Kamis, 07 April 2011

soal UTS STM


UJIAN TENGAH SEMESTER
SAINS, TEKNOLOGI , MASYARAKAT
Dosen : Prof. DR. Nursid Sumaatmadja



 








Oleh :

Ahsan Sofyan    : 1006980
Kelas A (Reguler)




PROGRAM PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
BANDUNG
2011

UJIAN TENGAH SEMESTER
PENDEKATAN SAIN, TEKNOLOGI, DAN MASYARAKAT

SOAL
1.      Jelaskan konsep pendekatan STM dalam pembelajaran secara filosofis dan praktis, sehingga dapat tergambar bahwa pendekatan ini efektif untuk mencapai kompetensi dan menanamkan nilai dalam memanfaatkan sain dan teknologi yang “arif” bagi masyarakat.
Pendekatan Science, Technology and Society (STS) atau pendekatan Sains, Teknologi dan Masyarakat (STM) merupakan  gabungan antara pendekatan konsep, keterampilan proses,CBSA, Inkuiri dan diskoveri serta pendekatan lingkungan. (Susilo, 1999). Istilah Sains Teknologi Masyarakat (STM) dalam bahasa Inggris disebut Sains Technology Society (STS), Science Technology Society and Environtment (STSE) atau Sains Teknologi Lingkungan dan Masyarakat. Meskipun istilahnya banyak namun sebenarnya intinya sama yaitu Environtment, yang dalam berbagai kegiatan perlu ditonjolkan. Sains Teknologi Masyarakat (STM) merupakan pendekatan terpadu antara sains, teknologi, dan isu yang ada di masyarakat. Adapun tujuan dari pendekatan STM ini adalah menghasilkan peserta didik yang cukup memiliki bekal pengetahuan, sehingga mampu  mengambil keputusan penting tentang masalah-masalah dalam masyarakat serta mengambil tindakan sehubungan dengan keputusan yang telah  diambilnya.
Filosofi yang mendasari pendekatan STM adalah pendekatan konstruktivisme, yaitu peserta didik menyusun sendiri konsep-konsep di dalam struktur kognitifnya berdasarkan apa yang telah mereka ketahui.
Menurut Yager, secara umum pembelajaran dengan menggunakan pendekatan STM memiliki karakteristik sebagai berikut:
1. Identifikasi masalah-masalah setempat yang memiliki kepentingan dan dampak.
2. Penggunaan sumber daya setempat (manusia, benda, lingkungan) untuk mencari informasi yang dapat digunakan dalam memecahkan masalah.
3. Keterlibatan siswa secara aktif dalam mencari informasi yang dapat diterapkan untuk memecahkan masalah-masalah dalam kehidupan sehari-hari.
4.  Penekanan pada ketrampilan proses.
5.  Kesempatan bagi siswa untuk berperan sebagai warga negara dimana ia mencoba untuk memecahkan masalah-masalah yang telah diidentifikasi.
6.   Identifikasi bagaimana sains dan teknologi berdampak pada masyarakat di masa depan.
7.  Kebebasan atau otonomi dalam proses belajar.
Pembelajaran dengan menggunakan pendekatan STM dilandasi oleh dua hal penting, yaitu: (1) adanya keterkaitan yang erat antara sains, teknologi, dan masyarakat yang dalam pembelajarannya menganut pandangan konstruktivisme, yang menekankan bahwa si pembelajar membentuk atau membangun pengetahuannya melalui interaksinya dengan lingkungan; (2) dalam pembelajaran terkandung lima ranah, yaitu pengetahuan, sikap, proses, kreativitas, dan aplikasi.
Ada 6 ranah yang dikembangkan dalam pendekatan STM, yakni (1) konsep, (2) proses, (3) kreativitas, (4) sikap dan nilai, (5) penerapan, dan (6) keterkaitan.
  1. Pendekatan Konstrukstivitik
Unsur terpenting dalam konstruktivistik adalah kebebasan dan keberagaman. Kebebasan yang dimaksud ialah kebebasan untuk melakukan pilihan-pilihan sesuai dengan apa yang mampu dan mau dilakukan oleh sibelajar. Keberagaman yang dimaksud adalah si belajar menyadari bahwa individunya berbeda dengan orang/kelompok lain, dan orang/kelompok lain berbeda dengan individunya.
Sebagian penulis menyebut konstruktivistik sebagai filosofi (suparno, 1997), landasan berfikir (filosofi) pendekatan CTL (Nurhadi, 2002:). Sebagian penulis lainnya mengemukakan konstruktivistime merupakan suatu pandangan (perpective) belajar mengajar, dimana peserta didik membangun pengetahuan dari pengalaman dan interaksi dengan lingkungan. Ada pula yang menyatakan bahwa konstruktivistime sebagai pendekatan. Nur (2001) mengemukakan bahwa problem based learning sejalan dengan pengajaran top down yang lebih ditakankan pada pendekatan konstruktivistime.
Hal terpenting dalam teori konstruktivisme adalah bahwa dalam proses pembelajaran, si belajarlah yang harus mendapatkan penekanan. Merekalah yang harus aktif mengembangkan pengetahuan mereka, bukan pembelajar atau orang lain. Mereka yang harus bertanggung jawab terhadap hasil belajarnya. Belajar lebih diarahkan pada experimental learning yaitu merupakan adaptasi kemanusiaan berdasarkan pengalaman konkrit di laboratorium, diskusi dengan teman sekelas, yang kemudian dikontemplasikan dan dijadikan ide dan pengembangan konsep baru.
Beberapa hal yang mendapat perhatian pembelajaran konstruktivistik, yaitu:
(1)  mengutamakan pembelajaran yang bersifat nyata dalam kontek yang relevan,
(2)  mengutamakan proses,
(3)  menanamkan pembelajaran dalam konteks pengalaman social,
(4) pembelajaran dilakukan dalam upaya mengkonstruksi pengalaman (Pranata,
Hakikat pembelajaran konstruktivistik oleh Brooks & Brooks dalam Degeng mengatakan bahwa pengetahuan adalah non-objective, bersifat temporer, selalu berubah, dan tidak menentu. Belajar dilihat sebagai penyusunan pengetahuan dari pengalaman konkrit, aktivitas kolaboratif, dan refleksi serta interpretasi. Mengajar berarti menata lingkungan agar si belajar termotivasi dalam menggali makna serta menghargai ketidakmenentuan. Atas dasar ini maka si belajar akan memiliki pemahaman yang berbeda terhadap pengetahuan tergentung pada pengalamannya, dan perspektif yang dipakai dalam menginterpretasikannya.
Berdasarkan teori J. Peaget dan Vygotsky maka pembelajaran dapat dirancang/didesain model pembelajaran konstruktivis di kelas sebagai berikut:
Pertama, identifikasi prior knowledge dan miskonsepsi. Identifikasi awal terhadap gagasan intuitif yang mereka miliki terhadap lingkungannya dijaring untuk mengetahui kemungkinan-kemungkinan akan munculnya miskonsepsi yang menghinggapi struktur kognitif siswa. Identifikasi ini dilakukan dengan tes awal, interview.
Kedua, penyusunan program pembelajaran. Program pembelajaran dijabarkan dalam bentuk satuan pelajaran.
Ketiga orientasi dan elicitasi, situasi pembelajaran yang kondusif dan mengasyikkan sangatlah perlu diciptakan pada awal-awal pembelajaran untuk membangkitkan minat mereka terhadap topik yang akan dibahas.
Keempat, refleksi. Dalam tahap ini, berbagai macam gagasan-gagasan yang bersifat miskonsepsi yang muncul pada tahap orientasi dan elicitasi direflesikan dengan miskonsepsi yang telah dijaring pada tahap awal. Miskonsepsi ini diklasifikasi berdasarkan tingkat kesalahan dan kekonsistenannya untuk memudahkan merestrukturisasikannya.
Kelima, resrtukturisasi ide, (a) tantangan, siswa diberikan pertanyaan-pertanyaan tentang gejala-gejala yang kemudian dapat diperagakan atau diselidiki dalam praktikum. (b) konflik kognitif dan diskusi kelas. (c) membangun ulang kerangka konseptual.
Keenam, aplikasi. Menyakinkan siswa akan manfaat untuk beralih konsepsi dari miskonsepsi menuju konsepsi ilmiah.
Ketujuh, review dilakukan untuk meninjau keberhasilan strategi pembelajaran yang telah berlangsung dalam upaya mereduksi miskonsepsi yang muncul pada awal pembelajaran.
sumber : Rumah Maryam. (2009). Pendekatan dalam Pembelajaran . tersedua :http://maestrofisika.blogspot.com/2009/05/it-fisika.html
2.         Bagaimana STM sebagai pendekatan pembelajaran dapat diaplikasikan pada pembelajaran IPS? Jelaskan secara rinci mulai dari konsep Pendekatan STM sampai pada aplikasi dalam pembalajaran.

Pada dasarnya pendekatan sains teknologi masyarakat dalam pembelajaran , baik pembelajaran sains maupun pembelajaran bidang social, dilaksanakan oleh guru melalui topic yang dibahas dengan jalan menghubungkan antara sains dan teknologi yang terkait dengan kegunaannya di masyarakat. Tujuannya antara lain adalah untuk meningkatkan motivasi dan prestasi belajar di samping memperluas wawasan peserta didik. Dari wawancara terhadap guru di lapangan diketahui bahwa pada umumnya guru merasa telah melaksanakan tugas mengajarnya dengan baik, apabila telah dapat mengantarkan peserta didik menguasai konsep-konsep dalam bidang studi yang diajarkannya meskipun belum tentu ia telah mengaitkan konsep sain dengan kepentingan masyarakat.

Dengan mengaitkan pembelajaran sains dengan teknologi serta kegunaan dan kebutuhan masyarakat, konsep yang telah dipelajari dan dikuasai peserta didik diharapkan dapat bermanfaat bagi dirinya dan dapat digunakan untuk menyelesaikan masalah yang dihadapinya maupun masalah lingkungan sosialnya. Untuk mencapai hal itu, diharapkan guru disamping membekali peserta dika dengan penguasaan konsep dan proses sains, juga membekalinya dengan kreativitas, kemampuan berpikir kritis, peduli terhadap lingkungan sehingga mau melakukan tindakan nyata apabila ada masalah yang dihadapi di luar kelas.

Dalam pembelajaran studi sosial, guru seyogyanya dapat membuat peserta didika menjadi warga negara yang baik, tanggap terhadap perkembangan teknologi dan dapat menilai secara kritis dampak positif dan negatif kemajuan teknologi, sehingga dapat mengambil keputusan untuk kesejahteraan masyarakat secara bijak. Untuk itu guru dapat menunjukan bahwa ada hubungan antara sains, teknologi dan masyarakat, karena produk teknologi dirakit atas dasar konsep sains dan dibangun untuk kebutuhan masyarakat. Di samping itu agar dapat memenuhi keinginan masyarakat, mampu bersaing serta memiliki nilai yang lebih dari produk lainnya, pembuatan suatu produk teknologi perlu memperhatikan faktor ekonomi, etika dan estetika.

Penggunaan komputer merupakan sebuah penggunaaan alat yang canggih nemun dampak penggunaannya sangat tergantung pada orang yang mamakainya. Dengan komputer orang dapat berkomunikasi satu sama lain di seluruh dunia dengan cepat, memperoleh informasi yang diperlukan melalui jaringan internet, tetapi melalui komputer pula orang dapat membobol sejumlah uang dari suatu bank, bahkan dapat mencuri informasi rahasia dari departemen pertahanan sekalipun.

Dengan menggunakan contoh di atas , dalam pemebelajaran ilmu pengetahuan sosial atau IPS seorang guru seyogyanya dapat menunjukan keunggulan dan manfaat sekaligus dampak negatif penggunaan komputer. Dengan demikian seorang guru perlu memiliki kemampuan mengembangkan diskusi tentang produk teknologi secara kritis, yang intinya adalah mengembangkan kemampuan peserta didik menanggapi, menilai, menyadari dan mengambil kesimpulan serta mengambil langkah-langkah yang bertanggung jawab sebagai warga negara dan warga masyarakat yang baik.

Pudjiadi, Anna. 2007. Sains Teknologi Masyarakat, Metode Pembelajaran Kontekstual   Bermuatan Nilai, Remaja Rosdakarya. Bandung.








3.      Buatlah satu contoh skenario pembelajaran dengan pendekatan STM dengan KD dan jenjang yang dipilih masing-masing!

SKENARIO PEMBELAJARAN
                                       BERBASIS KEMAMPUAN DASAR


Mata Pelajaran          :      EKONOMI
Kelas / semester        :      I SMA / 1
Alokasi waktu            :      2 jam pelajaran
Pertemuan ke            :      1

Kompetensi Dasar       :      Kemampuan mensitesis antara kelangkaan, biaya peluang dan pilihan dalam hubungannya dengan pengalokasian sumber daya dan barang

Indikator                      :      Menndeskripsikan pengertian kelangkaan

Sub materi                   :      Kelangkaan smber barang dan sumber daya

A.            Skenario Pembelajaran
1.   Ingatkan kembali pelajaran yang sudah dipelajarai ( mengadakan apresepsi )
2.    Menjelaskan pada siswa topik pembelajaran
3.     Kegiatan Inti
a. Membagi siswa beberapa kelompok kecil
b.  Siswa secara berkelompok mendeskripsikan pengertian kelangkaan barang dan sumber daya

4.       Kegaitan akhir
Guru memberi tanggapan dan penegasan tentang pengertian kelangkaan barang dan sumber daya 

B.            Sumber /bahan pembelajaran
a.       Majalah dan koran
b.      Ritonga, 2004, Ekonomi SMA Kelas I, Penerbit Erlangga
c.       Eeng Ahman, 2004, Ekonomi SMA Kelas I,  Penerbit Grafindo
C.            Penilaian
a.       Penilaian proses : Mengamati perilaku dan respon siswa terhadap pertanyaan guru atau siswa
b.      Penilaian hasil
1.             Jelaskan pengertian kelangkaan barang
2.             Apa yang dimaksud dengan barang bebas
3.             Apa yang dimaksud dengan barang ekonomi
4.             Jelaskan pengertian kelangkaan sumber daya alam
5.             Jelaskan pengertian kelangkaan sumber daya manusia
6.             Jelaskan pengertian kelangkaan sumber daya modal


Mengetahui                                                                 
Kepala Sekolah                                                            Guru Mata Pelajaran



Keterangan:
Dalam pendekatan STM, scenario pembelajarannya sebagai berikut:

1)Tahap pendahuluan
• Guru memotivasi siswa untuk mengemukakan tentang pengertian kelangkaan barang
• Guru membagi kelompok
Tahap ini disebut inisiasi atau mengawali.
2)Tahap pembentukan konsep

Proses pembentukan konsep (tahap ke-2) dapat diharapkan melalui konstruksi dan rekonstruksi siswa menemukan konsep¬konsep yang benar atau merupakan konsep-konsep para ilmuan.

3) Tahap Aplikasi Konsep
Selama proses pembentukan konsep, penyelesaian masalah dan/atau analisis isu, (tahap ke-2 dan tahap ke-3) guru perlu meluruskan kalau-kalau ada miskonsepsi selama kegiatan belajar berlangsung. Kegiatan ini disebut pemantapan konsep. Apabila selama proses pembentukan konsep tidak tampak ada miskonsepsi yang terjadi pada siswa, demikian pula setelah akhir analisis isu dan penyelesaian masalah,

4) Tahap Pemantapan konsep
guru tetap melakukan pemantapan konsep sebagaimana tampak pada alur pembelajaran (tahap ke-4) melalui penekanan pada konsep-konsep kunci yang penting diketahui dalam bahan kajian tertentu. Hal ini dilakukan karena konsep-konsep kunci yang ditekankan pada akhir pembelajaran akan memiliki retensi lebih lama dibandingkan dengan kalau tidak dimantapkan atau ditekankan oleh guru pada akhir pembelajaran.

5) Tahap Penilaian
• Observasi , tes tulis
• Bentuk Instrumen
Pada tahap ke-5 adalah penilaian, ada enam ranah yang terlibat dalam pendekatan Sains Teknologi dan Masyarakat (STM) dapat dirinci sebagai berikut.
1. Konsep, fakta, generalisasi, diambil dari bidang ilmu tertentu.
2. Proses diartikan dengan bagaimana proses memperoleh konsep.
3. Kreativitas mencakup lima perilaku individu, yaitu:
• Kelancaran.
• Fleksibilitas.
• Orginilitas.
• Elaborasi
• Sensitivitas.
4. Sikap, yang dalam hal ini mencakup menyadari kebesaran Tuhan, menghargai hasil penemuan ilmuan dan penemu produk teknologi, namun menyadari kemungkinan adanya dampak produk teknologi, peduli terhadap masyarakat yang kurang beruntung dan memelihara kelestarian lingkungan.
5. Cenderung untuk ikut melaksanakan tindakan nyata apabila terjadi sesuatu dalam lingkungannya yang memerlukan peran sertanya (Poedjiadi, 2005:126- 132).

Pudjiadi, Anna. 2007. Sains Teknologi Masyarakat, Metode Pembelajaran Kontekstual   Bermuatan Nilai, Remaja Rosdakarya. Bandung.


0 komentar:

Posting Komentar

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Laundry Detergent Coupons