About

Pages

Diberdayakan oleh Blogger.

Mengenai Saya

Foto saya
Berpikir POSITIF, KRITIS, KREATIF,INOVATIF, SOLUTIF...berserah diri pada ALLAH SWT.

talk n think my Blog

Sabtu, 30 Juli 2011

uts konsep dasar ips

UJIAN TENGAH SEMESTER
TAKE HOME EXAM
KONSEP DASAR IPS

1.the social studies as the social sciences simplified for pedagogical purposes (sosial studi            sebagai ilmu sosial yang disederhanakan untuk tujuan pedagogis) ditinjau dari berbagai disiplin ilmu social: Artinya, bahwa social studies berisikan aspek-apek ilmu       sejarah, ilmu ekonomi, ilmu politik, sosiologi, antropologi, psikologi, dan filsafat, yang   dipilih untuk tujuan pembelajaran sekolah atau perguruan tinggi.
            Jawab
1.      disiplin ilmu Sejarah yaitu: Menanamkan pemahaman tentang perkembangan masyarakat masa lampau hingga sekarang,menumbuhkan rasa kebangsaan dan cinta tanah air, serta bangga sebagai warga bangsa Indonesia, dan memperluas wawasan hubungan masyarakat antar bangsa di dunia”.
2.      Disiplin Ilmu Geografi Yaitu: untuk memberikan bekal kemampuan dan sikap rasional yang bertanggung jawab dalam menghadapi gejala alam dan kehidupan di muka bumi sertapermasalahannya yang timbul akibat interaksi antara manusia dengan lingkungannya”.
3.      Disiplin Ilmu Ekonomi Yaitu: memberikanbekal kepada siswa mengenal beberapa konsep dan teori ekonomi sederhan untuk menjelaskan fakta, peristiwa, dan masalah ekonomi yang dihadapi”.
4.      Disiplin Ilmu Antropologi Yaitu: Enkulturisasi pelajar/mahasiswa belajar budaya masyarakatnya dan akulturisasi warga m asyarakat belajar menciptakan budaya baru dan,atau mengoreksi budaya lama.
5.      Disiplin Ilmu Sosiologi Yaitu: untuk memberikan kemampuan memahami secara kritis berbagai persoalan dalam kehidupan sehari-hari yang muncul seiring dengan perubahan masyarakat dan budaya, menanamkan kesadaran perlunya ketentuan masyarakat, dan mampu menempatkan diri dalam berbagai situasi sosial budaya sesuai dengan kedudukan, peran, norma, dan nilai sosial yang berlaku di masyarakat”. 

2. Intellectual education,Social Education,Personal education…3 aspek pendidikan menurut
    JOICE.!Pengaruh ketiganya dalam pengembangan dan penyajian social studies?
            Jawab:
Intellectual education :Introducing the child to the social science (memperkenalkan anak untuk ilmu sosial)
Social education :preparing the child for social responsibility (mempersiapkan anak untuk tanggung jawab sosial)
            Personal Education :helping the child to comprehend is life (membantu anak untuk           memahami kehidupan/bersosialisasi).
            Pengaruhnya terhadap Pengembangan dan penyajian socialstudies adalah :
1.      Pendidik akan dapat menentukan strategi yang tepat (menentukan perencanaan yang baik)yang sesuai dengan karakteristik mata pelajaran IPS dan karakter peserta didik.
2.      Kegiatan belajar mengajar akan berjalan lancer,menarik dan peserta didik tidak merasa bosan.
3.      Penyampaian materi pendidik akan berhasil dan kemampuan daya serap pengetahuan peserta didik akan meningkat.
3. Analisis pengaruh pilosofi “child centered education” terhadap pengembangan kurikulum dan                                    aplikasi pembelajaran social studies? 
            Jawab:
           
1.      konsepsinya tentang dunia yang selalu berubah, mengalir atau going-ness. Ciri lainnya adalah anti dualistik. Pandangan tentang dunia adalah monolitik dan tidak lebih dari sebuah hipotesis. Dalam filsafat Dewey kebenaran terletak pada perbuatan (truth is in the making), yaitu adanya persesuaian antara hipotesis dengan kenyataan. Menurut Dewey ”Experience is the only basis of knowledge and wisdom”. Tujuan dari perkembangan manusia adalah self realization. Self realization diperoleh melalui pengalaman dan interaksi dengan yang lain.
2.      Kurikulum yang fleksibel dan egaliter merupakan strategi untuk membelajarkan orang, mengembangkan potensi individu. Karakteristik utamanya membuat semua pebelajar dapat belajar, subject-matter  ditujukan pada pencapaian berpikir tingkat tinggi (analisis, sintesis, dan evaluasi) dan kecakapan pemecahan masalah, memberi kesempatan yang sama kepada pebelajar yang beragam, mendidik anak ke dalam wacana dan praktik disiplin akademik, otentik dalam hubungan antara belajar di dalam dan luar sekolah, pengembangan watak yang penting dan kebiasaan berpikir produktif, dan mendorong tumbuhnya praktik demokratik di masyarakat.ca secara fonetik


3.      Tujuannya adalah menyiapkan generasi muda untuk menjadi orang dewasa anggota masyarakat yang produktif. Hal ini menunjukkan konsep adanya tuntutan individual dan sosial dari orang dewasa. Pendidikan dari masyarakat yang satu dengan masyarakat yang lain berbeda karena dipengaruhi oleh budaya masing-masing. Pendidikan merupakan bagian dari kebudayaan, pendidikan merupakan proses pembudayaan.

4. Konsep-konsep dalam IPS, mnurut Banks (1999), dapat diorganisasikan dengan berbagai model pendekatan: (1)”the espanding environment approach” dan “ the spiral approach”. Jelaskan        masing-masing pendekatan tersebut dengan memberikan contoh pengembangan konsep-            konsep disiplin ilmu sosial yang dikembangkan dalam social studies?
Jawaban :
            Masalah krusial yang hingga kini tetap dihadapi oleh IPS adalah sangat rendahnya minat dan        perhatian siswa. Rendahnya apresiasi siswa terhadap mata pelajaran IPS tersebut,      sesungguhnya bukan hal baru. Stigmasi semacam itu sudah terjadi dan berlangsung dalam rentang waktu yang cukup lama. Hasil kajian lapangan menunjukkan bahwa salah satu persoalan    yang mengkontribusi rendahnya apresiasi siswa terhadap mata pelajaran IPS berkaitan dengan persoalan “materi”. Keruwetan materi selalu dijadikan sasaran tuduhan baik oleh guru maupun            siswa atas rendahnya apresiasi, minat dan prestasi belajar IPS selama ini. Materi IPS yang paling           tidak disukai oleh siswa adalah “Sejarah”, karena terlalu banyak yang harus dihafalkan sehingga          sulit memahaminya (tokoh, angka tahun, nama dan lokasi kerajaan, dsb). Pernyataan senada             juga dikatakan oleh guru IPS, “IPS itu pengetahuan sedunia, semua harus dipelajari dan dikuasai.             Berdasarkan hasil kajian terhadap pola organisasi materi sebagaimana terdapat di dalam    dokumen Kurikulum IPS-SD 2006, Buku Paket IPS untuk siswa dan guru, Program Semester,          Satuan Pelajaran, dan Soal-soal IPS, serta Buku Pendukung IPS-SD lainnya; diperoleh fakta             bahwa materi IPS-SD diorganisasi berdasarkan pada “expanding community approach” berbasis   penguasaan fakta, konsep, dan generalisasi berdasarkan “struktur formal disiplin ilmu” atau             “struktur pengetahuan”. Berdasarkan acuan kurikulum tersebut, guru kemudian membuat rancangan materinya lebih jauh ke dalam Persiapan Mengajar dengan organisasi sebagai   berikut: Sebelum masuk kepada materi inti, guru terlebih dahulu melakukan lima langkah          apersepsi, yaitu: (1) tanya jawab tentang materi pengangkutan yang telah dipelajari; (2)   menyanyi bersama-sama, misalnya: “Naik Kereta Api”, dan “Naik Delman”; (3) meminta siswa    mempersiapkan atlas; (4) Meminta siswa menceritakan pengalaman naik kereta api; dan (5)             menunjukkan alat-alat komunikasi kepada siswa. Setelah kelima langkah apersepsi tersebut,             guru masuk ke pembelajaran inti.
Seperti tercermati dari Persiapan Mengajarnya, guru mengorganisasi materinya dengan cara meminta siswa untuk: (1) mengemukakan dan mendiskusikan bersama tentang contoh-contoh jenis alat transportasi yang terdapat di dalam buku paket siswa; (2) mengutarakan pengetahuan siswa seputar jenis alat transportasi; (3) mengidentifikasi bandara-bandara di Indonesia; (4) membuat daftar alat komunikasi yang pernah digunakan oleh manusia; (5) mendiskusikan secara berkelompok dan kemudian mempresentasikannya dalam diskusi kelas dari daftar alat komunikasi yang telah dibuat; (6) melakukan penelitian untuk mengetahui kepadatan lalu lintas dan jenis alat angkutan jalan raya; (7) mencari data nama-nama stasiun kereta api yang terdapat di daerah tempat tinggal siswa; (8) membuat diagram tentang langkah-langkah menggunakan telepon umum; (9) membuat diagram tentang langkah-langkah membunyikan radio; dan (10) mencari data tentang nama-nama pelabuhan/dermaga sungai, danau, dan/atau penyeberangan yang terdapat di propinsi tempat tinggal siswa ke dalam bentuk tabel.

Pola organisasi materi yang dikembangkan oleh guru seperti terlihat di dalam Program Semester dan Persiapan Mengajar di atas, difokuskan pada upaya “pengenalan jenis dan peranan berbagai alat perhubungan dan komunikasi”, melalui “pendekatan konsep” (conceptual approach) yang sudah terdefinisikan secara jelas (definitional concept), yaitu “konsep transportasi/ pengakutan” (darat, laut dan udara) dan “konsep komunikasi/ perhubungan” sebagai dua aktivitas dasar manusia. Secara umum, pola organisasi materi atas dasar pendekatan konsep yang digunakan guru didalam rancangan program semester dan persiapan mengajarnya adalah: (1) Apersepsi (apperception), dengan cara menyajikan materi-materi pengait untuk mengupayakan terciptanya kaitan-kaitan konseptual antara materi yang akan dibelajarkan dengan pengetahuan awal dan pengalaman yang sudah dimiliki siswa sebelumnya, (2) Mengemukakan contoh-contoh (citing an examples) tentang jenis alat transportasi dan komunikasi yang terdapat di dalam buku paket siswa; (3) Mendaftar (listing), mengelompokkan (grouping), dan memberi nama (labeling) jenis alat transportasi darat/laut/udara dan komunikasi yang pernah digunakan oleh manusia; bandara-bandara di Indonesia yang dibuat berdasarkan buku paket siswa; nama-nama stasiun kereta api yang terdapat di daerah tempat tinggal siswa; dan nama-nama pelabuhan/dermaga sungai, danau, dan/atau penyeberangan yang terdapat di propinsi tempat tinggal siswa ke dalam bentuk tabel; (4) Membuat diagram (charting) tentang langkah-langkah menggunakan telepon umum; dan membunyikan radio; dan (5) Memberikan pengalaman (experiencing) empirik kepada siswa dengan mengajak mereka melakukan kajian sederhana tentang kepadatan lalu lintas dan jenis alat angkutan jalan raya yang tepat berada di depan sekolah.
Dalam konteks penelitian ini, isu-isu sosial-budaya yang dimaksud adalah masalah-masalah sosial kemasyarakatan yang ada kaitannya dengan nilai-nilai atau keyakinan yang dianut oleh suatu kelompok atau masyarakat, baik yang bersifat lokal, regional, dan nasional. Atau juga bisa berupa aplikasi dari konsep-generalisasi IPS dalam kaitannya dengan upaya pemecahan masalah-masalah sosial dan budaya yang dialami oleh masyarakat dan bangsa.
Berdasarkan hasil analisis terhadap rencana pembelajaran yang dibuat oleh guru, (37 RP, karena 3 orang guru tidak menyerahkan RP), tampak bahwa mulai dari aspek tujuan, materi, dan evaluasi pembelajaran, dapat disimpulkan bahwa guru sangat sedikit bahkan hampir tidak mengakomodir isu-isu sosial dan budaya aktual di masyarakat dalam rencana pembelajarannya. Artinya bahwa dalam menyusun RP, guru mengabaikan isu-isu sosial dan budaya aktual yang ada dan berkembang di lingkungan masyarakat lokal, regional, maupun nasional. Dilihat dari formulasi tujuan pembelajaran yang dibuat oleh guru (478 TP dari 37 RP), tampak bahwa penekanan dari TP yang dibuat oleh guru lebih mengarah kepada penguasaan konsep-konsep IPS sebagaimana yang telah ada dalam buku paket. Sementara yang mengacu pada pencapaian atau perolehan keterampilan sosial peserta didik hanya sedikit, apalagi yang mengarah kepada pencapaian literasi sosial-budaya peserta didik hampir tidak ada. Realitas ini berimplikasi terhadap sajian pembelajaran yang dikembangkan oleh guru di dalam kelas. Implikasi logis dari kondisi ini adalah gersangnya pembelajaran yang dilakukan oleh guru dari pesan nilai-moral yang semstinya dipahami oleh peserta didik dalam pembelajaran IPS.
Berdasarkan hasil wawancara dengan 27 orang guru dan wawancara yang disertai dengan diskusi secara rutin dengan 5 guru senior (inti), dapat diidentifikasi dan diklarifikasi bebeapa isu sosial-budaya pokok yang berkaitan dengan pembelajaran IPS pada jenjang sekolah dasar, antara lain: (1) pencemaran lingkungan, (2) abrasi moral masyarakat, (3) resesi ekonomi masyarakat, (4) perkelahian antar masyarakat, (5) konflik sara, (6) trend perilaku kalangan remaja di suatu masyarakat, (7) urbanisasi massal di daerah-daerah rawan pangan, (8) keberagamanan kultur masyarakat sebagai sebab utama terjadinya disinyegrasi sosial, (9) kriminalitas di kalangan remaja, khususnya di daerah perkotaan, dan yang lainnya. (Secara lengkap isu-isu sosial dan budaya yang berkaitan dengan pembelajaran IPS kami sertakan dalam lampiran). Sementara, sumber-sumber pembelajaran IPS yang ada di dalam lingkungan sekolah maupun di masyarakat sekitar lingkungan sekolah, pada dasarnya merupakan sumber utama pembelajaran IPS yang dijadikan sebagai acuan pengembangan materi oleh gurru dalam membelajarkan IPS. Atau bisa juga berupa segala sesuatu yang dapat dimanfaatkan dalam pembelajaran IPS, baik yang berada di dalam lingkungan sekolah, maupun di masyarakat sekitar lingkungan sekolah, seperti: (1) perpustakaan, (2) lingkungan (tata ruang) sekolah, (3) pasar, (4) lembaga-lembaga sosial-budaya yang ada di lingkungan masyarakat sekitar sekolah, (5) atraksi atau pertunjukan budaya rutin yang ada di lingkungan masyarakat sekitar sekolah, (6) peninggalan atau monumen sejarah yang ada di lingkungan masyarakat di sekitar sekolah, dan lain sebagainya. Adapun konsep-generalisasi IPS yang startegis dan aplikatif, isu-isu sosial-budaya yang bersifat lokal, regional, dan nasional, serta sumber-sumber belajar yang ada di lingkungan sekolah dan di luar lingkungan sekolah yang telah dapat diidentifikasi dan diklarifikasi pada penelitian ini, merupakan dasar analisis terhadap kebutuhan belajar peserta didik dalam pembelajaran IPS. Hasil identifikasi dan klarifikasi terhadap isu-isu sosial budaya, dan sumber-sumber belajar IPS yang telah diperoleh, nantinya akan dijadikan sebagai dasar pengembangan rancangan buku ajar IPS-SD yang berwawasan sosial-budaya, yang merupakan produk dari penelitian ini.

5. Mengapa social studies perlu dikembangkan dengan menggunakan perspektif interdisiplinier?
Jawaban :
Dalam pendekatan pengorganisasian materi ini sejarah diajarkan terpisah dari geografi, ekonomi, sosiologi, antropologi, politik, dan hukum. Begitu juga manakala guru mengajarkan ekonomi akan terlepas dari bidang studi lainnya. Hal ini dikarenakan materi pelajaran yang diajarkan siswa sepenuhnya dikembangkan dari disiplin ilmu yang bersangkutan secara mandiri. Bentuk pendekatan pengorganisasian ini merupakan bentuk tertua dari bentuk-bentuk pengorganisasian materi yang ada dan berkembang dewasa ini.
Menurut Udin Saripudin W. (1989: 87) model pendekatan ini memusatkan perhatian pada konsep dan metode kerja suatu disiplin ilmu sosial tertentu, misalnya antropologi atau sosiologi. Hal yang menjadi titik pangkal pendekatan ini adalah konsep atau generalisasi atau teori yang menjadi kekayaan bidang studi yang bersangkutan. Contohnya, yaitu sebagai berikut.
Pendekatan interdisipliner memusatkan perhatian pada masalah-masalah sosial yang dapat didekati dari berbagai disiplin keilmuan sosial. Hal yang menjadi titik tolak pembelajaran biasanya konsep atau generalisasi yang berdimensi jamak atau masalah sosial yang menyangkut atau menuntut pemecahan masalah dari berbagai bidang keilmuan sosial.
Pendekatan Interdisipliner disebut juga pendekatan terpadu atau integrated approach atau istilah yang digunakan Wesley dan Wronski adalah 'correlation' untuk pendekatan antarilmu, sedangkan integration untuk pendekatan terpadu. Dalam pendekatan antarilmu dikenal adanya ini (core) untuk pengembangan yang berdasarkan pada pendekatan terpadu (integration approach) yang merupakan tipe ideal konsep-konsep dari berbagai ilmu-ilmu sosial atau bidang studi telah terpadu sebagai satu kesatuan sehingga bahannya diintegrasikan menurut kepentingan dan tidak lagi menurut urutan konsep masing-masing ilmu atau bidang studi.
IPS yang tadinya hanya terbatas pada penyederhanaan ilmu-ilmu sosial semata, meningkat kepada nilai, sikap, dan perilaku dan pada perkembangan berikutnya telah melibatkan bagian-bagian di luar disiplin ilmu-ilmu sosial. Masuknya humaniora, sains, matematika, dan agama menunjukkan bahwa IPS tidak lagi bergerak dalam kelompok disiplin ilmu-ilmu sosial saja yang dikenal dengan pendekatan multidisiplin (multy disciplinary approach), tetapi sudah memasuki bidang disiplin lain atau yang dikenal dengan 'cross disciplines'.
Hal itu menunjukkan bahwa perkembangan IPTEK telah mempengaruhi perkembangan masyarakat dan tidak terkecuali masyarakat Indonesia pada saat sekarang ini. Banyak penulis terkemuka yang mengkaji dan menjelaskan hubungan itu di antaranya Daniel Bell, dan Naisbitt. Daniel Bell bahkan telah berbicara tentang 'post industrial society' serta dampak dari kapitalisme, sedangkan Naisbit bertutur tentang sepuluh kecenderungan-kecenderungan yang mempengaruhi perubahan masyarakat.
Model pendekatan pengembangan pengorganisasian cross disiplin ini diistilahkan dengan Jaringan kegiatan lintas kurikulum. Kegiatan Jaringan lintas kurikulum ini bermanfaat untuk mengaitkan dua atau lebih mata pelajaran dalam satu sajian belajar-mengajar yang utuh. Dengan adanya pendekatan ini maka tumpang tindih antarpokok bahasan baik yang terjadi antarilmu-ilmu yang ada dalam interdisiplin ilmu atau antardisiplin ilmu dapat dihindari sehingga dapat menghemat waktu dan menghindari kebingungan serta kejenuhan siswa. Model ini lebih tepat diterapkan di SD karena guru mengajarkan semua pelajaran/guru kelas. Pendekatan ini pun dapat diterapkan pada tingkat lanjutan dengan cara melakukan koordinasi antarguru bidang studi.
Penganut konstruktivisme kognitif berpandangan bahwa makna suatu realitas tidak terletak pada realitas itu sendiri, tetapi pada struktur mental atau skemata-skemata interpretasi yang terdapat di dalam pikiran (kognisi) manusia.
Konstruktivis sosial lebih memandang faktor interaksi dengan lingkungan sosial dan variasi sosial-budaya sebagai faktor yang banyak berpengaruh pada konstruksi pengetahuan individu.
Dalam perspektif konstruktivisme kognitif, pembelajaran Pendidikan IPS sebagai suatu ilmu pengetahuan atau pengetahuan sosial, seyogianya dikondisikan agar mampu memfasilitasi siswa melakukan interaksi diri dengan berbagai lingkungan sosial yang lebih luas.
Pembelajaran IPS harus menekankan pada pengembangan berpikir. Terjadinya ledakan pengetahuan menuntut perubahan pola mengajar dari yang hanya sekadar mengingat fakta yang biasa dilakukan melalui metode kuliah (lecture) dan latihan (drill) dalam pola pembelajaran tradisional menjadi pengembangan kemampuan berpikir kritis (critical thinking).

0 komentar:

Posting Komentar

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Laundry Detergent Coupons