About

Pages

Diberdayakan oleh Blogger.

Mengenai Saya

Foto saya
Berpikir POSITIF, KRITIS, KREATIF,INOVATIF, SOLUTIF...berserah diri pada ALLAH SWT.

talk n think my Blog

Senin, 29 Agustus 2011

ucapan selamat idul fitri kepada seluruh umat islam didunia...

Berikut ini adalah ucapan selamat Hari Raya Idul Fitri dalam beberapa bahasa di dunia. Siapa tahu anda ingin mengucapkannya kepada teman anda di daerah lain atau di negara lain, yang ikut merayakannya.
Indonesia : Selamat Lebaran, Selamat Idul Fitri
Banjar : Salamat Bahari raya
Jawa : Sugeng Riyadin
Padang : Selamet Idul Fitri
Sunda : Wilujeng boboran siyam
Afghanistan : Kochnay Akhtar
Arab : Aid Mubarok
Bangladesh : Rojar Eid
Belanda : Eigendom Mubarak
Bosnia : Ramazanski Bajram
Bulgaria : Pritezhavani Mubarak
Chech : Vlastnictvi Mubarak
Cina : Guoyou Mubalake
Denmark : Ejet Mubarak
Finladia : Omistama Mubarakiin
Inggris : Happy Eid El Fitr
Israel : Bebe’lanat Mawba’rak
Itali : Proprieta Mubarak
Jepang : Chuuko Mubaraku
Jerman : Besitz Mubarak
Korea : Junggo mubarakeu
Kroasia : Vlasnistvu Mubarak
Kurdishtan : Cejna Remezanê
Malaysia : Salam Aidilfitri
Mesir : Ed Karim atau Eid Sahid
Nigeria : Sallah
Perancis : Fete de l’aid
Persia Iran : Eid-e-Sayed Fitr
Polandia : Wlasnosia Mubarak
Portugis : Mubarak propriedade
Rumania : Mubarak aflate in proprietatea
Rusia : Prinadlezhashchikh Mubarakj
Senegal : Korite
Spanyol : Mubarak, de propiedad
Swedia : Agda Mubarak
Turki : Ramazan Bayrami
Urdu India : Choti Eid
Yunani : Aneekoeen Moeemparak
Selamat hari raya idul fitri 1430, minal aidzin wal faizin maafkan lahir dan batin

Sabtu, 27 Agustus 2011

Idul Fitri Momentum Merajut Perdamaian

Idul Fitri Momentum Merajut Perdamaian

Bagi kaum Muslim, momentum Idul Fitri adalah saat-saat penting untuk bersilaturrahim dan saling memaafkan. Seluruh kesalahan yang pernah dilakukan terhadap sesama selama setahun, seolah ingin dilebur di hari Lebaran. Ucapan minal a’idin wal-faizin pun terdengar di mana-mana Kaum Muslim seolah kembali ke asal kesucian.
Menurut tokoh NU Said Aqil Siradj, memaafkan adalah pekerjaan gampang-gampang susah. Tidak semua orang mau berbesar hati memaafkan kesalahan orang lain. Apalagi jika dia menganggap kesalahan itu terlalu besar sehingga kata maaf dianggap terlalu ringan dan tidak cukup untuk menebus kesalahan itu. “Kata memaafkan sendiri dalam surat Ali Imran Ayat 134 didahului dengan kata menahan amarah. Karena orang yang tidak bersedia memaafkan kesalahan orang lain, biasanya memendam amarah atau menyimpan dendam,” jelasnya.
Lebih jauh Said menyatakan, dalam Al Quran, kata dendam yang terkait gejala kemanusiaan paling sedikit disebutkan dua kali, yaitu dalam surat Al-Hijr Ayat 45-50 dan surat Al-A’raf Ayat 43. Kedua redaksi ayat itu persis sama: “Dan kami lenyapkan segala macam dendam yang ada dalam dada mereka”. Keduanya dirangkai dengan keterangan mengenai keadaan surga. “Kesimpulan ringkas yang diurai petunjuk Al Quran adalah sifat dendam-yang salah satu bentuknya adalah tidak mau memaafkan kesalahan orang lain-bukanlah sifat orang yang beriman. Sebab, Allah sendiri Maha Pemaaf. Allah juga mencirikan orang-orang yang beriman sebagai orang yang apabila marah mau memberi maaf,” tegasnya.
Bagi kalangan tertentu yang menginginkan dakwah secara radikal dan menimbulkan permusuhan, kata Said, maka di hari Idul Fitri, kini adalah saatnya untuk merenungkan kembali sikap dakwah yang lebih arif (bi al-hikmah). Pesan nabi Muhammad, “Jangan sampai perselisihan itu berlanjut lebih dari tiga hari”. “Mudah-mudahan melalui hari Idul Fitri ini kita bisa memetik hikmah untuk diterapkan dalam kehidupan nyata, agar rasa damai dan persaudaraan selalu menyertai kita di mana pun dan kapan pun,” harapnya.
Dosen Mahad Al-Birr Unismuh Makassar Muh Ilham Muchtar menambahkan, Idul Fitri adalah hari raya penuh kegembiraan dan kebahagiaan bagi segenap umat Islam, karena mereka telah memenangkan ‘pertempuran’ yang begitu hebat. Yaitu pertempuran melawan hawa nafsu sendiri melalui ibadah puasa. “Sehingga wajarlah bila seluruh umat Islam di mana saja berada, pasti selalu menyambut hari raya ini dengan antusias,” ujarnya.
Namun demikian, kata Ilham, hendaknya kaum Muslim selalu menyadari bahwa hakikat dari Idul Fitri tidaklah terletak pada momentum perayaan dan keramaiannya saja. Melainkan pada kesadaran bahwa kita semua –insya Allah- telah disucikan oleh Allah SWT dari noda-noda dosa yang selama ini menyelimuti tubuh kita. “Sebagaimana sabda Rasulullah saw: “Barang siapa berpuasa dan melaksanakan salat pada malamnya (qiyamullail), karena motivasi iman dan penuh pengharapan, maka ia akan bebas dari dosa-dosanya seperti seorang bayi yang keluar dari rahim ibunya” (HR. Ahmad),” jelasnya.
Walau demikian, kata Ilham, kiranya sangat naif, bila kita telah bebas dan bersih dari noda-noda dosa kepada Allah SWT, namun ternyata kita masih punya utang dosa kepada sesama manusia. Mungkin saja kita pernah menyakiti perasaan orang lain, kasar, melakukan kekerasan, atau perbuatan zalim lainnya. “Maka perbuatan seperti ini, tidak diampuni oleh Allah SWT kecuali orang itu telah lebih dahulu memaafkan kesalahan,” tegasnya.
Sementara itu, Ketua Umum Tanfidziah Pengurus Besar Nahdatul Ulama (PBNU) KH Hasyim Muzadi, mengatakan, Lebaran bisa menjadi momentum untuk menghindari kekerasan yang kadang dilakukan sekelompok kecil umat. “Karena kekerasan juga bukan ajaran Islam sebab Islam mengajarkan umatnya untuk menjadi rahmat bagi sekalian alam (rahmatan lil-’alamiin),” ujarnya.
Menurut Hasyim, sudah lebih dari 100 tahun bangsa Indonesia yang mayoritas umat Islam hidup dengan damai tanpa kekerasan. Ia menengarai maraknya unjukrasa yang berakhir rusuh maupun kasus-kasus pertikaian antarumat agama di Indonesia bukan karena faktor agama.
Pemicu kekerasan, menurut Hasyim, lebih disebabkan munculnya eksklusivisme dan ketidakadilan yang dirasakan hingga muncul upaya ‘pembelaan’. “Kondisi ini dialami negara-negara di Timur Tengah seperti Palestina, Irak, dan Afghanistan,” tegasnya.

Kecerdasan Spiritual Menentukan Jati Diri

“Bangun Silaturrahim yang Berkualitas”

Setelah sebulan lamanya umat Islam menjalankan ibadah puasa, beberapa hari lagi kaum Muslimin akan merayakan ‘kemenangan’, yakni Hari Raya Idul Fitri. Bagaimana sebaiknya umat Islam memaknai dan menyikapi hari mulia tersebut agar tidak sia-sia dan terkesan simbolik? Apa yang harus dilakukan umat beragama agar momentum lebaran ini dapat menjadi pintu masuk untuk membangun perdamaian dan menjauhkan dari segala tindak kekerasan?
Membahas masalah tersebut, tim At-Tanwir mewawancarai intelektual dan Katib Syuriah PBNU, Prof Dr Said Aqil Siradj. Petikannya:
Hari Raya Idul Fitri setiap tahun kita rayakan. Bagaimana sebaiknya umat Islam memaknai dan menyikapinya?
Pemaknaan yang paling tepat adalah ‘silaturrahim,’ yakni memperkuat tali persaudaraan antar sesama umat Islam, juga umat lainnya. Umat Islam minimal 5 kali menjaga silaturrahim dengan Allah, melalui shalat. Dan melalui shalat pula (shalat berjamaah), minimal 5 kali umat Islam menjaga dan memperkuat tali persaudaraan sesama kaum Muslim. Al-Quran menjelaskan dalam Surat Ar-Ra’d ayat 26, “Orang-orang yang mau menghubungkan tali silaturrahim sesuai perintah Allah, dan takut kepada Allah dilandasi rasa keimanan.” Jadi menyambung tali silaturrahim itu jelas ajarannya.
Persoalannya, silaturrahim yang seperti apa? Apakah hanya sebatas saling bertemu?
Bukan seperti itu maksudnya. Kalau hanya saling bertemu mudah saja dilakukan. Tapi, yang diajarkan oleh Islam adalah silaturrahim yang ada tindaklanjut. Artinya, hubungan yang berkualitas antar sesama Muslim itu hanya bisa dibangun kalau ada tindaklanjut dalam bentuk amal, kreatifitas, dan sejenisnya, yang bermanfaat bagi umat dan bangsa. Dari situ akan terwujud bangunan silaturrahim yang hakiki, kuat, dan tak mudah goyah. Sekarang ini antar negara Islam saja kan tidak kuat hubungannya. Seperti di bidang ekonomi, mereka lebih suka berhubungan dengan Barat. Jadi kerjasama di sini penting.
Apa yang harus dilakukan agar pelajaran dari berpuasa itu berdampak nyata, dan juga manfaat lebaran berdampak pada tindakan riil?
Hemat saya, meningkatkan kesadaran menghayati dan memahami ajaran Islam. Harus diakui, umat Islam kurang familiar dengan ajaran agamanya. Shalat itu minimalnya 5 kali sehari, zakat minimalnya 2.5 persen setahun, puasa minimalnya sekali dalam setahun, haji minimalnya sekali seumur hidup (bagi yang mampu), dan sebagainya. Tapi yang minimal saja kan umat Islam masih banyak yang bolong-bolong, tidak taat menjalankannya. Padahal, semua agama saya yakin berdampak baik bagi kehidupan sosial. Jadi kesadaran terhadap nilai agama yang lemah.
Di bulan suci ini, dan menjelang Idul Fitri, tindak kekerasan terus terjadi, seperti peledakan bom di Poso dan di tempat lain. Apa pendapat Anda?
Ya, kita prihatin dan sayangkan kejadian semacam itu terus berulang, apalagi di bulan suci ini. Karena itu, saya menghimbau agar umat beragama, khususnya umat Islam, jangan sampai terpancing. Sebab, kejadian semacam itu tidak sertamerta terjadi dengan sendirinya, tapi ada rekayasa. Semua itu politis. Karena itu, kuncinya, hukum harus ditegakkan, polisi mesti tegas, dan umat beragama memahami dan mengamalkan ajaran agamanya secara benar. Kalau hukum tidak tegak, aparat kosong kehadirannya, maka dapat memicu munculnya tindakan dan benih-benih radikalisme lainnya. Jangan sampai ini terjadi.

Kecerdasan Spiritual Menentukan Jati Diri

In Islam, psikologi on 14 Oktober 2010 at 6:56 AM
Sudah tertanam anggapan umum masyarakat, anak yang nilai matematikanya kurang bagus dikelompokkan sebagai anak bodoh. Wajar jika sebagian besar orang tua cemas bila anaknya kurang pandai matematika.
Padahal kecerdasan tidak hanya terbatas pada intelektual, dikenal juga kecerdasan emosional (emotional intelligence) dan kecerdasan spiritual (spiritual intelligence).
Jika kecerdasan emosional memang membuat orang lebih mudah mencapai sukses dalam hidup. Tapi, untuk menemukan kebahagiaan dan makna dari kehidupan, diperlukan kecerdasan spiritual.
Kecerdasan spiritual diyakini sebagai kecerdasan yang paling utama dibandingkan dengan berbagai jenis kecerdasan yang lain. Kata spiritual memiliki akar kata spirit yang berarti roh. Kata ini berasal dari bahasa Latin, spiritus, yang berarti napas.
Roh bisa diartikan sebagai energi kehidupan, yang membuat manusia dapat hidup, bernapas dan bergerak. Spiritual berarti pula segala sesuatu di luar fisik, termasuk pikiran, perasaan, dan karakter kita.
Kecerdasan spiritual berarti kemampuan seseorang untuk dapat mengenal dan memahami diri seseorang sepenuhnya sebagai makhluk spiritual maupun sebagai bagian dari alam semesta. Dengan memiliki kecerdasan spiritual berarti bisa memahami sepenuhnya makna dan hakikat kehidupan yang kita jalani dan ke manakah kita akan pergi
Menurut Roberts A. Emmons dalam buku The Psychology of Ultimate Concerns, ada lima karakteristik orang yang cerdasa secara spiritual yaitu kemampuan untuk mentransendensikan yang fisik dan material, kemampuan untuk mengalami tingkat kesadaran yang memuncak, kemampuan untuk mensakralkan pengalaman sehari-hari, kemampuan untuk menggunakan sumber-sumber spiritual buat menyelesaikan masalah dan kemampuan untuk berbuat baik.
“Dua karakteristik yang pertama sering disebut sebagai komponen inti kecerdasan spiritual,” ujar Emmons.
Orang yang cerdas secara spiritual tidak memecahkan persoalan hidup hanya secara rasional atau emosional saja. Dia menghubungkannya dengan makna kehidupan secara spiritual. Dia merujuk pada warisan spiritual seperti teks-teks Kitab Suci untuk memberikan penafsiran pada situasi yang dihadapinya, untuk melakukan definisi situasi.
Pengamat dan pakar pendidikan, DR. H. Arief Rachman MPd mengemukakan pentingnya mengembangkan potensi anak untuk mendukung kecerdasan majemuk. Menurut Dosen Universitas Negeri Jakarta (UNJ) itu, orangtua hendaknya mengenali ragam potensi kecerdasan anak yaitu potensi spiritual, potensi perasaan, potensi akal, potensi sosial, potensi jasmani.
Potensi spiritual terdiri dari kemampuan menghadirkan Tuhan atau keimanan dalam setiap aktivitas, kegemaran berbuat untuk Tuhan, disiplin beribadah, sabar berupaya, dan bersyukur atas pemberian Tuhan kepada kita. Sedangkan potensi perasaan mencakup pengendalian emosi, mengerti perasaan orang lain, senang bekerjasama, menunda kepuasan sesaat dan berkepribadian stabil.
Menurut Psikolog Anak & Remaja Lentera Insan Child Development & Education Center, Hj. Fitriani F. Syahrul, Msi.Psi, perayaan hari raya Idul Fitri sebenarnya sebagai salah satu waktu yang tepat dalam mengasah kecerdasan spiritual.
Sayangnya, masih banyak orangtua yang belum mencontohkan hari raya Idul sebagai ajang untuk membersihkan jiwa sehingga kembali suci. Namun, masih sebatas ritual seperti baju baru atau pemberian angpau pada waktu silaturahmi ke rumah kerabat.
“Sebenarnya bermaaf-maafan itu sebaiknya dilakukan sebelum bulan puasa, kemudian kita menjalankan ibadah puasa sebaik-baiknya. Sehingga memudahkan kita untuk kembali suci diri pada hari Idul Fitri,” ujar ibu dari tiga anak ini.
Selain itu, mengasah kecerdasan spiritual juga dapat dilakukan dengan mengajarkan anak-anak bersyukur atas makanan yang lebih banyak di hari raya Lebaran sebagai berkah atas ketakwaan yang dilakukan selama bulan Ramadhan.
Yang sering dilupakan oleh kaum muslim di Indonesia ialah perayaan dari Hari Raya Kurban atau Idul Adha. Padahal, lanjut Fitri, Idul Adha merupakan salah satu simbol dari penaklukan hawa nafsu manusia dan pasrah kepada perintah Tuhan.
“Hari raya Idul Fitri juga sebaiknya jangan berlebih-lebihan, karena ada ibadah puasa Syawal yang harus dilakukan umat muslim,” pungkas Fitri.

Rabu, 24 Agustus 2011

analisis masalah sosial

MASALAH SOSIAL
Kegiatan Belajar 1 membicarakan pengertian masalah sosial serta karakteristiknya, yang memberikan wawasan lebih luas dalam memahami kelayan yang dibantu melalui intervensi. Dari seluruh pembahasan di atas diperoleh gambaran sebagai berikut:
1. Masalah sosial akan terjadi apabila keberfungsian sosial seorang individu menjadi tidak efektif untuk memenuhi tuntutan lingkungan dan karena bermacam kebutuhan individu tidak dapat dipenuhi.
2. Sebuah masalah sosial dipersepsikan berbeda oleh kelayan, yang memandangnya secara emosional dan subjektif, sedangkan penyantun atau pihak yang membantu memandang masalah tersebut secara lebih rasional dan objektif.
3. Beberapa karakteristik masalah sosial yang perlu diperhatikan antara lain adalah sebagai
berikut:
o
seseorang yang mengalami sebuah masalah yang sama untuk masa waktu yang
lama akan menyebabkan orang tersebut tidak merasa bermasalah;
o
masalah yang tidak diatasi secara tuntas dapat menyebabkan timbulnya masalah
ikutan lain, sehingga merupakan sebuah mata rantai masalah.
o
mata rantai masalah tersebut dapat dipilahkan menjadi beberapa kategori yang dapat memudahkan pemahaman dan penanganan masalah. Pemilahan tersebut adalah:
*masalah dasar * masalah penyebab * masalah pemicu * masalah yang mendesak
o
* masalah yang harus diselesaikan
4. Seorang kelayan cenderung memandang masalah yang dialami secara emosional dan subjektif. Oleh karenanya penyantun mengajak kelayan untuk dapat menghadapi masalahnya sebagai sebuah fakta kehidupan, yang dapat dipelajari secara objektif. Memandang masalah secara objektif dan nyata menjadi salah satu tujuan intervensi sosial.
5. Seseorang yang mengalami masalah berada dalam situasi yang menegangkan (stressful situation) sehingga mekanisme untuk menyesuaikan diri terhadap situasi tersebut menjadi tidak efektif, dan kemampuan untuk menyelesaikan masalah menjadi sangat menurun, bahkan ada kalanya menjadi "lumpuh".
Fungsi Sosial
1. Proses sosialisasi telah memungkinkan seseorang tumbuh dan berkembang menjadi
orang dewasa yang dapat menjalankan:
1. berbagai peranan sosialnya sesuai dengan kedudukan sosial yang dicapainya
dalam bermacam lingkungan sosial di mana dia menjadi warganya;
2. kemampuan menjalankan multi status dan multi peranan tersebut dibentuk melalui
proses pembelajaran di lingkungan budaya di mana nilai-nilai dan norma-norma
sosial berlaku di lingkungan tersebut.
2. Kemampuan untuk menjalankan multi peranan dalam bermacam kedudukan sosial,
sesuai dengan tuntutan lingkungannya, menunjukkan keberfungsian sosial manusia. Di
samping itu keberfungsian sosial juga mencakup pemenuhan kebutuhan dasar dirinya
dan orang-orang yang menjadi tanggungannya.

1. Kebutuhan dasar manusia itu mencakup aspek-aspek kebutuhan (1) fisik; (2)
pengembangan diri; (3) emosional; dan (4) konsep diri yang memadai.
2. Maslow menggunakan jenjang-jenjang kebutuhan
3. Perkembangan diri yang optimal ditandai oleh karakteristik yang berjenjang tinggi, seperti
(i) penerimaan terhadap dirinya sendiri, orang lain, dan alam; (ii)mengupayakan keadilan,
kebenaran, ketertiban, kesatuan dan keindahan; (iii) memiliki kemampuan mengatasi
masalah; (iv) mandiri; (v) kaya akan respon emosional; (vii) memiliki relasi antarmanusia
yang memuaskan dan berkembang; (viii) kreatif; dan (ix) memiliki dan menjunjung tinggi
nilai-nilai moral.
Keberfungsian sosial
Istilah keberfungsian sosial mengacu pada cara-cara yang dipakai oleh individu akan kolektivitas seperti keluarga dalam bertingkah laku agar dapat melaksanakan tugas-tugas kehidupannya serta dapat memenuhi kebutuhannya. Juga dapat diartikan sebagai kegiatan-kegiatan yang dianggap penting dan pokok bagi penampilan beberapa peranan sosial tertentu yang harus dilaksanakan oleh setiap individu sebagai konsekuensi dari keanggotaannya dalam masyarakat. Penampilan dianggap efektif diantarannya jika suatu keluarga mampu melaksanakan tugas- tugasnya, menurut (Achlis, 1992) keberfungsian sosial adalah kemampuan seseorang dalam melaksanakan tugas dan peranannya selama berinteraksi dalam situasi social tertentu berupa adanya rintangan dan hambatan dalam mewujudkan nilai dirinnya mencapai kebutuhan hidupnya.
Keberfungsian sosial kelurga mengandung pengertian pertukaran dan kesinambungan, serta adaptasi resprokal antara keluarga dengan anggotannya, dengan lingkungannya, dan dengan tetangganya dll. Kemampuan berfungsi social secara positif dan adaptif bagi sebuah keluarga salah satunnya jika berhasil dalam melaksanakan tugas-tugas kehidupan, peranan dan fungsinya terutama dalam sosialisasi terhadap anggota keluarganya.
HAKEKAT MASALAH SOSIAL
Menurut Soerjono Soekanto, masalah sosial adalah suatu ketidaksesuaian antara unsur- unsur kebudayaan atau masyarakat, yang membahayakan kehidupan kelompok sosial. Jika terjadi bentrokan antara unsur-unsur yang ada dapat menimbulkan gangguan hubungan sosial seperti kegoyahan dalam kehidupan kelompok atau masyarakat.
Senada dengan hal pendapat tersebut, Rubington dan Winberg (1999) mendifinisikan
masalah sosial sebagai berikut : ” Social problems as an alleged situation that is incompaible
with the values of significant number of people who agree that action is needed to alter the
situation”. Definisi tersebut menyebutkan bahwa masalah sosial yang diduga dan dianggap oleh
banyak orang bertentangan dengan nilai, sehingga mereka setuju adanya tindakan untuk mengatasi atau menghilangkan situasi tersebut. Berdasarkan definisi di atas, maka terdapat berbagai unsur dari pengertian masalah sosial yaitu :
1. Situasi. Masalah sosial merupakan suatu situasi, namun sembarang situasi. Masalah sosial adalah situasi yang diduga atau dianggap menggangu atau tidak mengenakkan orang lain. Situasi bermasalah juga dapat menggambarkan adanya ketimpangan atau kesenjangan anatar situasi yang diharapkan dengan situasi nyata ( a significant discrepancy between standart and social actuality) situasi tersebut dapat bernuansa mikro, meso, makro; serta berkonteks lokal, regional, nasional dan internasional.
2. Orang. Dalam masalah sosial paling tidak terdapat tiga pihak yang terlibat. Pihak pertama adalah orang yang memahami masalah sosial atau melakukan pelanggaran (client). Pihak kedua adalah orang uang menjadi korban masalah tersebut ( victim). Pihak ketiga adalah orang yang berkaitan dengan permasalahan dan menilai situasi tersebut sebagai situasi yang bermasalah (significant others).
3. Norma dan nilai. Dalam masalah sosial terdapat norma dan nilai yang dilanggar, padahal norma dan nilai seharusnya dijunjung tinggi dan dijadikan landasan dalam berperilaku. Jadi kalau ada individu yang melanggar norma dan nilai, maka individu lain akan bereaksi terhadap pelanggaran tersebut.
4. Tindakan. Jika ada masalah sosial, maka orang mengharapkan ada tindakan untuk menghadapi dan memecahkan masalah sosial tersebut (problems solving and coping) Tindakan tersebur dapat dilakukan oleh mereka sendiri atau pihak lain.
PRINSIP MASALAH SOSIAL
Untuk dapat memahami masalah sosial, sebaiknya diketahui prinsip-prinsip yang ada dalam
masalah sosial yaitu:
1. Kompleksitas. Masalah sosial disebabkan oleh berbagai faktor, baik faktor internal (pelaku) maupun eksternal (lingkungan/sistem sosial) Tidak ada masalah sosial yang disebabkan oleh faktor tunggal, tetapi selalu multi faktor. Disamping itu, suatu masalah sosial senantiasa berkaitan dengan masalah-masalah sosial lainnya.
2. Komprehensif. Masalah sosial dapat dilihat dari berbagai sudut pandang/perspektif,
seperti : fisik, ekonomis, sosial, budaya, hukum, psikologis dan keamanan.
3. Interdisipliner. Masalah sosial bukan hanya monopoli satu disiplin ilmu saja. Masalah sosial tidak dapat didekati dan ditangani oleh satu disiplin ilmu, namun perlu kerjasama antar disiplin.
4. Berkesinambungan. Masalah sosial akan terus ada seiring dengan kehidupan masyarakat. Hal itu menunjukkan bahwa setiap masyarakat pasti mempunyai masalah sosial, baik itu masyarakat pertanian, nelayan, industri, masyarakat pedesaan, pinggiran dan perkotaan. Masalah sosial memang dapat dikendalikan agar tidak tumbuh liar dan berkembang. Dapat direduksi dan dipecahkan, namun dapat tumbuh kembali atau muncul kembali dengan wajah dan penampilan baru.
KLASIFIKASI MASALAH SOSIAL
Pendekatan untuk menentukan klasifikasi masalah sosial biasanya bersifat dikotomis,
sehingga terdapat istilah masalah sosial berikut ini:
Masalah sosial Patalogis dan Non – Patalogis
Masalah sosial patalogis mengacu kepada penyakit sosial masyarakat, sehingga masalah sosial tersebut sulit sekali dipecahkan, karena seiring dengan kehidupan masyarakat itu sendiri, misalnya adalah : pelacuran (prostitution), kejahatan (crimes), dan penjudian (gambling). Masalah sosial non patalogis mengacu kepada masalah sosial yang bukan penyakit sosial masyarakat, sehingga relatif dapat dihilangkan atau ditanggulangi, misalnya adalah : kebut- kebutan di jalan, perkelahian pelajar, dan penipuan. Hal yang perlu diperhatikan adalah jika masalah sosial non patalogis tidak ditangani secara serius dapat menjadi masalah sosial patalogis.
Masalah sosial Klasik – Konvensional dan Modern – Kotemporer
Masalah sosial klasik-konvensional menunjukan masalah sosial yang terjadi di jaman dulu atau pada masyarakat tradisional atau pertanian, walaupun masalah tersebut hingga kini masih tetap ada. Contohnya adalah masalah kemiskinan, pengangguran, kejahatan dan pelacuran. Masalah sosial modern – kotemporer menunjukkan masalah sosial yang baru muncul pada masa sekarang atau masyarakat industri, misalnya masalah NAPZA, perdagangan anak dan wanita (traficking), anak jalanan (street childern), penyalahgunaan obat (drug abuse) dan terorisme.
Masalah Sosial Manifes dan Laten
Masalah sosial manifes (manifes social problems) merupakan masalah sosial yang timbul sebagai akibat terjadinya kepincangan-kepincangan dalam masyarakat. Kepincangan tersebut disebabkan karena tidak sesuainya dengan norma dan nilai masyarakat, sehingga anggota masyarakat melakukan penyimpangan (deviant behavior). Masyarakat pada umumnya tidak menyukai tindakan-tindakan menyimpang, sehingga berupaya untuk menghadapi dan mengatasi masalah sosial tersebut. Jadi masalah sosial manifes merupakan masalah sosial yang sudah ada dan terjadi. Masalah sosial laten (latent social problems) merupakan masalah sosial yang sebenarnya sudah ada, walaupun belum meluas, namun oleh sekelompok masyarakat ditutup-tutupi dan dianggap tidak ada. Masalah sosial ini sewaktu-waktu akan muncul menjadi masalah sosial manifes. Misalnya masalah konflik sosial yang disebabkan oleh suku, ras, agama, dan antar golongan, kebebasan hubungan seks di kalangan ramaja dan terorisme.
Masalah Sosial Strategis dan Biasa
Masalah sosial strategis mengacu kepada masalah sosial yang dianggap sentral dan mengakibatkan masalah-masalah sosial lainnya, seperti kemiskinan. Kemiskinan dianggap sebagai masalah sosial strategis karena dapat menyebabkan keterlantaran, kejahatan, pelacuran, kebodohan, dan sebagainya. Masalah sosial biasa mengacu kepada masalah sosial yang sering terjadi di masyarakat, namun dianggap tidak terlalu menimbulkan dampak besar, misalnya : pertengkaran dalam keluarga, perceraian, dan perkelahian.
Blumer (1971) dan Thompson (1988) mengatakan bahwa yang dimaksud dengan masalah sosial
adalah suatu kondisi yang dirumuskan atau dinyatakan oleh suatu entitas yang berpengaruh
yang mengancam nilai-nilai suatu masyarakat sehingga berdampak kepada sebagian besar
anggota masyarakat dan kondisi itu diharapkan dapat diatasi melalui kegiatan bersama. Entitas
tersebut dapat merupakan pembicaraan umum atau menjadi topik ulasan di media massa,
seperti televisi, internet, radio dan surat kabar.
Jadi yang memutuskan bahwa sesuatu itu merupakan masalah sosial atau bukan, adalah
masyarakat yang kemudian disosialisasikan melalui suatu entitas. Dan tingkat keparahan
masalah sosial yang terjadi dapat diukur dengan membandingkan antara sesuatu yang ideal
dengan realitas yang terjadi (Coleman dan Cresey, 1987).
Contohnya adalah masalah kemiskinan yang dapat didefinisikan sebagai suatu standar tingkat
hidup yang rendah, yaitu adanya suatu tingkat kekurangan materi pada sejumlah atau
segolongan orang dibandingkan dengan standar kehidupan yang umum berlaku di masyarakat
yang bersangkutan (Suparlan, 1984)
Dan untuk memudahkan mengamati masalah-masalah sosial, Stark (1975) membagi masalah
sosial menjadi 3 macam yaitu :
(1) Konflik dan kesenjangan, seperti : kemiskinan, kesenjangan, konflik antar kelompok,
pelecehan seksual dan masalah lingkungan.
(2) Perilaku menyimpang, seperti : kecanduan obat terlarang, gangguan mental, kejahatan,
kenakalan remaja dan kekerasan pergaulan.
(3) Perkembangan manusia, seperti : masalah keluarga, usia lanjut, kependudukan (seperti
urbanisasi) dan kesehatan seksual.
Salah satu penyebab utama timbulnya masalah sosial adalah pemenuhan akan kebutuhan hidup
(Etzioni, 1976). Artinya jika seorang anggota masyarakat gagal memenuhi kebutuhan hidupnya
maka ia akan cenderung melakukan tindak kejahatan dan kekerasan. Dan jika hal ini
berlangsung lebih masif maka akan menyebabkan dampak yang sangat merusak seperti
kerusuhan sosial. Hal ini juga didukung oleh pendapatnya Merton dan Nisbet (1971) bahwa
masalah sosial sebagai sesuatu yang bukan kebetulan tetapi berakar pada satu atau lebih

kebutuhan masyarakat yang terabaikan.
Dengan menggunakan asumsi yang lebih universal maka “tangga kebutuhan” dari Maslow dapat
digunakan yaitu pada dasarnya manusia membutuhkan kebutuhan fisiologis, sosiologis, afeksi
serta aktualisasi diri, meskipun Etzioni (1976) menjelaskan bahwa masyarakat berbeda antara
satu dengan yang lain terkait dengan cara memenuhi kebutuhan hidupnya. Karena seorang
individu pada dasarnya merupakan hasil “bangunan” budaya dimana individu itu tumbuh.



Top of FormBottom of Form
Top of Form

Mengatasi Emosi

Cara Mengatasi Emosi

Ketika emosi dan amarah memuncak maka segala sifat buruk yang ada dalam diri kita akan sulit dikendalikan dan rasa malu pun kadang akan hilang berganti dengan segala sifat buruk demi melampiaskan kemarahannya pada benda, binatang, orang lain, dll di sekitarnya.

Banyak orang bilang kalau menyimpan emosi secara terus-menerus dalam jangka waktu yang lama dapat pecah sewaktu-waktu dan bisa melakukan hal-hal yang lebih parah dari orang yang rutin emosian. Oleh sebab itu sebaiknya bila ada rasa marah atau emosi sebaiknya segera dihilangkan atau disalurkan pada hal-hal yang tidak melanggar hukum dan tidak merugikan manusia lain.

Beberapa ciri-ciri orang yang tidak mampu mengandalikan emosinya :
1. Berkata keras dan kasar pada orang lain.
2. Marah dengan merusak atau melempar barang-barang di sekitarnya.
3. Ringan tangan pada orang lain di sekitarnya.
4. Melakukan tindak kriminal / tindak kejahatan.
5. Melarikan diri dengan narkoba, minuman keras, pergaulan bebas, dsb.
6. Menangis dan larut dalam kekesalan yang mendalam.
7. Dendam dan merencanakan rencana jahat pada orang lain. dsb…
Cara lainnya :
1. Rasakan Yang Orang Lain Rasakan
Cobalah bayangkan apabila kita marah kepada orang lain. Nah, sekarang tukar posisi di mana anda menjadi korban yang dimarahi. Bagaimana kira-kira rasanya dimarahi. Kalau kemarahan sifatnya mendidik dan membangun mungkin ada manfaatnya, namun jika marah membabi buta tentu jelas anda akan cengar-cengir sendiri.
2. Tenangkan Hati Di Tempat Yang Nyaman
Jika sedang marah alihkan perhatian anda pada sesuatu yang anda sukai dan lupakan segala yang terjadi. Tempat yang sunyi dan asri seperti taman, pantai, kebun, ruang santai, dan lain sebagainya mungkin tempat yang cocok bagi anda. Jika emosi agak memuncak mingkin rekreasi untuk penyegaran diri sangat dibutuhkan.
3. Mencari Kesibukan Yang Disukai
Untuk melupakan kejadian atau sesuatu yang membuat emosi kemarahan kita memuncak kita butuh sesuatu yang mengalihkan amarah dengan melakukan sesuatu yang menyenangkan dan dapat membuat kita lupa akan masalah yang dihadapi. Contoh seperti mendengarkan musik, main ps2 winning eleven, bermain gitar atau alat musik lainnya, membaca buku, chating, chayang-chayangan dengan kekasih pujaan hati, menulis artikel, nonton film box office, dan lain sebagainya. Hindari perbuatan bodoh seperti merokok, make narkoba, dan lain sebagainya.
4. Curahan Hati / Curhat Pada Orang Lain Yang Bisa Dipercaya
Menceritakan segala sesuatu yang terjadi pada diri kita mungkin dapat sedikit banyak membantu mengurangi beban yang ada di hati. Jangan curhat pada orang yang tidak kita percayai untuk mencegah curhatan pribadi kita disebar kepada orang lain yang tidak kita inginkan. Bercurhatlah pada sahabat, pacar / kekasih, isteri, orang tua, saudara, kakek nenek, paman bibi, dan lain sebagainya.
5. Mencari Penyebab Dan Mencari Solusi
Ketika pikiran anda mulai tenang, cobalah untuk mencari sumber permasalahan dan bagaimana untuk menyelesaikannya dengan cara terbaik. Untuk memudahkan gunakan secarik kertas kosong dan sebatang pulpen untuk menulis daftar masalah yang anda hadapi dan apa saja kira-kira jalan keluar atau solusi masalah tersebut. Pilih jalan keluar terbaik dalam menyelesaikan setiap masalah yang ada. Mungkin itu semua akan secara signifikan mengurangi beban pikiran anda.
6. Ingin Menjadi Orang Baik
Orang baik yang sering anda lihat di layar televisi biasanya adalah orang yang kalau marah tetap tenang, langsung ke pokok permsalahan, tidak bermaksud menyakiti orang lain dan selalu mengusahakan jalan terbaik. Pasti anda ingin dipandang orang sebagai orang yang baik. Kalau ingin jadi penjahat, ya terserah anda.
7. Cuek Dan Melupakan Masalah Yang Ada
Ketika rasa marah menyelimuti diri dan kita sadar sedang diliputi amarah maka bersikaplah masa bodoh dengan kemarahan anda. Ubah rasa marah menjadi sesuatu yang tidak penting. Misalnya dalam hati berkata : ya ampun…. sama yang kayak begini aja kok bisa marah, nggak penting banget sich…
8. Berpikir Rasional Sebelum Bertindak
Sebelum marah kepada orang lain cobalah anda memikirkan dulu apakah dengan masalah tersebut anda layak marah pada suatu tingkat kemarahan. Terkadang ada orang yang karena diliatin sama orang lain jadi marah dan langsung menegur dengan kasar mengajak ribut / berantem. Masalah sepele jangan dibesar-besarkan dan masalah yang besar jangan disepelekan.
9. Diversifikasi Tujuan, Cita-Cita Dan Impian Hidup
Semakin banyak cita-cita dan impian hidup anda maka semakin banyak hal yang perlu anda raih dan kejar mulai saat ini. Tetapkan impian dan angan hidup anda setinggi mungkin namun dapat dicapai apabila dilakukan dengan serius dan kerja keras. Hal tersebut akan membuat hal-hal sepele tidak akan menjadi penting karena anda terlalu sibuk dengan rajutan benang masa depan anda. Mengikuti nafsu marah berarti membuang-buang waktu anda yang berharga.
10. Kendalikan Emosi Dan Jangan Mau Diperbudak Amarah
Orang yang mudah marah dan cukup membuat orang di sekitarnya tidak nyaman sudah barang tentu sangat tidak baik. Kehidupan sosial orang tersebut akan buruk. Ikrarkan dalam diri untuk tidak mudah marah. Santai saja dan cuek terhadap sesuatu yang tidak penting. Tujuan hidup anda adalah yang paling penting. Anggap kemarahan yang tidak terkendali adalah musuh besar anda dan jika perlu mintalah bantuan orang lain untuk mengatasinya.
11. Untuk meredam amarah orang lain sebaiknya kita tidak ikut emosi ketika menghadapi orang yang sedang dilanda amarah agar masalah tidak menjadi semakin rumit. Cukup dengarkan apa yang ingin ia sampaikan dan jangan banyak merespon. Tenang dan jangan banyak hiraukan dan dimasukkan dalam hati apa pun yang orang marah katakan. Cukup ambil intinya dan buang sisanya agar kita tidak ikut emosi atau menambah beban pikiran kita.
12. Jika marahnya karena sesuatu yang kita perbuat maka kalau bukan kesalahan kita jelaskanlah dengan baik, tapi kalau karena kesalahan kita minta maaf saja dan selesaikanlah dengan baik penuh ketenangan batin dan kesabaran dalam mengatasi semua kemarahannya. Lawan api dengan air, jangan lawan api dengan api. Semoga berhasil menjinakkan emosi rasa marah anda.

Kegembiraan Orang yang Berpuasa

Kegembiraan Orang yang Berpuasa

Dari Abu Hurairah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
قَالَ رَسُوْلُ الله صلي الله عليه وسلم كُلُّ عَمَلِ ابْنِ آدَمَ يُضَاعَفُ الْحَسَنَةُ عَشْرُ أَمْثَالِهَا إِلَى سَبْعِمِائَةِ ضِعْفٍ قَالَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ إِلاَّ الصَّوْمَ فَإِنَّهُ لِى وَأَنَا أَجْزِى بِهِ يَدَعُ شَهْوَتَهُ وَطَعَامَهُ مِنْ أَجْلِى لِلصَّائِمِ فَرْحَتَانِ فَرْحَةٌ عِنْدَ فِطْرِهِ وَفَرْحَةٌ عِنْدَ لِقَاءِ رَبِّهِ. وَلَخُلُوفُ فِيهِ أَطْيَبُ عِنْدَ اللَّهِ مِنْ رِيحِ الْمِسْكِ
“Setiap amalan kebaikan yang dilakukan oleh manusia akan dilipatgandakan dengan sepuluh kebaikan yang semisal hingga tujuh ratus kali lipat. Allah Ta’ala berfirman (yang artinya), “Kecuali amalan puasa. Amalan puasa tersebut adalah untuk-Ku. Aku sendiri yang akan membalasnya. Disebabkan dia telah meninggalkan syahwat dan makanan karena-Ku. Bagi orang yang berpuasa akan mendapatkan dua kegembiraan yaitu kegembiraa ketika dia berbuka dan kegembiraan ketika berjumpa dengan Rabbnya. Sungguh bau mulut orang yang berpuasa lebih harum di sisi Allah daripada bau minyak kasturi.”“[1]

Betapa istimewanya hadits ini. Di dalamnya diterangkan amalan secara umum dan puasa secara khusus. Diuraikan pula tentang keutamaan, keistimewaan, pahala (sekarang atau kemudian hari), hikmah dan tujuan puasa. Inilah salah satu contoh betapa luas karunia dan kebaikan Allah ‘Azza wa Jalla kepada hamba-hamba-Nya yang beriman.
Allah ‘Azza wa Jalla membalas satu kesalahan dan penyimpangan dengan balasan yang sesuai dengan kesalahan itu. Sedangkan ampunan Allah ‘Azza wa Jalla lebih banyak dari padanya. Adapun kebaikan, paling sedikit, satu kebaikan dibalas sepuluh kali lipat dan akan semakin bertambah sesuai dengan sebab-sebabnya.
Hadits ini juga menerangkan hikmah pengkhususan, bahwa orang yang berpuasa ketika meninggalkan semua yang disukai oleh hawa nafsunya yang memang diciptakan dengan tabiat (watak, kebiasaan) sangat menyukainya, bahkan cenderung mendahulukannya dari apapun juga, apalagi jika hal itu merupakan kebutuhan pokok namun dia justru mengedepankan kecintaannya kepada Rabb-nya diatas kesenangan tersebut. Oleh sebab itulah Allah ‘Azza wa Jalla mengkhususkan amalan ini untuk diri-Nya dan Dia sendiri yang memberi pahala orang-orang yang berpuasa.
Ditegaskan pula bahwa puasa yang sempurna adalah ketika seseorang meninggalkan dua perkara yaitu,
Pertama, Meninggalkan semua perkara yang yang membatalkan puasa seperti makan, minum, bersetubuh dan semua yang semisalnya (dalam kategori membatalkan puasa secara dzahir).
Kedua, Meninggalkan semua yang menyebabkan berkurangnya pahala amalan itu seperti melakukan rafats (perbuatan keji), berteriak-teriak (bertengkar) dan mengerjakan atau mengucapkan kata-kata yang diharamkan, menjauhi semua bentuk kemasiatan, pertengkaran dan berbantah-bantahan yang menimbulkan permusuhan. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
وَالصِّيَامُ جُنَّةٌ وَإِذَا كَانَ يَوْمُ صَوْمِ أَحَدِكُمْ فَلَا يَرْفُثْ وَلَا يَصْخَبْ فَإِنْ سَابَّهُ أَحَدٌ أَوْ قَاتَلَهُ فَلْيَقُلْ إِنِّي امْرُؤٌ صَائِمٌ
“Puasa itu adalah perisai, jika salah seorang dari kalian sedang berpuasa, maka janganlah mengucapkan ucapan kotor, dan jangan pula bertindak bodoh. Jika ada seseorang yang mencelanya atau mengganggunya, hendaklah mengucapkan: sesungguhnya aku sedang berpuasa.“[2]
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata فَلَا يَرْفُثْ (maka janganglah berkata kotor), yakni janganlah berbicara dengan kata-kata yang buruk; وَلَا يَصْخَبْ (jangan ribut bertengkar), yaitu dengan kata-kata yang menimbulkan fitnah dan pertengkaran. Sebagaimana diterangkan dalam hadits lain, dari Abu Hurairah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ لَمْ يَدَعْ قَوْلَ الزُّورِ وَالْعَمَلَ بِهِ فَلَيْسَ لِلَّهِ حَاجَةٌ فِى أَنْ يَدَعَ طَعَامَهُ وَشَرَابَهُ
“Barangsiapa yang tidak meninggalkan perkataan dusta bahkan mengamalkannya, maka Allah tidak butuh dari rasa lapar dan haus yang dia tahan.”[3]
Maka, barangsiapa yang merealisasikan kedua hal itu, yakni meninggalkan hal-hal yang membatalkan puasa dan hal-hal yang dilarang, sempurnalah pahalanya sebagai orang yang berpuasa. Sedangkan yang tidak melaksanakan hal ini, maka janganlah mencela siapapun kecuali dirinya sendiri.
Kemudian beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam membimbing orang yang berpuasa jika ada seseorang yang mengajaknya bertengkar atau mencacinya, hendaknya dia mengatakan kepada orang tersebut :إِنِّي صَائِمٌ (saya sedang berpuasa).
Adapun manfaatnya ialah seakan-akan dia ingin mengatakan, “Ketahuilah, bukannya saya tidak mampu menghadapi perbuatanmu, akan tetapi saya sedang berpuasa. Saya menghormati dan menjaga kesempurnaan puasa saya. Inilah yang diperintahkan Allah’Azza wa Jalla dan Rasul-Nya. Ketahuilah, bahwa puasa mengajakku untuk tidak mengimbangi perbuatanmu, tetapi menganjurkan aku agar bersabar. Maka, apa yang aku lakukan jauh lebih baik daripada apa yang kamu kerjakan terhadapku.”
Sabda Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam, لِلصَّائِمِ فَرْحَتَانِ فَرْحَةٌ عِنْدَ فِطْرِهِ وَفَرْحَةٌ عِنْدَ لِقَاءِ رَبِّهِ (untuk orang yang berpuasa ada dua kegembiraan; kegembiraan ketika berbuka dan kegembiraan ketika bertemu dengan Rabb-nya). Keduanya adalah pahala yang diberikan Allah ‘Azza wa Jalla yang disegerakan atau ditunda di akhirat.
Kegembiraan pertama, kegembiraannya ketika berbuka, yaitu kegembiraan dengan nikmat yang telah Allah ‘Azza wa Jalla berikan kepadanya dengan menyempurnakan puasanya. Ibadah ini termasuk amal shalih yang paling utama, namun betapa banyak orang yang terhalang dari puasa. Selain itu, ia juga bergembira dengan apa yang kembali dihalalkan Allah untuknya, berupa makanan, minuman dan persetubuhan (jima’),mengingat hal-hal tersebut sebelumnya diharamkan baginya pada saat sedang berpuasa.
Kegembiraan kedua, Kegembiraannya ketika berjumpa dengan Rabb-nya dengan keridhaan dan kemurahanNya. Ia gembira dengan membawa pahala puasanya. Ketika dia mendapatkan pahalanya di sisi Allah Subhanahu wa Ta’âla yang telah disediakan untuknya, ketika dikatakan kepadanya, “Mana orang-orang yang berpuasa, hendaklah dia masuk surga dari pintu Ar-Royyan, yang hanya dimasuki oleh orang-orang yang berpuasa.”
إِنَّ فِى الْجَنَّةِ بَابًا يُقَالُ لَهُ الرَّيَّانُ ، يَدْخُلُ مِنْهُ الصَّائِمُونَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ ، لاَ يَدْخُلُ مِنْهُ أَحَدٌ غَيْرُهُمْ، يُقَالُ أَيْنَ الصَّائِمُونَ فَيَقُومُونَ ، لاَ يَدْخُلُ مِنْهُ أَحَدٌ غَيْرُهُمْ ، فَإِذَا دَخَلُوا أُغْلِقَ ، فَلَمْ يَدْخُلْ مِنْهُ أَحَدٌ
“Sesungguhnya di surga ada sebuah pintu yang bernama Ar-Royyaan. Pada hari kiamat orang-orang yang berpuasa akan masuk surga melalui pintu tersebut dan tidak ada seorang pun yang masuk melalui pintu tersebut kecuali mereka. Dikatakan kepada mereka,’Di mana orang-orang yang berpuasa?’ Maka orang-orang yang berpuasa pun berdiri dan tidak ada seorang pun yang masuk melalui pintu tersebut kecuali mereka. Jika mereka sudah masuk, pintu tersebut ditutup dan tidak ada lagi seorang pun yang masuk melalui pintu tersebut.”[4]
Juga dalam ayat yang mulia ini dijelaskan mengenai balasan bagi orang yang berpuasa. Allah Ta’ala berfirman,
كُلُوا وَاشْرَبُوا هَنِيئًا بِمَا أَسْلَفْتُمْ فِي الْأَيَّامِ الْخَالِيَةِ
“(Kepada mereka dikatakan): ‘Makan dan minumlah dengan sedap disebabkan amal yang telah kamu kerjakan pada hari-hari yang telah lalu.’” (QS. Al Haqqah [69]: 24)
Mujahid dan selainnya mengatakan, “Ayat ini turun pada orang yang berpuasa”. Barangsiapa yang meninggalkan makan, minum, dan syahwatnya karena Allah, maka Allah akan memberi ganti dengan yang makanan dan minuman yang lebih baik.”[5]
Saudariku, apakah kita tidak ingin memasuki pintu surga Ar-Royyaan? Betapa besarnya ganjaran Allah terhadap orang-orang yang berpuasa. Dan betapa pula, hati setiap orang yang berpuasa luruh dalam kegembiraan dan kebahagiaan dengan amalan yang diistimewakan Allah ‘Azza wa Jalla untuk diriNya dan dijanjikan balasannya murni dari karunia dan kebaikanNya. Sesungguhnya, Allah ‘Azza wa Jalla Maha Memiliki karunia yang besar.
Kemudian sabda Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam,وَلَخُلُوفُ فِيهِ أَطْيَبُ عِنْدَ اللَّهِ مِنْ رِيحِ الْمِسْكِ (sungguh, bau mulut orang yang berpuasa jauh lebih harum di sisi Allah Azza wa Jalla daripada bau misik (minyak wangi)). Meskipun tidak disukai orang, janganlah bersedih duhai orang yang berpuasa, sesungguhnya dia lebih harum disisi Allah ‘Azza wa Jalla daripada bau minyak kesturi (misik). Inilah hasil ibadah dan taqarrub-nya kepada Allah’Azza wa Jalla.
Kegembiraan ketiga, kita juga dapat bergembira karena puasa mampu memberikan syafaat kepada pelakunya pada hari kiamat. Diriwayatkan dari ‘Abdullan bin ‘Amr radhiallaahu ‘anhuma, bahwasanya Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
اَلصِّيَامُ وَالْقُرْآنُ يَشْفَعَانِ لِلْعَبْدِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ. يَقُوْلُ الصِّيَامُ: أَيْ رَبِّ، مَنَعْتُهُ الطَّعَامَ وَالشَّهَوَاتِ بِالنَّهَارِ فَشَفِّعْنِيْ فِيْهِ. وَيَقُوْلُ الْقُرْآنُ: مَنَعْتُهُ النَّوْمَ بِاللَّيْلِ فَشَفِّعْنِيْ فِيْهِ
“Puasa dan al-Qur’an akan memberi syafa’at kepada seorang hamba pada Hari Kiamat. Puasa berkata, ‘Wahai Rabbku, aku telah menghalanginya dari makan dan syahwatnya di siang hari, maka izinkan aku memberi syafa’at kepadanya.’ Al-Qur`an berkata, ‘Aku telah menghalanginya dari tidur di malam hari, maka izinkan aku memberi syafa’at kepadanya”.[6]
Kegembiraan keempat, kebahagiaan terhadap puasa sebagai kaffarat (pelebur) dosa-dosa. Dosa menyebabkan kecemasan dan ketakutan karena akibatnya yang buruk, manakala disediakan peleburnya, berarti kecemasan tersebut akan teratasi, pelakunya pun tenang dan berbahagia, sama halnya dengan peminum racun yang membahayakan, ketika penawarnya ditemukan, dia akan senang sekali. Nabi shallallahu ‘alahi wasallam bersabda,
فِتْنَةُ الرَّجُلِ فِي أَهْلِهِ وَمَالِهِ وَوَلَدِهِ وَجَارِهِ تُكَفِّرُهَا الصَّلَاةُ وَالصَّوْمُ وَالصَّدَقَةُ
“Fitnah (kelalaian) seseorang pada keluarga, harta, anak, dan tetangganya dapat dilebur dengan shalat, puasa dan sedekah.”[7]
Melihat kebaikan-kebaikan puasa di atas, penulis teringat Firman Allah Ta’ala ,
وَأَن تَصُومُواْ خَيْرٌ لَّكُمْ إِن كُنتُمْ تَعْلَمُونَ
“Dan berpuasa lebih baik bagimu jika kamu mengetahui.” (Qs. Al-Baqarah: 184).
Akhirul kalam…
والله الموفّق إلى أقوم الطريق
وصلى الله وسلم على نبينا وعلى آله وأصحابه ومن اتّبعهم بإحسان الى يوم الدين
Penulis: Ummu Izzah Yuhilda
Muraja’ah: Abu Rumaysho Muhammad Abduh Tuasikal
[1] HR. Muslim no. 1151
[2] HR. Al Bukhari 1904
[3]HR. Al-Bukhariy no.190
[4] HR. Bukhari no. 1896 dan Muslim no. 1152
[5] Latho’if Ma’arif, hal. 281.
[6] HR. Ahmad no. 6626 dari Ibnu Umar. Al-Haitsami dalam Majma’ az-Zawa`id, 3/181 berkata, “Rawi-rawinya adalah rawi hadits shahih”
[7]HR. al-Bukhari dari Hudzaifah bin al-Yaman. Mukhtashar Shahih al-Bukhari, no. 310
Maraji’ :
Qur’anul Karim dan Terjemahannya

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Laundry Detergent Coupons