About

Pages

Diberdayakan oleh Blogger.

Mengenai Saya

Foto saya
Berpikir POSITIF, KRITIS, KREATIF,INOVATIF, SOLUTIF...berserah diri pada ALLAH SWT.

talk n think my Blog

Jumat, 29 Juli 2011

UAS-sem-3/2011METODE PENELITIAN KUALITATIF

SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

UJIAN AKHIR SEMESTER

MATA KULIAH       : METODE PENELITIAN KUALITATIF
PROGRAM STUDI   : PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
DOSEN                      : Prof. DR. H. Suwarma Al Muchtar, SH., M.Pd
SOAL :
1. Kemukakan minimal 5 alasan yang memperkuat perlunya pendekatan penelitian kualitatif dalam upaya peningkatan mutu Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial.
JAWABAN :
1. Ilmu sosial tidak sekedar menyangkut ilmu pengetahuan yang dibahasakan (Propositional Knowledge), melainkan juga menyangkut pengetahuan yang tidak bias dibahasaakan (Tacit Knowledge), yang hampir tidak mungkin diperoleh lewat pendekatan rasionalistis, sebab pendekatan ilmiah hanya menjelaskan pengetahuan proposisional saja (Guba & Lincoln:1981).
2.   Penelitian studi ilmu sosial menempuh mekanisme interaksional bersama responden dan meyakini adanya mekanisme berbagai realitas dalam penelitian kualitatif, maka penelitian kualitatif berkarakter deskriptif dan menjauhi generalisasi, malah memilih deskriptif kental (thick descricption) dan hipotesis-hipotesis kerja (Guba & Lincoln:1981).  
3.  Penelitian kualitatif berkarakter eksploratori, induktif, dan menekankan proses bukannya produk. Dalam penelitian Kualitatif tentang Ilmu sosial tidak ada hipotesis yang ditentukan sejak awal, tidak ada perlakuan, dan tidak ad pembatasan pada produk akhir.
4.    Dapat mendeskripsikan proses dinamis yang terjadi berkenaan dengan gejala sosial yang diteliti (Poerwandari, 2007) .
5.   Tujuan penelitian kualitatif dalam ilmu social diwarnai adanya interaksi di antara realitas, untuk memaknainya, peneliti kualitatif seyogianya berinteraksi langsung dengan para responden antara lain; dengan menginterviu dan mengobservasi dalam latar alamiah agar mendapatkan pemahaman emik.
ü  Pendekatan metode penelitian kualitatif yang diterapkan dalam bidang Pendidkan Ilmu Sosial seperti dalam tabel :
TIPE
UNTUK SIAPA
TUJUAN
SAJIAN DATA
Deskriptik
Pemerintah
Dokumen pemerintah
Laporan tertulis
Analitik
Akademisi
Meningkatkan kasanah pengetahuan
Laporan Penelitian(artikel Ilmiah)
Evaluatif
Pemerintah/swasta
Penilaian perubahan kondisi masyarakat
Lokakarya, pelatihan
Kajian
Masyarakat
Pemberdayaan Masyarakat
Publikasi, paparan, sarasehan
Referensi : Alwasilah, A. Chaedar. (1991). POKOKNYA KUALITATIF;Dasar-dasar Merancang Penelitian Kualitatif. Pustaka Jaya. (p. 103-104)
Bogdan, Robert C; Biklen, Knopp Sari. (1982). Qualitative Research for Education; An Introduction to Theory and Methods; Allyn and Bacon; Boston London.

2. Kemukakan minimal 10 karakter masalah sosial yang menunjukkan bahwa warga masyarakat semestinya dipandang sebagai subyek penelitian bukan obyek penelitian.
JAWABAN :
1. Masalah sosial patalogis mengacu kepada penyakit sosial masyarakat, sehingga masalah sosial tersebut sulit sekali dipecahkan, karena seiring dengan kehidupan masyarakat itu sendiri, misalnya adalah : pelacuran (prostitution), kejahatan (crimes), dan penjudian (gambling).
2. Masalah sosial non patalogis mengacu kepada masalah sosial yang bukan penyakit sosial masyarakat, sehingga relatif dapat dihilangkan atau ditanggulangi, misalnya adalah : kebut- kebutan di jalan, perkelahian pelajar, dan penipuan. Hal yang perlu diperhatikan adalah jika masalah sosial non patalogis tidak ditangani secara serius dapat menjadi masalah sosial patalogis..
3.  Masalah sosial klasik-konvensional menunjukan masalah sosial yang terjadi di jaman dulu atau pada masyarakat tradisional atau pertanian, walaupun masalah tersebut hingga kini masih tetap ada. Contohnya adalah masalah kemiskinan, pengangguran, kejahatan dan pelacuran.
4.  Masalah sosial modern – kotemporer menunjukkan masalah sosial yang baru muncul pada masa sekarang atau masyarakat industri, misalnya masalah NAPZA, perdagangan anak dan wanita (traficking), anak jalanan (street childern), penyalahgunaan obat (drug abuse) dan terorisme.
5. Masalah sosial manifes (manifes social problems) merupakan masalah sosial yang timbul sebagai akibat terjadinya kepincangan-kepincangan dalam masyarakat. Kepincangan tersebut disebabkan karena tidak sesuainya dengan norma dan nilai masyarakat, sehingga anggota masyarakat melakukan penyimpangan (deviant behavior). Masyarakat pada umumnya tidak menyukai tindakan-tindakan menyimpang, sehingga berupaya untuk menghadapi dan mengatasi masalah sosial tersebut. Jadi masalah sosial manifes merupakan masalah sosial yang sudah ada dan terjadi.
6. Masalah sosial laten (latent social problems) merupakan masalah sosial yang sebenarnya sudah ada, walaupun belum meluas, namun oleh sekelompok masyarakat ditutup-tutupi dan dianggap tidak ada. Masalah sosial ini sewaktu-waktu akan muncul menjadi masalah sosial manifes. Misalnya masalah konflik sosial yang disebabkan oleh suku, ras, agama, dan antar golongan, kebebasan hubungan seks di kalangan ramaja dan terorisme.
7. Masalah sosial strategis mengacu kepada masalah sosial yang dianggap sentral dan mengakibatkan masalah-masalah sosial lainnya, seperti kemiskinan. Kemiskinan dianggap sebagai masalah sosial strategis karena dapat menyebabkan keterlantaran, kejahatan, pelacuran, kebodohan, dan sebagainya.
8. Masalah sosial biasa mengacu kepada masalah sosial yang sering terjadi di masyarakat, namun dianggap tidak terlalu menimbulkan dampak besar, misalnya : pertengkaran dalam keluarga, perceraian, dan perkelahian.
9. Kompleksitas. Masalah sosial disebabkan oleh berbagai faktor, baik faktor internal (pelaku) maupun eksternal (lingkungan/sistem sosial) Tidak ada masalah sosial yang disebabkan oleh faktor tunggal, tetapi selalu multi faktor. Disamping itu, suatu masalah sosial senantiasa berkaitan dengan masalah-masalah sosial lainnya.
10. Situasi. Masalah sosial merupakan suatu situasi, dan juga sembarang situasi. Masalah  sosial adalah situasi yang diduga atau dianggap menggangu atau tidak mengenakkan orang lain. Situasi bermasalah juga dapat menggambarkan adanya ketimpangan atau kesenjangan anatar situasi yang diharapkan dengan situasi nyata ( a significant discrepancy between standart and social actuality) situasi tersebut dapat bernuansa mikro, meso, makro; serta berkonteks lokal, regional, nasional dan internasional.
Referensi : Alwasilah, A. Chaedar. (1991). POKOKNYA KUALITATIF;Dasar-dasar Merancang    Penelitian Kualitatif. Pustaka Jaya.
Sumber:http://www.scribd.com/doc/23737326/Makul-Analisis-Masalah-Sosial-Rangkuman-MASALAH-SOSIAL-Dan-Keberfungsian

3.  Bagaimana pendapat anda terhadap pandangan bahwa proposisi dalam penelitian harus dibuktikan melalui eksperimen, dan bagaimana implikasinya terhadap epistemology ilmu pendidikan ilmu pengetahuan sosial, berikan argumentasinya.
JAWABAN :
Ø Proposisi yang dilakukan dengan analitis dan sintetis, berasaskan suatu kebenaran proposisi-proposisi empiris dikategorikan bermakna apabila ditegaskan dengan penyaksian dan eksperimen, dan proposisi-proposisi metafisika yang tidak dapat dieksprimenkan maka dikategorikan sebagai tidak bermakna dan tidak memiliki kebenaran. Pandangan dalam proposisi ini adalah agama dan filsafat (proposisi-proposisi agama dan filsafat) ambiguitas dan tidak bermakna, karena menurut kaum positivisme syarat suatu proposisi memiliki makna adalah harus bersifat analitis, yakni predikat diperoleh dari suatu subyek kemudian dipredikasikan atas subyek itu sendiri dan kebenarannya lahir dari proposisi itu sendiri serta pengingkarannya menyebabkan kontradiksi, atau mesti bersifat empiris, yakni melalui proses observasi dan pembuktian
Ø Dengan demikian kalimat-kalimat yang mengungkapkan perasaan(affective), seperti: alangkah indahnya cuaca! Atau pertanyaan, seperti: Di manakah letak kota Irak? Atau kalimat-kalimat perintah, metafisika dan agama, karena kalimat-kalimat dan proposisi-proposisi tersebut tidak melewati proses observasi dan eksprimen maka bias dikatakan proposisi-proposisi yang tidak benar (bohong)
·         Implikasi proposisi terhadap epistemology  Ilmu Pengetahuan Sosial tidak akan dapat dihasilkan melalui prosedur eksperimen. Alasannya: manusia bukanlah batu, atom, molekul, planet bahkan tikus ataupun anjing. Setiap eksperimen yang dilakukan oleh peneliti sosial tidak akan dapat menjamin munculnya tanggapan yang sama pada masing-masing manusia.
·         Sebaliknya, Manusia adalah makhluk yang bertindak. Artinya, manusia akan selalu bertindak berdasarkan penilaian subyektifnya. Tindakan tersebut akan selalu berbentuk cara-cara yang terbatas serta berbeda-beda bagi setiap individu. Atas dasar itulah basis tindakan manusia dapat dipahami.
Referensi : Suriasumantri, Jujun S.2006.Ilmu Dalam Perspektif (sebuah kumpulan karangan tentang hakekat ilmu).Jakarta:Yayasan Obor Indonesia.
Creswell, J. W. (2010). Research Design: Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, dan Mixed.edisi ke tiga. California: Sage Publications, Inc.
Sumber : http://dheekape.blogspot.com/2011/05/epistemologi-dan-logika-pendidikan.html. diakses pada hari Jumat, 03 Juni 2011 pukul 20.00 WIB

4. Kemukakan alasan mengapa terjadi kelangkaan teori-teori ilmu sosial termasuk didalam lapangan pendidikan ilmu pengetahuan sosial di Negara kita, dan bagaimana iplikasinya terhadap upaya memperkuat tradisi penelitian ilmu tersebut.
JAWABAN :
Ilmu social dinamakan demikian, karena ilmu tersebut mengambil masyarakat atau kehiduapan bersama sebagai objek yang dipelajari. Ilmu ilmu social belum memiliki kaidah dan dalil yang tetap dimana oleh bagian yang terbesar masyarakat, oleh karena itu ilmu social belum lama berkembang, sadangkan yang menjadi objeknya masyarakat terus berubah. Sifat masyarakat terus berubah-ubah, hingga belum dapat diselidiki dianalisis secara tuntas hubungan antara unsure-unsur dalam kehidupan masyarakat yang lebih mendalam. Lain halnya dengan ilmu pengetahuan alam yang telah lama berkembang, sehingga telah memiliki kaidah dan dalil yang teratur dan diterima oleh masyarakat, dikarenakan objeknya bukan manusia. Ilmu social yang masih muda usianya, baru sampai pada tahap analisis dinamika artinya baru dalam datara tentang analisis dataran masyarakat manusia yang bergerak. (Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar).
Pengklasifikasian dalam ilmu social terdapat tiga perfektif  besar yang berkembang selama ini, yakni perfektif structural fungsional, structural konflik serta konstruksionisme. Ketiga aliran tersebut masing-masing mengkritik dengan mematahkan proposisi, konsep maupun teori yang ditawarkan satu sama lain. Namun kritik tersebut tidak dapat menggoyahkan hegemoni mereka masing-masing dan ketiganya masih memiliki pengikut yang setia. Ketiga teori social tersebut, merupakan upaya dalam memahami realitas kehidupan. Dengan teori social diharapkan orang dapat menghimpunddan memaknai informasi secara sistematik bukan sja untuk menyumbang pengembangan teori, tetapi ebih penting lagi untuk memecahkan persolan dan untuk tujuan keberhasilan dalam mengarungi pergumulan kehidupan. (Zainuddin Maliki, Narasi Agung)
Theori dalam ilmu sosial pun mencari keteraturan perilaku manusia serta pemahaman dan sikap yang mendasarinya. Karena keadaan masyarakat yang berubah-ubah, pemahaman, sikap dan perilaku warga / pelaku social pun dapat berubah. Memang perubahaan sosial bisa bersifat makro, tetapi juga bisa lebih mikro mencakup kelompok-kelompok masyarakat yang relatif lebih kecil dari satu bangsa, atau kumpulan bangsa-bangsa. Theori juga mengandung sifat universalitas, artinya dapat berlaku di lain masyarakat yang mana saja, walaupun sering dibedakan atara Grand Theory dan theori yang cakupannya tidak seluas itu.
Theori August Comte, Karl Marx dan beberapa theory Max Weber dapat digolongkan ke Grand Theory, sedangkan theori Parson relatif mikro karena melepaskan diri dari kerangka sejarah dan memfokuskan analisnya pada sistem sosial dan struktur.
Referensi : Alwasilah, A. Chaedar. (1991). POKOKNYA KUALITATIF;Dasar-dasar Merancang    Penelitian Kualitatif. Pustaka Jaya.
Sumber : http://independent.wordpress.com/2008/11/18/teori-perubahan-sosial-karl-marx-dan-max-weber/ diakses pada hari Jumat, 03 Juni 2011 pukul 20.00 WIB

5. Bagaimana kedudukan teori dalam penelitian kualitatif, berikan alasan kaitannya dengan fenomena dan realitas masalah pendidikan ilmu pengetahuan sosial
JAWABAN :
Teori Induktif dipilih ketimbang Teori Deduktif karena teori ini lebih memungkinkan peneliti mengidentifikasi berbagai realitas di lapangan, membuat interaksi antara peneliti dan responden lebih eksplisit,nampak, dan mudah dilakukan; dan memungkinkan identifikasi aspek-aspek yang saling mempengaruhi.
TEORI DALAM PENELITIAN KUALITATIF : Tidak menolak adanya dunia objektif tetapi dialami manusia melalui kesadarannya. Dunia objektif menjadi nyata melalui kesadaran, dan kesadaran menjadi nyata karena ada referensi ke objek atau pengalaman. Dunia dilihat sebagai suatu sistem yang sangat teratur diciptakan oleh manusia yang membuat dan memelihara keteraturan tersebut.
Ø  Penelitian diarahkan untuk menggali melampaui ‘lapisan-lapisan’ keteraturan sistem ke inti struktur dan ciri-ciri kesadaran memisahkan hal-hal yang bersifat ‘kebetulan’.
Ø  Ilmu pengetahuan adalah suatu filsafat yang ketat, sistematis, dan kritikal.
Ø  Hermeneutics : disebut sebagai ‘interpretasi teks’ berlandaskan pada penghayatan (‘verstehen’) dan diklasifikasikan sebagai ‘psychological verstehen’,‘meaning-verstehen’, dan ‘elementary’, serta ‘higher verstehen’. Fokus adalah pada interpretasi makna dari objek dan prilaku dengan meneliti berbagai ‘bentuk’ serta
berbagai ‘level’ prilaku.
Ø  Symbolic Interactionism : Kehidupan sosial dibentuk, dipelihara, dan dirubah melalui makna kehidupan sosial itu sendiri oleh manusia yang saling berinteraksi. Interaksi manusia dilakukan berdasarkan makna yang dilekatkan pada dunianya. Makna menentukan signifikansi kehidupan sosial dan objek.
Ø  Kehidupan sosial diekspresikan melalui simbol. Bahasa adalah sistem simbol yang utama. Tujuan penelitian adalah memahami dan mempelajari struktur, fungsi, dan makna dari sistem simbol.
Ø  Makna digalidari mempelajari interaksi Pendekatannya adalah melalui metoda ‘naturalistic’ yaitu eksplorasi dan inspeksi atau ‘symphatetic introspection’ Data dan interpretasi bergantung pada konteks dan proses
Referensi : Lexy J. Moleong. 1989. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remadja Karya
          Symon, Gillian & Catherine Cassell.1998. Qualitative Methods and Analysis in        Organizational Research. A Practical Guide. New Delhi: Sage
Sumber : McLaughlin, 1985: 8 (Diadaptasi). Dalam: Alwasilah, A. Chaedar. (1991). POKOKNYA KUALITATIF;Dasar-dasar Merancang  Penelitian Kualitatif. Pustaka Jaya.
6. Berikan komentar anda terhadap pernyataan dibawah ini :
     a. Induktif untuk menemukan dan membangun teori
Ø  Suatu observasi yang dilakukan berkali-kali akan membentuk sebuah pola tertentu. Dari pola tersebut akan lahir hipotesis sementara atau hipotesis tentatif. Hipotesis yang terbentuk berasal dari pola pengamatan yang dilakukan. Setelah dilakukan berulang-ulang, barulah diperoleh sebuah teori. Langkah penelitian seperti ini disebut sebagai pendekatan ’dari bawah ke atas’. Pendekatan induktif dapat digambarkan seperti bagan berikut ini.












    
                                            Pendekatan ‘dari bawah ke atas’

b. Tidak didasarkan atas salah satu teori
Ø  Karena dalam penelitian kualitatif dasar teori sebagai pijakan adanya interaksi simbolik dari suatu gejala dengan gejala lain yang ditafsir berdasarkan pada budaya yang bersangkutan dengan cara mencari makna semantis universal dari gejala yang sedang diteliti. Pada dasarnya teori muncul dari penelitian-penelitian antropologi , etnologi, serta aliran fenomenologi dan aliran idealisme. Karena teori-teori ini bersifat umum dan terbuka maka ilmu social lainnya mengadopsi sebagai sarana penelitiannya.Tujuannya mengembangkan pengertian, konsep-konsep, yang pada akhirnya menjadi teori, tahap ini dikenal sebagai “grounded theory research”.
      
c. peneliti sebagai instrument penelitian
Ø  Karena mutu, hasil suatu penelitian kualitatif sangat ditentukan oleh mutu penelitinya, semakin tinggi kualifikasi peneliti, semakin tinggi pula kualitas hasil penelitiannya.

     d. Tidak dalam bentuk generalisasi akan tetapi menggunakan prinsif transperbilitas
Ø  Prinsip transferabilitas (transferability) mengandung makna apakah hasil penelitian ini dapat digeneralisasikan atau dapat diaplikasikan pada situasi lain. Hasil penelitian kualitatif tidak secara sistematis dapat digeneralisasikan, kecuali situasi tersebut memiliki karakteristik yang sama dengan situasi yang berbeda sangat mungkin memerlukan penyesuaian menurut keadaan dan asumsi-asumsi yang mendasarinya.
     e. Situs penelitian bukan lokasi penelitian
Ø  situs penelitian adalah tempat dimana peneliti menagkap keadaan yang sebenarnya dari obyek yang diteliti untuk memperoleh data-data yang valid, akurat, serta benarbenar diperlukan.contoh situs : Sub Badan Kepegawaian
Ø  Lokasi penelitian adalah tempat dimana penelitian akan dilakukan, untuk memperoleh data atau informasi yang berkaitan dengan permasalahan penelitian. Contoh lokasi :
Kantor Badan Kepegawaian
     f. Kajian teoritik bukan landasan teori
Ø  Dalam memahami sebuah fenomena yang ada tentu saja peneliti diminta untuk memaparkan hasil temuan-temuan yang telah ia dapat di medan penelitian. Temuan-temuan ini dipaparkan dalam berbagai bentuk mulai dari hanya bernarasi tentang suatu fenomena, membuat model bahkan ada yang menguji teori. Oleh sebab itu gambaran yang menyebutkan bahwa analisis data kualitatif tidak bisa menguji sebuah teori adalah salah.
     g. Bersifat terbuka bukan tertutup proposal tentative
Ø  Dalam penelitian kualitatif, sifatnya terbuka, artinya ; Retrospektif. Terbuka terhadap perubahan sesuai dengan perkembangan arah penelitian dilapangan.Data yang bersifat khusus digunakan untuk membangun konsep, wawasan dan pengertian baru yang bersifat lebih umum, tidak bersifat khusus diturunkan dari teori yang bersifat umum dan data digunakan untuk menguji hipotesis tersebut.

     h. Hubungan relasional sebagai subyek pendidikan
Ø  Sebagai sebuah kegiatan manusiawi, pendidikan juga menyertakan dimensi penggolongan kelas dalam corak relasionalisnya. Dalam penggunaan kata sehari-hari, misalnya ketika kita mengatakan pendidikan, apa yang dimaksudkan terutama adalah sebuah kegiatan manusiawi yang berkaitan dengan figure yang memiliki peran khusus, seperti orang tua, guru, pengajar, dosen, imam, pendidik. Singkatnya pendidikan bisa mengacu pada semua subjek yang memiliki konteks relasional secara khusus dengan subjek lain, memiliki relasi yang sifatnya interpersonal, sebuah relasi terarah pada proses pemeliharaan, penumbuhan, dan membentuk seorang individu yang sedang ada di dalam proses pertumbuhan.
    
i. Intuitif subyektif dan tidak bebas nilai
Ø  Merupakan suatu kemampuan, keahlian, kemampuan untuk bisa merasakan bahkan mengetahui sesuatu peristiwa yang akan terjadi. pengalaman realitas yang bersifat langsung dan non-intelektual yang muncul di dalam suatu kondisi kesadaran yang luas. Pengetahuan intuitif cenderung bersifat padu, holistik dan nonlinear.

Referensi : Brannen, Julia. (1992). Mixing Methods: Qualitative and Quantitative Research. Brookfield, USA: Avebury, Aldershot Publisher
Creswell, J. W. 1998. Qualitatif Inquiry and Research Design. Sage Publications, Inc:    California.
Widoyoko, S. Eko Putro, Analisis Kualitatif Dalam Penelitian Sosial. Diakses   pada 02 Juni 2011; 11:06.  dari http://harisahmad.blogspot.com/2010/05/perbedaan-penelitian-kuantitatif-dan.html

7. Buat sebuah proposal penelitian dalam bidang pendidikan ilmu pengetahuan social yang memuat unsure-unsur sebagai berikut : JAWABAN TERLAMPIR PADA PROPOSAL!!!
     a. Judul
Judul Penelitian: Pemanfaatan Internet Sebagai Sumber Belajar IPS Oleh Mahasiswa Fakultas Kejuruan dan Ilmu Pendidikan Program Study Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Universitas Borneo Tarakan.
     b. Latar belakang masalah
     c. Paradigma Penelitian
     d. Subyek Penelitian
     e. Situs Penelitian
     f. Teknik Penelitian
8. Lakukan analisa proposal penelitian tersebut dari sudut prinsif-prinsif penelitian kualitatif, yang meliputi kelemahan dan masalah yang harus diperhatikan, diantisipasi dalam pelaksanaanya?
JAWABAN :
Ø  Membuat peserta didik malas, dengan adanya internet ini cenderung karena merasa mudah untuk mencari apapun di internet, hal ini mengakibatkan timbulnya rasa malas dikalangan peserta didik untuk membaca buku. Yang pada akhirnya timbulah perasaan menganggap mudah terhadap suatu masalah terutama masalah sekolah. Hal ini juga mengakibatkan kurang diminatinya membaca buku baik itu di perpustakaan, maupun di tempat-tempat lainnya.
Ø  Internet sebagai media komunikasi merupakan fungsi internet yang paling banyak digunakan dimana setiap pengguna internet dapat berkomunikasi dengan pengguna lainnya dari seluruh dunia. Selain dari itu, dengan adanya internet seorang siswa bisa mengadakan studi banding dengan sekolah-sekolah lain seperti tukar-menukar informasi pelajaran maupun yang lainnya, dengan seperti itu seorang peserta didik yang memiliki kekurangan didalam pelajaran maupun prestasi maka dengan sering berkomunikasi dengan peserta didik yang berprestasi maka akan memberikan suatu motivasi yang kuat terhadap peserta didik yang kurang berprestasi sehinggga peserta didik yang kurang berprestasi menjadi lebih terpacu semangatnya untuk lebih giat lagi belajar.
Ø  proses pembelajaran harus berpusat pada peserta belajar, pengajar bukan sebagai satu-satunya sumber belajar atau sumber informasi, melainkan berperan sebagai fasilitator, dinamisator, dan motivator dalam pembelajaran.  
Ø  Melalui internet mahasiswa dapat mengakses berbagai literatur dan referensi ilmu pengetahuan yang dibutuhkan dengan cepat, sehingga dapat mempermudah proses studi mahasiswa.
Ø  Optimalisasi pemanfaatan perpustakaan sebagai sumber belajar, pemenuhan koleksi buku-buku yang tersedia di perpustakaan, pemanfaatan internet sebagai sumber belajar, serta pemanfaatan sumber daya lingkungan sebagai sumber belajar.


SELAMAT BEKERJA DAN BERZIKIR SERTA BERDOA SEMOGA BERHASIL!!!
Gunakan referensi minimal 4 buah buku sumber, internet dan hasil kuliah, jangan lupa tugas makalah individual:!!!!!
















DAFTAR PUSTAKA

Abidin, Hasanuddin Z., Penelitian: Karakteristik dan Metodologi. Kelompok Keilmuan Geodesi Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan. ITB.
Arikunto, Suharsini. (1992). Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta
Brannen, Julia. (1992). Mixing Methods: Qualitative and Quantitative Research. Brookfield, USA: Avebury, Aldershot Publisher
Chadwick, Brainerd Terry. (2001). How to Conduct Research on the Internet.  World Wide Web: http://www.tbchad.com/resrch.html
Davis, Duane dan Conseza Robert. (1985).Business Research for Decision Making. California: Wadsworth Inc.
Faisal, Sanapiah. (1990). Penelitian Kualitatif: Dasar-Dasar dan Aplikasinya.Malang: YA3
Greene, J., & Caracelli, V. (Eds.). (1997). Advances in Mixed-Method Evaluation: The Challenges and Benefits of Integrating Diverse Paradigms. San Francisco: Jossey-Bass
Harris, Robert. (2003). Evaluating Internet Research Sources. World Wide Web: http://www.virtualsalt.com
Jones, Ian. (1997). Mixing  Qualitative and Quantitative in Sport Fan Research.
The Qualitative Report, Volume 3, Number 4, December, 1997 (http://www.nova.edu/ssss/QR/QR3-4/jones.html)
Marshal, Catherine dan Gretchen B Rossman. (1995). Designing Qualitative Research. California: Sage Publication,. Inc.
Miles, M.B., and Huberman, A.M. (1994). Qualitative Data Analysis, 2nd Ed. Newbury Park, CA: Sage
Creswell, J. W. (2010). Research Design: Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, dan Mixed.edisi ke tiga. California: Sage Publications, Inc.
Sarwono, Jonathan.(2004). Strategi Melakukan Penelitian di Internet. Majalah Ilmiah Maranatha Vol XXIV Januari 2004. U.K Maranatha
Sarwono, Jonathan. (2003). Penelitian di Internet (Virtual Book). World Wide Web: http://js.unikom.ac.id
Sarwono, Jonathan. (1995). Penuntun Penelitian Praktis, Bandung: Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Universitas Kristen Maranatha
Suriasumantri, Yuyun. (1990). Filsafat Ilmu. Jakarta: Sinar Harapan
Smith, S. P., Sells, T. E., & Sprenkle, D. H. (1995). Integrating qualitative and quantitative research methods: A research model. Family Process, 34(2), 199-218.
University of Delaware Library. (2003). Searching for Quality in Internet. World Wide Web: http://www.lib.udel.edu


0 komentar:

Posting Komentar

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Laundry Detergent Coupons