%. Dari hasil analisis regresi juga diperoleh nilai RSquare= 0,592 ini menunjukkan bahwakorelasi atau hubungan antara variabel motivasi, minat belajar dan kebiasaan belajar denganprestasi belajar siswa pada mata pelajaran akuntansi adalah kuat. Nilai hal ini berarti bahwa59,2% perubahan variabel Y disebabkan oleh perubahan motivasi, minat belajar dan kebiasaan belajar, sedangkan sisanya 40,8% prestasi belajar siswa pada mata pelajaran akuntansi disebabkan oleh faktor lain di luar variabel bebas yang diteliti.
Selanjutnya, Penelitian ini dilakukan oleh, Setyowati (2006). Permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini adalah: Ada tidaknya pengaruh motivasi belajar terhadap hasil belajar siswa dan seberapa besar pengaruh motivasi belajar terhadap hasil belajar siswa. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh motivasi belajar terhadap hasil belajar siswa kelas VII SMPN 13 Semarang dan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh motivasi belajar terhadap hasil belajar siswa kelas VII SMPN 13 Semarang. Populasi penelitian ini adalah siswa kelas VII SMPN 13 Semarang Tahun ajaran 2006/2007 sebanyak 308 siswa. Pengambilan sampel melalui rumus Solvin sebanyak 75 siswa yang diambil secara proporsional random sampling. Ada 2 (dua) variabel yang dikaji dalam penelitian ini, yaitu motivasi belajar sebagai variabel bebas dengan indikator cita-cita/ aspirasi, kemampuan siswa, kondisi jasmani dan rohani siswa, kondisi lingkungan kelas, unsur dinamis belajar dan upaya guru membelajarkan siswa. Kemudian Hasil Belajar sebagai variabel terikat dengan indikator informasi verbal, keterampilan kognitif, keterampilan intelek, keterampilan motorik dan sikap. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket (kuesioner), dokumentasi dan observasi. Data yang dikumpulkan dianalisis dengan teknik deskriptif persentase dan analisis regresi linier sederhana. Hasil penelitian menunjukkan bahwa motivasi belajar pada siswa kelas VII SMPN 13 Semarang dalam kategori cukup. Hasil belajar yang dicapai siswa kurang memuaskan terlihat dari adanya hasil analisis angket yang disebar masih banyak indikator yang menyatakan hasil belajar cukup dan juga diperkuat dari adanya daftar nilai-nilai yang masih ada nilai yang masih dibawah angka 7 untuk semua mata pelajaran.Berdasarkan perhitungan,  maka diperoleh sebesar 29,766 dengan taraf signifikansi 0,000 yang berarti ada pengaruh yang signifikan motivasi belajar terhadap hasil belajar pada siswa kelas VII SMPN 13 Semarang. Besarnya Motivasi belajar yang mempengaruhi Hasil Belajar siswa kelas VII SMPN 13 Semarang ini sebesar 29, 766% sedangkan 71,344 dipengaruhi oleh faktor-faktor lain yang tidak diteliti oleh peneliti dikarenakan keterbatasan dana, waktu serta kemampuan. Berdasarkan hasil penelitian di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa ada pengaruh yang signifikan motivasi belajar terhadap hasil belajar siswa kelas VII SMPN 13 Semarang.
Penelitian ini dilakukan oleh Dianah Lili (2011). Tujuan dari penelitian ini adalah ingin mengukur berapa besar pengaruh fasilitas dan disiplin belajar terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dan metode Survai (explanatory research), dengan menggunakan analisis  fasilitas belajar dan disiplin belajar terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS. Analisis dilakukan pada data yang diperoleh melalui rata-rata hasil ulangan siswa dan kuesioner yang terlebih dahulu melakukan proses uji validitas dan reliabilitas. Populasi siswa di SMP Negeri yang berklasifikasi SSN di Kabupaten Bandung Barat berjumlah 4231 siswa dari 13 sekolah, sedangkan penarikan sampel siswa dengan cara Stratified Random Sampling sejumlah 7 sekolah yang menjadi sampel penelitian, dengan 256 siswa yang diambil untuk dijadikan objek penelitian.Dari hasil analisis yang dilakukan dengan menggunakan statistik korelasi Produk Moment dan regresi ganda, yang terlebih dahulu diuji dengan uji linieritas dan uji multikolinieritas. Setelah seluruh persyaratan analisis terpenuhi, maka didapat hasil analisis statistik yang menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang positif dan signifikan antara fasilitas belajar (X1) dengan hasil belajar siswa (Y), pengaruhnya sebesar 0,191. Terdapat pengaruh yang positif dan signifikan antara disiplin belajar (X2) dengan hasil belajar siswa (Y), pengaruhnya sebesar 0,353. Terdapat pengaruh yang positif dan signifikan antara fasilitas(X1) dan disiplin belajar (X2) secara bersama-sama terhadap hasil belajar siswa (Y), angka koefisien korelasi sebesar 0,457, termasuk kedalam kategori sedang, 20,9 % hasil belajar siswa mampu dipengaruhi secara bersama-sama oleh fasilitas dan disiplin belajar, sedangkan sisanya 79,1 % dipengaruhi oleh faktor lain. Persamaan regresi ganda yaitu Y=7,550+0,782X1 +0,824X2. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa fasilitas dan disiplin belajar siswa memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap hasil belajar siswa. Oleh karena itu kelengkapan fasilitas dan tingkat disiplin siswa perlu ditingkatkan serta perlu mendapat perhatian dari berbagai pihak.
    KERANGKA PEMIKIRAN
            Fasilitas dan motivasi belajar merupakan salah satu faktor penting dalam menunjang proses pembelajaran serta menjadi salah satu faktor penentu keberhasilan peserta didik. Selian itu dalam prosesnya, dibutuhkan kompetensi guru dalam memanfaatkan fasilitas dan metode belajar tersebut.
            Dalam proses pembelajaran IPS tentunya guru mengacu pada KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan) sabagus dan seideal bagaimanapun kurikulum itu, tanpa dapat diimplementasikan guru pada waktu proses pembelajaran, maka kurikulum tersebut hanyalah sebuah dokumen belaka, proses keberhasilan pelaksanaan dari kurikulum tersebut sangat ditentukan oleh kemampuan atau kompetensi guru.
            Bagi sebuah profesi kompetensi merupakan sebuah tuntutan, begitu juga dengan profesi keguruan, guru merupakan salahsatu factor penentu keberhasilan dalam proses pembelajaran. Seorang guru wajib memiliki berbagai kompetensi yang berkaitan dengan tugas yang diembannya agar bisa melaksanakan tugas secara optimal.
Noehi Nasution (dalam Saeful B. Djamaah, 2002:142) menyebutkan bahwa ada 3 faktor komponen yang berpengaruh terhadap proses belajar mengajar yaitu:
    Komponen input, yaitu pribadi siswa yang memiliki raw input diantaranya IQ, bakat, minat, motivasi, kebiasaan dan lain-lain.
    Komponen instrumental input, yaitu berupa masukan yang menunjang diantaranya berupa fasilitas, sarana, media, metode, guru dan lain-lain.
    Komponen environmental input, yang berupa unsur lingkungan.
Menurut Nana Sudjana (2008:22) mendefinisikan bahwa “ hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya”. Pengertian tersebut memberikan gambaran kepada kita bahwa hasil belajar merupakan perubahan kemampuan yang dimiliki siswa setelah mengalami proses pembelajaran. Dalam pengertian tersebut muncul suatu harapan dimana prestasi belajar yang dicapai siswa berada dalam taraf yang tinggi, namun terkadang harapan tersebut tidak sepenuhnya tercapai. Hal ini timbul karena terbentur oleh hambatan-hambatan dalam pembelajaran yang tidak terlepas dari faktor-faktor yang mempengaruhinya.
Teori Proses Belajar Konstruktivistik (dalam C. Asri Budiningsih2005:58) diungkapkan bahwa ”Proses belajar dilihat dari aspek siswa, perananguru, sarana belajar dan evaluasi belajar”.
Peranan siswa menurut pandangan konstruktivistik (dalam C. AsriBudiningsih 2005:58), belajar merupakan suatu proses pembentukanpengetahuan. Pembentukan ini harus dilakuakan oleh si belajar. Ia harus aktifmelakukan kegiatan, aktif berfikir, menyusun konsep dan memberi makna tentanghal-hal yang sedang dipelajari. Guru memang dapat dan harus mengambilprakarsa untuk menata lingkungan yang memberi peluang optimal bagi terjadinyabelajar. Namun yang akhirnya paling menentukan terwujudnya gejala belajaradalah niat belajar siswa sendiri. Dengan istilah lain dapat dikatakan bahwa yangpaling menentukan adalah motivasi belajar siswanya. Motivasi belajar siswa yangtinggi akan meningkatkan hasil belajar siswa, hal ini karena siswa sungguhsungguhdalam mengikuti proses pembelajaran disekolah.
Guru merupakan salah satu faktor eksternal yang mempengaruhi hasilbelajar siswa. Menurut Oemar Hamalik (2002:36) mengungkapkan bahwa“proses belajar dan hasil belajar siswa bukan saatnya ditentukan oleh sekolah, pola, struktur dan isi kurikulum, melainkan sebagian besar ditentukan olehkompetensi guru yang mengajar dan membimbing mereka. Guru yang kompetenakan lebih mampu menciptakan lingkungan belajar yang efektif, menyenangkandan akan lebih mampu mengelola kelasnya, sehingga siswa belajar pada tingkatoptimal”. Hal ini menunjukan bahwa guru memiliki peran yang sangat penting dalam proses belajar mengajar. Proses belajar dan hasil belajar siswa ditentukan oleh guru yang membimbingnya, oleh karena itu seorang guru harus memiliki kompetensi dalam melaksanakan tugasnya.
Fasilitas belajar siswa termasuk kedalam faktor eksternal yang mempengaruhi keberhasilan dalam proses belajar mengajar. Hal ini sesuai denganpendapat Moh. Surya (2002:80) mengemukakan bahwa “keadaan fasilitas fisik tempat belajar berlangsung disekolah ataupun di rumah sangat mempengaruhi efisiensi hasil belajar. Keadaan fisik yang lebih baik lebih menguntungkan murid belajar dengan tenang dan teratur. Sebaliknya lingkungan fisik yang kurangmemadai akan mengurangi efisiensi hasil belajar”.
Dari penjelasan diatas, maka dapat dirumuskan kerangka pemikiran sebagai berikut:












Keterangan :
X1 = Kompetensi Guru
X2 = Fasilitas Belajar
X3 = Motivasi Belajar
Y   = Hasil Belajar

    HIPOTESIS
            Menurut Sugiono (2006:51) hipotesis yaitu suatu jawaban yang sifatnya sementara terhadap rumusan masalah penelitian. Berdasarkan hal tersebut maka hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
    Kompetensi guru berpengaruh terhadap motivasi belajar siswa pada mata pelajaran IPS
    Fasilitas belajar siswa berpengaruh terhadap motivasi belajar siswa pada mata pelajaran IPS
    Kompetensi guru berpengaruh terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS
    Fasilitas belajar siswa berpengaruh terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS
    Motivasi belajar siswa berpengaruh terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS
    Kompetensi guru, fasilitas belajar siswa dan motivasi belajar siswa berpengaruh terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS.

    METODOLOGI PENELITIAN
    LOKASI PENELITIAN
Penelitian ini akan dilaksanakan pada SMP Negeri 1 Kecamatan Pangalengan Kabupaten Bandung. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan setelah peneliti melakukan studi awal penelitian dan telah mendapat persetujuan dari pihak-pihak SMP Negeri 1 Pangalengan untuk dilaksanakannya kegiatan penelitian.
    POPULASI DAN SAMPEL PENELITIAN
    Populasi
Menurut Moh. Nazir (2005:273) “Populasi adalah kumpulan dari ukuran-ukuran tentang sesuatu yang ingin kita buat inferensi”. Sugiyono (2009 :61) menjelaskan bahwa “populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tetentu yang diterapkan peneliti untuk dipelajari sehingga dapat ditarik kesimpulannya”.
Populasi menurut Sumaatmaja (1988:122), “populasi adalah keseluruhan gejala, individu, kasus dan masalah yang diteliti, yang ada di daerah penelitian”.Sedangkan menurut Tika (2004:24) “populasi adalah himpunan individu atau obyek yang banyaknya terbatas atau tidak terbatas. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII IPS A dan IPS Bdi SMP  Negeri 1 Pengalengan Kabupaten Bandung Selatan.  Berikut adalah data populasi, akan digambarkan pada tabel berikut:

Tabel 2
 Data Populasi
Kelas VII    Jumlah Siswa
IPS A    48
IPS B    48
Jumlah    96
                   Sumber data: SMP Negeri 1 Pengalengan Kabupaten Bandung

    Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi (Sudjana, 2010:81).Dalam penelitian ini teknik sampling yang digunakan oleh penulis adalah dengan teknik probability sampling yaitu Simple Random Sampling. Menurut Sugiyono (1998:92) Probability sampling adalah Teknik pengambilan sampel yang memberikan peluang yang sama bagi setiap unsur (anggota) populasi untuk dipilih menjadi anggota sampel”. Sedangkan Simple Random Sampling, dikatakan simple (sederhana) karena pengambilan anggota sampel dari populasi dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi itu.
Penentuan jumlah sampel dari populasi tertentu yang dikembangkan dari Isaac dan Michael (dalam Sugiyono 1998:98), rumus untuk menghitung sampel dari populasi yang diketahui jumlahnya dengan taraf kesalahan, 1%, 5%, dan 10% adalah sebagai berikut:
S= n/N XS
                       (Sugiyono 1998:98)
Keterangan :
S =  Alokasi sampel terpilih pada setiap siswa
n =  Popolasi pada setiap kelas
N = Populasi penelitian
s  = Ukuran sampel               
Dilihat dari tabel penentuan jumlah sampel dari populasi tertentu taraf kesalahan, 1%, 5%, dan 10%, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada (lampiran 23), jika populasi siswa berjumlah 99 orang dengan taraf kesalahan 5% jumlah sampel yang diambil adalah sebanyak 74 orang. Untuk lebih jelanya perhitungan untuk pengambilan sampel setiap kelas dapat dilihat pada tabel 3.4 sebagai berikut:

Tabel 3
Perhitungan Pengambilan Sampel

Kelas    Jumlah Sampel    Sampel Siswa
VII IPS A    48    48/96 X74=37
VII IPS B    48    48/96 X74=37
Jumlah    96    74

Dari 96 siswa akan diambil sampel sebanyak 74 siswa dengan cara random. Sebelum penyebaran angket dilakukan, sampel yang akan menerima angket harus dikocok/diundi terlebih dahulu sesuai dengan  jumlah angket yang akan disebar agar adil. Berikut ini prosedur teknik pengambilan anggota sampel secara undian yaitu sebagai berikut:
    Sediakan kerangka populasi masing-masing siswa. Dalam hal ini yangmenjadi kerangka populasi adalah daftar nomor absen siswa.
    Sediakan media pengundi berupa gelas dan lembaran kertas berukuranmini kira-kira 2 cm x 2 cm dan lembaran kertas penutup yang kemudian diberi lubang yang cukup untuk keluarnya gulungan kertas undian.
    Media berukuran 2 cm x 2 cm tersebut kemudian ditulis dengan angkasesuai dengan nomor absen siswa, selanjutnya digulung dimasukkan kemedia atau gelas pengundi.
    Langkah selanjutnya dikocok-kocok dan dikeluarkan satu per satu. Jika dalam satu kocokan keluar dua, maka dilakukan pengulangan, gulungan yang telah keluar dimasukkan kembali ke dalam gelas. Demikian seterusnya sampai diperoleh jumlah yang ditentukan untuk masing-masing siswa.
    METODE PENELITIAN
    Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini menggunakan metode penelitian survey dengan pendekatan penelitian kuantitatif. Penelitian survey yang dimaksud bersifat menjelaskan hubungan kausal dan pengujian hipotesis.Seperti dikemukakan Masri Singarimbun (2006:3) “penelitian survey adalah penelitian yang mengambil sampelnya dari satu populasi dan menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpulan data yang pokok.”
    Metode
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif verifikatif. Metode penelitian deskripstif menurut pendapat Ety Rochaety (2007:11-13) adalah penelitian yang dilakukan untuk mengetahui nilai variabel mandiri, baik satu variabel atau lebih, tanpa membuat perbandingan atau menghubungkan dengan variabel lain. Sedangkan verifikatif merupakan penelitian yang bertujuan untuk menguji hubungan variabel dan kebenaran dari suatu hipotesis, yang dilaksanakan melalui pengumpulan data dari lapangan.Dalam penelitian ini, menghubungkan antar variabel dari dimensi kompetensi guru, fasilitas belajar, terhadap motivasi belajar dan implikasinya terhadap prestasi belajar IPS.
    Variabel Penelitian
Penelitian ini terdiri dari dua (2) variable, variable bebas dan variable terikat. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah kompetensi guru , fasilitas dan motivasi belajar. Sedangkan variable terikat dalam penelitian ini adalah hasil belajar IPS siswa kelas VII SMP 1 Pengalengan kabupaten Bandung.
    TEKNIK PENGUMPULAN DATA
Pengumpulan data dengan teknik tertentu sangat diperlukan dalam pengujian anggapan dasar dan hipotesis karena teknik-teknik tersebut dapat menentukan lancar tidaknya suatu proses penelitian. Pengumpulan data diperlukan untuk menguji anggapan dasar dan hipotesis. Untuk mendapatkan data yang diperlukan, maka teknik pengumpulan data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah :
     Angket
Angket yaitu pengumpulan data melalui penyebaran seperangkat pernyataan maupun pertanyaan tertulis. Angket yang digunakan dalam penelitian ini sebagian menggunakan skala likert. Skala likert yaitu suatu skala yang terdiri dari sejumlah pertanyaan atau pernyataan yang semuanya menunjukan sikap terhadap objek yang akan diukur. Untuk setiap pertanyaan disediakan lima pilihan jawaban.
     Studi Dokumentasi
Studi dokumentasi yaitu dengan cara mencari data yang diperlukan sesuai dengan variabel yang diteliti, baik berupa catatan, laporan dan dokumen.
    Studi Kepustakaan
Studi kepustakaan yaitu dengan cara menggali teori-teori yang telah berkembang dalam bidang ilmu yang berkepentingan, mencari metode-metode serta teknik penelitian, baik dalam mengumpulkan data atau dalam menganalisis data, yang telah dipergunakan oleh peneliti-peneliti terdahulu
    Wawancara
Teknik Pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi, wawancara dan dokumentasi.  Teknik wawancara digunakan untuk mengumpulkan data tentang pemahaman guru IPS terhadap pelajaran IPS dan hal-hal yang berkaitan dengan kompetensi guru.
    Observasi
Teknik observasi digunakan untuk  mengamati segala perilaku, keadaan, hasil belajarsiswa proses pembelajaran IPS. Selanjutnya hasil observasi tersebut digunakan untuk menilai kompetensi guru berdasarkan indicator yang telah disusun oleh peneliti selanjutnya dihubungkan dengan hasil belajar siswa.


    VALIDITAS DAN RELIABILITAS
Di dalam penelitian, pengujian instrumen penelitian mempunyai kedudukan yang paling tinggi, karena data merupakan gambaran variable yang diteliti dan berfungsi sebagai alat pembuktian hipotesis. Seperti pendapat Suharsimi Arikunto (2006:144) bahwa, ”benar tidaknya data, sangat menentukan bermutu tidaknya hasil penelitian. Sedangkan benar tidaknya data, tergantung dari baik tidaknya instrumen pengumpulan data.”
    Validitas
Uji validitas dilakukan berkenaan dengan ketepatan alat ukurtehadap konsep yang diukur, sehingga dapat dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang hendak diukur. Sedangkan menurut Suharsimi Arikunto (2006:64) “Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrument.”Untuk menguji tingkat validitas menggunakan rumus kolerasi product moment.

r_xy=(N∑▒Xy-(∑▒x)(∑▒y))/√([N^∑▒x^2 -(∑▒x)^2 (∑▒y)-(∑▒y)^2 ]^ )                            (Riduwan,2008:62)


Keterangan:
r_xy  = Koefisien korelasi antar variabel x dan y
N    = Jumlah responden
∑x  =Jumlah skor item
∑y  =Jumlah skor total (seluruh item)

Hasil yang sudah di dapat dari rumus product moment, lalu didistribusikan ke dalam rumus t, dengan rumus sebagai berikut:
t=r  √(n-2)/√(1-r^2 )             (Riduwan,2008:223)
                         
Keterangan:
t = Uji signifikansi korelasi
n = Jumlah sampel
r = Nilai koefisien korelasi
Hasil t hitung tersebut kemudian dikonsultasikan dengan harga distribusi t tabel dengan taraf signifikansi (α) = 0,05 yang artinyapeluang kesalahan 5% setiap item akan terbukti bila harga t hitung > t table Dengan taraf kepercayaan 95% serta derajat kebebasan (dk)= n-2.Kriteria pengujian item adalah jika t hitung > t tabel maka item tersebut valid dan sebalikya jika t hitung < t tabel, maka item tidak valid.
    Reliabilitas
Reliabilitas digunakan untuk mengetahui apakah alat pengumpulan data tersebut menunjukkan tingkat ketepatan, keakuratan, kestabilan atau konsistensi dalam mengungkapkan gejala tertentu dari sekelompok individu walaupun dilaksanakan pada waktu yang berbeda. Reliabilitas menurut Sekaran (dalam jogiyanto, 2007:120) ‘adalahsuatu pengukur menunjukkan stabilitas dan konsistensi dari suatu instrument yang mengukur suatu konsep yang berguna untuk mengakses “kebaikan” dari suatu pengukur. Jadi, dapat disimpulkan bahwa reliabilitas berhubungan dengan konsistensi dari pengukur dan suatu pengukur dikatakan reliabel (dapat diandalkan) jika dapat dipercaya. Supaya dapat dipercaya,   maka hasil dari pengukuran harus akurat dan konsisten. Dikatakan konsisten jika beberapa pengukuran terhadap subyek yang sama diperoleh hasil yang tidak berbeda. Untuk menghitung reliabilitas instrument dalam penelitian ini menggunakan rumus Cronbach Alpha (r11) dengan rumus dan langkah perhitungan sebagai berikut:
Langkah 1: Mencari varian tiap butir

σ^a=(∑▒〖x^2-((Σx)^2)/N〗)/N                          Suharsimi Arikunto (2006 :110)



Keterangan:
a      = Harga varians total
Σᵪ²      = Jumlah kuadrat jawaban responden dari setiap item
(Σᵪ)²  = Jumlah skor seluruh responden dari setiap item
N     = Jumlah responden
Langkah 2: Menghitung varian total

σ^a=(∑▒〖x^2-〗  ((Σx)^2)/N)/N                                     Suharsimi Arikunto (2006 :112)



Keterangan :
σ_a     = Harga varians total
∑▒x^2     = Jumlah kuadrat jawaban responden dari setiap item
(Σx)^2    = Jumlah skor seluruh responden dari setiap item
N         = Jumlah responden
        Langkah 3. Menghitung reliabilitas instrumen dengan rumus Alpha
r_11=k/(k-1) {1-(∑▒σ_b^2 )/(σ^2 1)}                  Suharsimi Arikunto (2006 :112)




Keterangan :
r¹¹   = Reliabilitas angket
k   = Banyak item/ butir angket
b² = Harga varian item
²  = Harga varians total

Setelah diperoleh nilai rxy selanjutnya dikonsultasikan dengan nilai rtabel dengan taraf signifikan 5 % atau pada tingkat kepercayaan 95%.“Jika didapatkan nilai rxy hitung > rtabel, maka butir instrumen dapat dikatakan reliabel, akan tetapi sebelumnya jika nilai rxy < rtabel, makadikatakan bahwa instrumen tersebut tidak reliabel.” (SuharsimiArikunto,2006:147).
    TEKNIK ANALISIS DATA
Untuk mengetahui pengaruh kompetensi (X1), Fasilitas Belajar (X2) dan Motivasi belajar (X3), Terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS (Y).Sebelumnya dilakukan pengecekan terhadap jumlah angket yang dikembalikan oleh responden, dan memberikan skor pada setiap jawaban responden. Untuk lebih jelasnya prosedur dalam pengolahan data yaitu sebagai berikut:
    Memeriksa angket yang telah diisi. Hal ini dimaksudkan untukmemeriksa kelengkapan angket yang telah diisi oleh responden.
    Pemberian skor untuk setiap item pernyataan yang ada. Alat ukur yang digunakan adalah skala numerik.
Skala numerik menggunakan ukuran interval. Namun data yang diperoleh dari penelitian menggunakan ukuran ordinal. Data ordinal merupakan data yang bersifat kualitatif  yaitu data yang dikategorikan menurut kualitas objek yang dipelajari. Supaya berbentuk bilangan yaitu butir-butir skala kompetensi pedagogik, kompetensi profesional, kompetensi personal, dan kompetensi sosial yang ditetapkan menurut numerik mempunyai kategori lima jawaban. Untuk lebih jelasnya Skala pengukuran untuk instrument dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:
          Tabel 4
Skala Pengukuran Untuk Instrument

NO    Alternatif Jawaban     Bobot Penilaian
        Positif    Negatif
        Selalu (SL)/Sangat Setuju    5    1
        Sering (S)/Setuju    4    2
        Kadang-kadang (KD)/Ragu-ragu    3    3
        Jarang (JR)/Tidak Setuju    2    4
        Tidak Pernah (TP)/Sangat Tidak Setuju    1    5
Sumber: (Suharsimi Arikunto, 2006:182).
    Rekapitulasi nilai angket variabel kompetensi guru, Fasilitas belajar, motivasi belajar,  dan variabel Hasil belajar .
    Jenis data yang terkumpul dalam penelitian ini adalah ordinal.
Sedangkan salah satu syarat dalam menggunakan analisi jalur, data yang diperoleh sekurang-kurangnya interval. Maka data ordinal tersebut harus di ubah ke interval dengan menggunakan program perhitungan MSI (Methods Succesive Interval). Adapun langkah-langkah untuk melakukan transformasi data ordinal ke interval melalui MSI yaitu sebagai berikut:
    Perhatikan tiap butir pernyataan dalam angket.
    Untuk butir tersebut, tentukan berapa banyak responden yang mendapatkan (menjawab) 1,2,3,4 dan 5 yang disebut sebagai frekuensi.
    Setiap frekuensi dibagi banyaknya responden dan hasilnyadisebut proporsi (P)
    Tentukan proporsi komulatif (PK) dengan cara menjumlahkanantara proporsi yang ada dengan proporsi sebelumnya.
    Dengan menggunakan tabel distribusi normal baku, tentukannilai z untuk setiap kategori.
    Tentukan nilai distribusi untuk setiap nilai z yang diperoleh dan menggunakan tabel ordinat distribusi normal baku.
    Hitung SV (Scale Value) = Nilai skala dengan rumus sebagaiberikut:




7.    TEKNIK PENGUJIAN HIPOTESIS
Data yang diperoleh dari penelitian ini bersifat ordinal yang di transformasi ke interval. Peneliti menggunakan perhitungan uji normalitas untuk megetahui data yang diperoleh normal atau tidak normal serta menggunakan analisis jalur (path analysis) yaitu menganalisis pola hubungan antar variabel dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh langsung maupun tidak langsung seperangkat variabel bebas (eksogen) terhadap variabel terikat (endogen).
1. Uji Normalitas
Uji normalitas ini digunakan untuk mengetahui apakah data tersebut normal atau tidak. Apabila data berdistribusi normal maka statistik yang digunakan adalah statistik parametrik. Akan tetapi apabila data tidak berdistribusi normal maka statistik yang digunakan adalah statistik non parametrik. Uji normalitas dapat dilihat dari grafik plot linier dan histogram. Grafik histogram menunjukkan pola yang mendekati bentuk bel dan plot linier memperlihatkan data yang bergerak mengikuti garis linier diagonal sehingga dapat disimpulkan bahwa data berdistribusi normal dan memenuhi asumsi normalitas. Dapat dilihat dari Q-Q plot dimana jika data tersebar mengikuti garis normal, maka data tersebut berdistribusi normal.
Menurut Imam Ghazali (2007:110) bahwa :
Salah satu cara termudah untuk melihat normalitas residual adalah dengan melihat grafik histogram yang membandingkan antara data observasi dengan distribusi yang mendekati distribusi normal. Namun ada metode yang lebih handal yaitu dengan melihat probability plot yang membandingkan distribusi kumulatif dari ditribusi normal. Distribusi normal akan membentuk satu garis lurus diagonal, dan ploting data residual normal, maka garis yang menggambarkan data sesungguhnya akan mengikuti garis diagonal.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa data berdistribusi normal dan memenuhi asumsi normalitas apabila tersebar mengikuti garis normal, sebaliknya data tidak berdistribusi normal dan tidak memenuhi asumsi normalitasapabila tidak tersebar megikuti garis normal.
2. Analisis Data
Model Path Analysis digunakan untuk menganalisis pola hubungan antar variabel dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh langsung maupun tidak langsung seperangkat variabel bebas (eksogen) terhadap variabel terikat (endogen). Pada dasarnya analisis jalur merupakan analisis regresi, namun memiliki analisis jalur berbeda dengan rergresi biasa khususnya dalam hal penggunaannya.
Berdasarkan teori-teori yang telah dipaparkan pada Bab 2 terdapat korelasi antara X terhadap Y, terdapat juga korelasi antara X1,X2 terhadap X3. Sehingga peneliti dalam penelitian ini menggunakan model path analysis. Hipotesis tersebut digambarkan dalam sebuah paradigma seperti berikut ini:





















Keterangan :
Y = Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPS
X1 = Kompetensi Profesional Guru IPS
X2 = Fasilitas Belajar Siswa
X3 = Motivasi Belajar Siswa

Berdasarkan diagram jalur yang telah disusun oleh penulis, maka dapat dibuat kedalam persamaan berikut:

X3 = ρX3X1 + ρX3X2 + e1

Y = ρyX1 + ρyX2 + ρyX3 + e2


    AGENDA PENELITIAN


Penelitian direncanakan selama enam bulan dari Oktober 2011 sampai Maret 2012. Uraian rencana kegiatan penelitian terlihat pada tabel berikut:


                                                 Tabel 5
Rencana Kegiatan Penelitian
No    Kegiatan Penelitian    Bulan 1    Bulan 2    Bulan 3    Bulan 4    Bulan 5
        1    2    3    4    1    2    3    4    1    2    3    4    1    2    3    4    1    2    3    4
1    Penyusunan Proposal    X    X    X                                                                  
2    Bimbingan Proposal                X    X    X    X    X                                              
3    Sidang Proposal                                    X                                          
4    Perbaikan Proposal                                        X    X    X                              
5    Penyusunan Angket                                                    X                          
6    Pengumpulan Data                                                    X    X                      
7    Analisis dan pengolahan data                                                        X    X                  
8    Bimbingan Tesis                                                            X    X    X    X    X  
9    Sidang Tesis                                                                                X


    DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. (2006). Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.

Arikunto, Suharsimi. (2009). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Budiningsih, C Asri. (2005). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.

Hamalik Omar. (1995). Kurikulum dan Pembelajaran. Bandung: Jemmars.
Hamalik, Oemar. (2002). Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem. Jakarta; Bumi Aksara.

Kusnendi. (2005). Analisis Jalur Konsep dan  Aplikasi dengan  Program SPSS dan Lisrel 8. Bandung: Jurusan Pendidikan Ekonomi UPI.

Kusnendi. (2008). Model-Model Persamaan Struktural. Bandung: Alfabeta.

Mudjiono, dan Dimyati. (2002). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.

Mulyasa, E. 2009. Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru.bandung: remaja Rosdakarya

Nazir. Moh. (2005). Metode penelitian. Bogor: Ghalia Indonesia.
Rocheaty Ety. (2007). Metode Penelitian dengan Aplikasi SPSs. Jakarta: Mitra wacana Media.
Sapriya. 2009. Pendidikan IPS Konsep dan Pembelajaran. Bandung: Remaja Rosdakarya


Sapriya dkk.(2006). Pembelajaran dan Evaluasi Hasil Belajar-Mengajar. Bandung: Sinar Baru.

Sanaky, H. AH.(2009). Kompetensi dan Sertivikasi Guru.(On Line). Tersedia di: www.infodiknas.com/kompetensidansertifikasiguru/diakses tanggal 22 November 2011.

Singaribun Masri & Efendi Sofyan. (2011). Metode Penlitian Survay.Cetakan ke Empat. Jakarta:LP3ES.

Sumaatmaja. (1988). Studi Geografi “Suatu Pendekatan dan Analisa. Bandung: Alumni.

Syah Muhibbin. (2004). Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung: Rosdakarya.

Tika M. Pabundu. (2005). Metode Penelitian Geografi. Jakarta: Gramedia Pustaka
Wahab Azis A. (2008). Metode dan Model-model Mengajar IPS. Bandung: Alvabeta

Peraturan Menteri Pendidikan nasional Nomor 16 Tahun 2007 Tentang Standar Kualifikasi dan Kompetensi Guru.

Purwanto, Ngalim. (2009). Ilmu Pendidikan Teoretis dan Praktis. Bandung:Remaja Rosdakarya.

Riduwan. (2004). Metode dan Teknik Menyusun Tesis .Bandung: Alfabeta.

Petersen,Lindy. (1992). Bagaimana Memotivasi Anak Belajar. Jakarta.Grasindo.

Usman, Moch. Uzer. (2006). Menjadi Guru Profesional. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya.


Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Laundry Detergent Coupons