About

Pages

Diberdayakan oleh Blogger.

Mengenai Saya

Foto saya
Berpikir POSITIF, KRITIS, KREATIF,INOVATIF, SOLUTIF...berserah diri pada ALLAH SWT.

talk n think my Blog

Jumat, 29 Juli 2011

ANOTASI BIBLIOGRAFI MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE LEARNING

ANOTASI  BIBLIOGRAFI
MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE LEARNING

1.   Lie, Anita (2007). Cooperative Learning, Mempraktikkan Cooperative Learning di Ruang-ruang Kelas  Jakarta : Grasindo (96 Halaman)

   Yang diperkenalkan dalam metode pembelajaran cooperative learning atau istilah pembelajaran gotong royong yaitu system pembelajaran yang memberi kesempatan kepada peserta didik untuk bekerjasama dengan siswa lain dalam tugas-tugas yang terstruktur.
Sajian dalam buku ini bertolak dari sebuah premis bahwa tidak semua kerja kelompok dianggap sebagai belajar dengan metode cooperative learning. Keinginan baik para guru untuk mengaktifkan para siswa perlu dihargai, namun para guru juga perlu dibekali dengan sedikit latar belakang, landasan  pemikiran, dan penerapan metode pembelajaran gotong royong untuk mendapatkan hasil yang lebih optimal.
Sajian isi buku ini dikemas kedalam 8 bab, bab 1  berisi tentang perubahan paradigma lama pendidikan ke metode pembelajaran gotong royong, bab 2 berisi tentang kajian transformasi pendidikan dan globalisasi dari transformasi sosial, ekonomi dan demografis, bab 3  nilai-nilai gotong royong dalam budaya Indonesia yang sangat memungkinkan untuk digunakan dalam pembelajaran cooperative learning  ,  bab 4 tentang model-model pembelajaran cooperative learning, bab 5 lima unsur model pembelajaran  cooperative learning, bab 6,7 dan 8 berisi tentang pengelolaan kelas , teknik pembelajaran dan model evaluasi pembelajaran cooperative learning serta aplikasinya oleh guru  di dalam kelas. 
Pada akhir penutup buku ini penulis merekomendasikan agar metode cooperative learning bisa memberikan kesempatan kepada siswa  untuk mencintai pelajaran dan sekolah/guru serta siswa merasa lebih terdorong untuk belajar dan berpikir.  
Komentar:
      System pendidikan gotong royong merupakan alternative menarik yang bisa mencegah tumbuhnya keagresifan dalam sistem kompetisi dan keterasingan dalam system individu tanpa mengorbankan aspek kognitif. Buku ini membahas berbagai aspek yang secara langsung atau tidak langsung berkaitan dengan metode pembelajaran kooperatif mulai dari landasan teoritis sampai dengan penerapannya dalam pembelajaran. Belajar bagaimana yang  perlu diajarkan pada siswa misalnya bagaimana menggali dan memproses informasi dengan kelompok.

2.   Isjoni (2009). Cooperative Learning, Efektifitas Pembelajaran Kelompok  Bandung:  Alfabeta (112 Halaman)
            Buku ini membahas bagaimana sebenarnya konsep inti dari cooperative learning, siapa yang berperan didalamnya, dan bagaimana strategi menerapkannya. Konsep cooperative learning pada intinya menempatkan pengetahuan yang dipunyai siswa merupakan hasil daripada aktivitas yang dilakukannya, bukan pengajaran yang diterima secara pasif . diantara kelebihan pembelajaran secara konstruktivisme yang biasa dikaitkan dengan cooperative learning adalah menerusi proses berfikir.
Bagaimana konsep inti dari cooperative learning, siapa yang berperan di dalamnya, bagaimana strategi menerapkannya, dan bagaimana menempatkan pengetahuan yang dipunyai siswa sebagai hasil daripada aktifitas yang dilakukannya, bukan pengajaran yang diterima secara pasif, pemikiran itulah tampaknya yang memicu penulis menyusun buku ini. Isu-isu yang terkait dengan efektifitas pembelajaran kelompok dalam cooperative learning dalam buku ini dikemas ke dalam 10 bab.
Bagian pertama mengupas dasar kontruktivitistik dalam cooperative learning,  bagian kedua penulis memfokuskan bahasannya pada pengertian cooperative learning dari pendapat para ahli (diantaranya Robert Slavin dan Jigsaw) serta topik-topik penting yang terkait dengan perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran. Melalui bab-bab dalam buku ini guru diharapkan memiliki wawasan dan kemampuan dalam menerapkan perencanaan pembelajaran cooperative learning, termasuk di dalamnya karakteristik, model, peranan guru dan strategi cooperative learning. Bagian terakhir dari buku ini memusatkan sajiannya pada tes eksperimen cooperative learning, dan pada penutup buku ini gambaran penulis tentang bagaimana cooperative learning sebagai sebuah tawaran kepada guru untuk dilaksanakan sebagai model proses pembelajaran di kelas.
Komentar:

       Dalam proses membina pengetahuan baru, siswa akan berfikir untuk menyelesaikan masalah, mengeluarkan ide, dan membuat keputusan yang bijak dalam menghadapi belbagai kemungkinan dan tantangan. Buku Cooperative learning karangan Isjoni ini membahas tentang konsep inti dari cooperative learning, siapa yang berperan didalamnya, dan bagaimana strategi menerapkannya. Inti dari konsep cooperative learning ialah menempatkan pengetahuan yang dimiliki siswa merupakan hasil daripada aktivitas yang dilakukannya, bukan pengajaran yang diterima secara pasif..

3.      Slavin E. Robert (2008). Cooperative Learning :  Teori, Riset dan Praktik. (Terjemahan: Nurulita Yusron) Bandung : Nusa Media (384 Halaman)

    Robert E. Slavin menyebutkan cooperative learning merupakan model pembelajaran yangdimana guru mendorong para siswa untuk melakukan kerja sama dalam kegiatan-kegiatan tertentu seperti diskusi atau pengajaran teman sebaya ( peer teaching ). Dalam  melakukan kegiatan belajar mengajar guru tidak lagi mendominasi seperti lazimnya pada saat ini, sehingga siswa dituntut untuk berbagi informasi dengan siswa yang lainya dan saling belajar mengajar sesame mereka.
Buku Cooperative Learning ini merupakan Teori, Riset dan Praktik yang dilakukan oleh Robert E. Slavin serta beberapa pakar lainnya tentang pembelajaran Kooperatif. Buku ini membicarakan tentang teori, penelitian dan pedoman praktis yang dipersembahkan oleh tenaga-tenaga ahli, pemimpin-pemimpin lokakarya dan kelompok guru yang telah mencoba strategi pembelajaran kooperatif.
Untuk memperjelas pembahasannya Robert E. Slavin membaginya kedalam 7 Bab, Bab I berisi tentang dasar pemahaman intelektual pembelajaran kooperatif, dan bentuk-bentuk pembelajaran kooperatif lainnya, Bab II tentang bagaimana cara pembelajaran kelompok yang didasarkan pada pembelajaran individual untuk menciptakan kondisi yang mengarah pada pencapaian positif melalui kerjasama antar siswa, Bab III bagaimana pengaruh pembelajaran kooperatif bukan hanya pencapaian prestasi para siswa tetapi juga pengaruh terhadap keluaran-keluaran yang dihasilkan (non kognitif), Bab IV tentang bentuk keberhasilan pembelajaran kooperatif lain seperti Studen Teams-Achievment Division (STAD) dan Teams-Games Tournaments (TGT) yang telah dilakukan oleh beberapa guru, Bab V adalah program Team Accelerated Instruction (TAI-Percepatan pengajaran Tim) dan Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC-Mengarang dan membaca Terintegrasi yang Kooperatif) yang mengkombinasikan pembelajaran kooperatif dengan praktik-praktik lainnya yang tertuju pada metode pengajaran dan kontennya, Bab VI tentang Metode-metode Spesialisasi tugas dalam pembelajaran kooperatif yang dirancang supaya siswa menjalankan peran khusus dalam menyelesaikan seluruh tugas kelompok, dan Bab akhir dari buku ini adalah berbagai bentuk metode dan sumber pembelajaran kooperatif yang lain.

Komentar:

       Tiga konsep sentral yang menjadi karakteristik cooperative learning sebagaimana   dikemukakan Robert E. Slavin yaitu penghargaan kelompok, pertanggungjawaban  individu. Dan kesempatan yang sama untuk berhasil. Buku cooperative learning ini menyajikan pemahaman praktis dan jelas mengenai penerapan model pembelajaran kooperatif dan memberikan informasi mengenai bagaimana cara mengubah pemahaman dan antusiasme ke dalam praktik-praktik yang efektif dalam pembelajaran. Selain itu, buku ini juga menyuguhkan sesuatu yang menarik dari pembelajaran kooperatif yaitu bahwa pembelajaran kooperatif menjadikan dirinya alat stimulasi yang sangat baik dalam pembelajaran dan dapat diaplikasikan untuk semua jenis kelas

4.      Solihatin, Etin (2007). Cooperative Learning, Analisis Model Pembelajaran IPS  Jakarta : Bumi Aksara (140 Halaman)
                        Suasana belajar dan rasa kebersamaan yang tumbuh dan berkembang diantara sesame  anggota memungkinkan mahasiswa untuk mengerti dan memahami materi pelajaran dengan lebih baik  Buku cooperative Learning, Analisis Model Pembelajaran IPS yang ditulis oleh Etin Solihatin ini berdasarkan hasil penelitian Action research  dengan tujuan agar pembelajaran Pengetahuan Sosial (IPS) dengan menggunakan model cooperative learning dapat meningkatkan kemampuan mahasiswa untuk belajar mandiri, belajar bersama untuk mencapai tujuan bersama, penulisnya berharap agar buku ini digunakan terutama bagi Mahasiswa yang mengambil mata kuliah IPS.
Struktur buku teks ini terbagi dalam 3 bagian besar, bab pertama  membahas apa itu cooperative learning, bab kedua  apa itu Pengetahuan Sosial, baik materi, media, laboratorium dan evaluasinya, bab ketiga  berisi tentang bagaimana aplikasinya dalam pembelajaran baik persiapan sebelum pembelajaran, proses, maupun saat briefing dan evaluasi.
Makna yang terkandung di balik penulisan buku ini adalah bagaimana penulisnya mengkondisikan pembelajaran Pengetahuan Sosial (IPS) yang kondusif memungkinkan mahasiswa terlibat langsung dalam pembelajaran sebagai upaya mengembangkan pengetahuan, nilai, sikap, moral dan keterampilan sosial. Penulis mengharapkan Mahasiswa mampu berperan serta dalam melakoni kehidupan masyarakat modern yang dinamis dalam rangka menyongsong era globalisasi sehingga pada akhirnya peran kritis yang di emban IPS menciptakan warga negara yang baik dapat terwujud.


Komentar:

       Cooperative learning menunjukan efektifitas yang sangat tinggi bagi perolehan hasil belajar siswa, baik dilihat dari pengaruhnya terhadap penguasaan materi pelajaran maupun dari pengaruhnya terhadap penguasaan materi pelajaran maupun dari pengembangan dan pelatihan sikap serta keterampilan social yang sangat bermanfaat bagi siswa dalam kehidupannya dimasyarakat.                     
Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) dengan model pembelajaran kooperatif memungkinkan mahasiswa terlibat langsung dalam pembelajaran sebagai upaya mengembangkan pengetahuan, nilai, sikap, moral, dan keterampilan sosial. Sehingga mahasiswa mampu berperan serta dalam melakoni kehidupan masyarakat modern yang dinamis dalam rangka menyongsong era globalisasi, yang sampai pada akhirnya dengan pengetahuan sosial (IPS) dapat membentuk warga Negara yang baik.

5.      Paul B Horton dan Charles L Hunt (1993) Tujuan Pengembangan Model Cooperative Learning [Online]. Tersedia http://xpresiriau.com/artikel-tulisan-pendidikan/pengelolaan kelas-cooperative-learning/ ( 9 mei 2010 )
      Tujuan utama dalam pengembangan model pembelajaran cooperative learning adalah belajar kelompok bersama teman-temannya dengan cara saling menghargai pendapat dan memberikan kesempatan kepada orang lain untuk mengemukakan gagasannya dengan cara menyampaikan pendapat mereka dengan cara. Berkumpul secara berkelompok maka ditemukan sosok seorang pribadi manusia (karakter manusia) bahwa: “Pengalaman berkelompok yang membuat manusia memiliki ciri-ciri norma-norma hidup serta bersama-sama memiliki nilai-nilai, tujuan, perasaan dan banyak membedakan kita dengan orang lain seperti perasaan dan perilaku seseorang dipengaruhi oleh keunggulan kelompok, apakah ia menjadi manusia yang bersifat manusiawi dan melalui pengalaman berkelompok kita menghayati baik atau pengecut”. Mengacu pada pendapat tersebut maka belajar kelompok itu adalah untuk membentuk pribadi seseorang apakah ia berbuat egois atau tidak mungkin menjadi pengecut, bertanggung jawab terhadap pekerjaan yang diberikan kelompok karena tujuan utama belajar kelompok itu adalah untuk memperoleh pengetahuan dan sesama temannya
Komentar :
      Cooperative learning merupakan strategi yang menempatkan siswa belajar dalam kelompok yang beranggotakan 4-5 siswa dengan tingkat kemampuan atau jenis kelamin atau latar belakang yang berbeda. Pembelajaran harus menekankan kerja sama dalam kelompok untuk rnencapai tujuan yang sama. Oleh sebab itu penanaman keterampilan cooperative sangat perlu dilakukan, antara lain menghargai pendapat orang lain, mendorong berpartisipasi, berani bertanya, mendorong teman untuk bertanya, mengambil giliran dan berbagi tugas, dan sebagainya
6.      Arend (1997) Karakteristik dan Prinsip Cooperative Learning [Online]. Tersedia http://xpresiriau.com/artikel-tulisan-pendidikan/pengelolaan kelas-cooperative-learning/ ( 9 mei 2010 )
      Sebagai guru sudah selayaknya mengetahui dan memahami pula karakteristik dan prinsip dari cooperative learning dalam pengajaran dan pembelajarannya. Beberapa pendapat pakar tentang karakteristik cooperative learning yang harus dikemukakan, seperti dikatakan secara rinci oleh Arend (1997) mengemukakan bahwa karakteristik strategi belajar kooperatif adalah, (a) siswa bekerja dalam kelompok kooperatif untuk menguasai materi akademis, (b) anggota-anggota dalam kelompok diatur terdiri dari siswa yang berkemampuan rendah, sedang, dan tinggi, (c) jika memungkinkan, masing-masing anggota kelompok kooperatif berbeda suku, budaya, dan jenis kelamin, dan (d) sistem penghargaan yang berorientasi kepada kelompok daripada individu.
Ini menandakan Ini menandakan belajar kooperatif didasarkan kepada konstruktivisme, yaitu bahwa pengetahuan merupakan hasil penemuan sosial dan sekaligus merupakan faktor dalam perubahan sosial.
Komentar :
         Cooperative learning bukan merupakan resep sukses secara instan, diperlukan kerja keras dan situasi yang serius antara guru dan siswa. Dengan hasil yang bisa kita dapatkan, cooperative learning secara berkesinambungan membantu kita ke tingkat pendidikan yang lebih tinggi dan untuk ke pendidikan IPS secara khusus.

7.      Johnson, and Johnson. (1992). Approaches To Implementing Cooperative Learning In The Social Studies Classroom. Cooperative learning social studies classroom: an introduction to social study (NCSS). (Buletin no 87).44-51.
      Sesuai dengan judulnya, artikel ini berisikan tentang penerapan cooperative learning dalam kelas IPS. Berawal dengan adanya perubahan interaksi dalam pembelajaran menjadi interaksi kooperatif. Diikuti dengan penjelasan mengenai definisi pembelajaran kooperatif, teori-teori dasarnya, pendekatan-pendekatan model pembelajaran kooperatif sampai dengan implementasi pembelajaran di dalam kelas IPS. Pembelajaran kooperatif dapat diartikan sebagai petunjuk dalam menggunakan kelompok kecil dimana siswa berkerja sama untuk mengembangkan pengetahuan mereka dan belajar dengan anggota kelompoknya. Pembelajaran kooperatif dilakukan dengan langkah-langkah berikut guru menginformasikan materi kepada siswa, membagi siswa menjadi kelompok kecil, memberi bimbingan kelompok bekerja dan belajar, evaluasi dan memberikan penghargaan.
Komentar:
        Dengan cooperative learning, siswa memiliki dua tanggung jawab sekaligus yaitu untuk mempelajari materi pelajaran dan menyakinkan jika semua anggota kelompok sudah memahami materi yang dipelajari tersebut. Cooperative learning dapat diterapkan dengan percaya diri di setiap tingkatan, setiap mata pelajaran dan setiap materi.
8.      Mangkoesapoetra, Arief.A. (2005). Implementasi Model Cooperative Learning dalam Pendidikan IPS Tingkat Persekolahan. [Online]. Tersedia: (http://re-searchengines.com/0805arief6.html) [9 Mei 2010]
     Bab pertama diawali dengan latar belakang masalah yaitu Pemilihan model dan metode pembelajaran yang sesuai dengan tujuan kurikulum dan potensi siswa merupakan kemampuan dan keterampilan dasar yang harus dimiliki oleh seorang guru, Bab kedua berisi tentang dasar pemikiran pembelajaran cooperative learning, Pada MPCL, guru bukan lagi berperan sebagai satu-satunya nara sumber dalam PBM, tetapi berperan sebagai mediator, stabilisator, dan manajer pembelajaran, bab ketiga memaparkan beberapa temuan dalam penelitian ternyata penggunan MPCL menunjukkan efektifitas yang sangat tinggi bagi perolehan hasil belajar siswa, baik dilihat dari pengaruhnya terhadap penguasaan materi pelajaran maupun dilihat dari pengembangan dan pelatihan sikap serta keterampilan-keterampilan sosial yang sangat bermanfaat bagi siswa dalam kehidupannya di masyarakat.dan bab terakhir ialah penutup. Hasil dari studi ini menunjukkan bahwa Model Pembelajaran Cooperative Learning (MPCL) mempunyai efektivitas yang cukup tinggi untuk membelajarkan materi pendidikan IPS. Kemampuan dan kepedulian guru dalam memediasi dan menstabilisasi pengembangan dan pelatihan pengetahuan, sikap, nilai, moral, dan keterampilan-keterampilan sosial siswa, menjadikan pembelajaran pendidikan IPS semakin bermakna dalam dimensi pendidikan dan pembentukan warta negara yang baik secara dini, dan MPCL juga dapat digunakan untuk membelajarkan materi atau pokok bahasan lain selain mata pelajaran IPS.
Komentar:
       Iklim pembelajaran yang dikembangkan oleh guru mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap keberhasilan dan kegairahan belajar, demikian pula kualitas dan keberhasilan pembelajaran sangat dipengaruhi oleh kemampuan dan ketepatan guru dalam memilih dan menggunakan metode pembelajaran salah satunya dengan cooperative learning.


     Tuntutan pendidikan sudah banyak berubah. Pendidik perlu menyusun dan melaksanakan kegiatan belajar mengajar dimana anak dapat aktif membangun pengetahuannya sendiri. Hal ini sesuai dengan pandangan kontruktivisme yaitu keberhasilan belajar tidak hanya bergantung pada lingkungan atau kondisi belajar, tetapi juga pada pengetahuan awal siswa
Dalam pembelajaran kooperatif terdapat saling ketergantungan positif di antara siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran. Setiap siswa mempunyai kesempatan yang sama untuk sukses. Aktivitas belajar berpusat pada siswa dalam bentuk diskusi, mengerjakan tugas bersama, saling membantu dan saling mendukung dalam memecahkan masalah. Melalui interaksi belajar yang efektif, siswa lebih termotivasi, percaya diri, mampu menggunakan strategi berpikir, serta mampu membangun hubungan interpersonal.
Komentar :
       Model pembelajaran kooperatif dikembangkan berpijak pada beberapa pendekatan yang diasumsikan mampu meningkatkan proses dan hasil belajar siswa. Pendekatan yang dimaksud adalah belajar aktif, konstruktivistik, dan kooperatif. Beberapa pendekatan tersebut diintegrasikan dimaksudkan untuk menghasilkan suatu model pembelajaran yang memungkinkan siswa dapat mengembangkan potensinya secara optimal. Belajar aktif, ditunjukkan dengan adanya keterlibatan intelektual dan emosional yang tinggi dalam proses belajar, tidak sekedar aktifitas fisik semata.



10.  Ismail,Bustamam. (2010) Pembelajaran Cooperative Learning  http://hbis.wordpress.com/2010/01/05/cooperative-learning-teknik-jigsaw/
(  9 Mei 2010 )
      Pembelajaran di sekolah yang melibatkan siswa dengan guru akan melahirkan nilai yang akan terbawa dan tercermin terus dalam kehidupan di masyarakat. Pembelajaran yang melibatkan siswa secara aktif dalam kelompok secara bergotong royong (kooperatif) akan menimbulkan suasana belajar partisipatif dan menjadi lebih hidup. Teknik pembelajaran Cooperative Learning dapat mendorong timbulnya gagasan yang lebih bermutu dan dapat meningkatkan kreativitas siswa. Jigsaw merupakan bagian dari teknik-teknik pembelajaran Cooperative Learning. Jika pelaksanaan prosedur pembelajaran Cooperative Learning ini benar, akan memungkinkan untuk dapat mengaktifkan siswa sehingga dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. Sampai saat ini pembelajaran Cooperative Learning terutama teknik Jigsaw belum banyak diterapkan dalam pendidikan walaupun orang Indonesia sangat membanggakan sifat gotong royong dalam kehidupan bermasyarakat.
Komentar :
        Untuk menghasilkan manusia yang bisa berdamai dan bekerja sama dengan sesamanya dalam pembelajaran di sekolah, model pembelajaran Cooperative Learning perlu lebih sering digunakan karena suasana positif yang timbul akan memberikan kesempatan kepada siswa untuk mencintai pelajaran dan sekolah / guru. Selain itu, siswa akan merasa lebih terdorong untuk belajar dan berpikir.

11.  Maihoff, Shirlee. (2001). Cooperative Learning Is Active Learning. Jurnal of Teaching Techniques. [Online], Vol.65. (4). 6 halaman. Tersedia: http://www.asrt.org/Media/Pdf/ForEducators/4_InstructionalTechniques/4.8CoopLearning.pdf. [15 Mei 2010 ]
     Shirlee dalam artikel ini memaparkan tentang keenam elemen penting dalam pembelajaran kooperatif yaitu formasi kelompok, kesinambungan interaksi dalam kelompok, ketergantungan antar anggota kelompok, kreasi kelompok dalam menghasilkan kesimpulan, kemampuan pribadi dan membangun keterampilan sosial. Selain itu, penulis juga memberikan perbandingan antara model cooperative learning dengan pembelajaran tradisional yang kemudian diikuti oleh penjelasan mengenai peranan guru dalam model cooperative learning yaitu sebagai fasilitator dalam pembelajaran. Cooperative learning menghendaki siswa menjadi pembelajar yang aktif, dimana mereka dapat merasakan kebebasan untuk mengorganisasikan pikiran mereka dan respon mereka terhadap materi pembelajaran. Cooperative learning pun bisa dipadukan dengan teknologi yang ada sekarang seperti contoh dengan kartu visual, diagram urutan, pertanyaan spesifik dengan jawabannya yang dimuat dalam computer.

Komentar:
        Perpaduan antara teknologi dan cooperative learning akan menghasilkan perpaduan yang dinamis. Keduanya sangat menarik, yang bisa didedikasikan untuk pembelajaran yang aktif dan hasil belajar yang baik pula. Dengan adanya kemampuan berpikir kreatif, siswa dapat mencari berbagai alternatif pemecahan masalah dalam kehidupannya.

12.  Efektifitas Model Pembelajaran Cooperative Learning, Artikel http://xpresiriau.com/artikel-tulisan-pendidikan/efektifitas-model-pembelajaran-cooperative-learning/ ( 15 Mei 2010 )


      Dalam artikel ini memaparkan enam bagian yang penting dalam pembelajaran cooperative learning yaitu pertama melalui cooperative learning menimbulkan suasana yang baru dalam pembelajaran, kedua membantu guna dalam mengidentifikasikan kesulitan-kesulitan yang dihadapi dan mencarikan alternatif pemecahannya, ketiga , penggunaanya cooperative learning merupakan suatu model yang efektif untuk menge-mbangkan program pembelajaran terpadu, keempat melalui cooperative learning, dapat mengembangkan kemampuan berpikir kritis, kreatif, dan reflektif dan kelima dengan cooperative learning mampu mengembangkan kesadaran pada diri siswa terhadap permasalahan-permasalahan sosial yang terjadi di lingkungan sekitarnya, Keenam, dengan cooperative learning mampu melatih siswa dalam berkomunikasi seperti berani mengemukakan pendapat, berani dikriik, maupun menghargai pendapat orang lain.
Komentar :
       Dari beberapa keuntungan dari model pembelajaran cooperative learning di atas, maka jelaslah bahwa keberhasilan suatu proses pendidikan dan pengajaran salah satunya ditentukan oleh kemampuan dan keterampilan guru dalam menggunakan strategi dan model pembelajaran yang digunakannya. Salah satu model yang dapat memberikan dampak terhadap keberhasilan siswa adalah melalui model pembelajaran koperatif atau cooperative learning

13.  Pengelolaan Kelas Cooperative Learning, Artikel http://xpresiriau.com/artikel-tulisan-pendidikan/pengelolaan-kelas-cooperative-learning/ ( 15 MEI 2010 )
      Hasil penelitian mengenai metode cooperative learning yang digunakan di kelas memberikan hasil yang menggembirakan pada hasil belajar. Kemajuan IPS  harus meliputi sosial dan pembelajaran. Pengaturan kelas yang baik merupakan langkah pertama yang efektif untuk mengatur pengalaman belajar siswa secara keseluruhan, Sehingga masing-masing siswa harus memiliki niat untuk bekerja sama dengan anggota lainnya, di samping itu juga harus memiliki kiat-kiat bagaimana caranya berinteraksi dan bekerja sama dengan orang lain. Dalam pengelolaan kelas model cooperative learning ini ada tiga hal yang perlu diperhatikan yakni pengelompokan, pemberian motivasi kepada kelompok, dan penataan ruang kelas. Oleh sebab itu, guru harus mampu menciptakan pengelolaan kelas cooperative learning, sehingga terjadi suatu proses interaksi yang satu individu dengan individu lainnya dapat terjadi, demikian pula interaksi antar kelompok dapat terbanguan. Karena inti dari cooperative learning adalah proses pembelajaran secara kelompok (grup).
Komentar :
       Menciptakan lingkungan yang optimal baik secara fisik maupun mental, dengan cara menciptakan suasana kelas yang yang nyaman, suasana hati yang gembira tanpa tekanan maka dapat memudahkan siswa memahami materi pelajaran. Pengaturan kelas yang baik merupakan langkah pertama yang efektif untuk mengatur pengalaman belajar siswa secara keseluruhan. Sesuai dengan pendapat tersebut, maka dalam pelaksanaan model cooperative learning dibutuhkan kemauan dan kemampuan serta kreatifitas guru dalam mengelola lingkungan kelas. Sehingga dengan menggunakan model ini guru bukannya bertambah pasif tapi harus menjadi lebih aktif terutama saat menyusun rencana pembelajaran secara matang, Pengaturan kelas yang baik merupakan langkah pertama yang efektif untuk mengatur pengalaman belajar siswa secara keseluruhan
14.  Amirin , M.Tatang COOPERATIVE Learning: STAD (Student Teams-Achievement Divisions http://tatangmanguny.wordpress.com/2009/08/19/cooperative-learning-stad-student-teams-achievement-divisions/
Dalam artikel yang ditulis oleh Tatang , cooperative learning: stad (student teams-achievement divisions memaparkan kesuksesan dalam menggunakan model pembelajaran kooperatif dikelas. teams-achievement divisions, disingkat STAD, Secara hakiki kira-kira akan bermakna bekerja sebagai tim, prestasi berbagi sebagai tim. “Teams-achievement” (dalam STAD disambungkan dengan garis sambung) yang bermakna prestasi tim, bukan prestasi individual murid, merupakan sesuatu yang ditekankan atau menjadi perhatian, dan sekaligus sebagai strategi guru mendidik sikap sosial. Keberhasilan (prestasi) belajar murid diukur dari prestasi tim, bukan prestasi orang per orang murid. Oleh karena itu, maka semakin tinggi rerata skor tim, semakin dianggap berhasil tim itu (dan anggota-anggotanyanya) belajar. Setelah dilakukan eksperimen dapat disimpulkan bahwa kelas STAD memiliki hasil belajar yang lebih tinggi dibandingkan kelas konvensional yaitu sebesar 80%. Selain itu siswa di kelas STAD lebih memiliki rasa tanggung jawab dan dapat berhubungan baik dengan teman sekelasnya. Artikel ini ditutup dengan tawaran kepada pada guru untuk menggunakan model cooperative learning untuk hasil belajar yang lebih baik. Cooperative learning tipe STAD membuat suasana pembelajaran siswa menjadi lebih inovatif dan bukan lagi sesuatu yang membosankan.
Komentar :

15.  Mazrawu ( 2010 ) Pengertian Model Pembelajaran Cooperative Learning Teknik Jigsaw http://www.ayobelajar.web.id/search/PENERAPAN+PEMBELAJARAN+KOOPERATIF+(COOPERATIF+LEARNING
      Pada artikel ini penulis memaparkan secara rinci mengenai pembelajaran kooperatif tehnik Jigsaw serta Hakikat Pembelajaran Cooperative Learning Teknik Jigsaw. Sistem pengajaran Cooperative Learning Teknik Jigsaw dapat didefinisikan sebagai sistem kerja/belajar kelompok terstruktur. Cooperative Learning Teknik Jigsaw adalah suatu strategi belajar mengajar yang menekankan pada sikap atau perilaku bersama dalam belajar atau membantu di antara sesama dalam struktur kerja sama yang teratur dalam kelompok yang terdiri dari dua orang atau lebih. Hal-hal yang dapat menghambat proses proses pembelajaran dalam penerapan Cooperative Learning Teknik Jigsaw (1)Kurangnya pemahaman guru tentang Cooperative Learning Teknik Jigsaw.(2) Jumlah siswa yang terlalu banyak(3) Kurangnya sosialisasi dari pihak terkait tentang teknik pembelajaran Cooperative Learning Teknik Jigsaw.(4)Kurangnya buku sumber sebagai media pembelajaran.(5)Terbatasnya pengetahuan siswa.
Komentar :
















 








0 komentar:

Posting Komentar

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Laundry Detergent Coupons