About

Pages

Diberdayakan oleh Blogger.

Mengenai Saya

Foto saya
Berpikir POSITIF, KRITIS, KREATIF,INOVATIF, SOLUTIF...berserah diri pada ALLAH SWT.

talk n think my Blog

Kamis, 28 Juli 2011

uas inovasi pendidikan

UJIAN AKHIR SEMESTER
INOVASI PENDIDIKAN
Dosen : Prof. DR. H. SAID HAMID HASAN, MA



 









Oleh :

Ahsan Sofyan
1006980



PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
BANDUNG
2011
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
PROGRAM  PASCASARJANA
UJIAN AKHIR SEMESTER
SEMESTER GENAP 2011-2012
            Mata Kuliah                            : Inovasi Kurikulum IPS
            Program Srudi                         : IPS
            Jenjang                                    : S-2/S3
            Dosen                                      : Prof. Dr. H.S.Hamid Hasan, M.A.
­­­­­­­­­­­PETUNJUK
 Soal ini terdiri atas Pernyataan (A) dan Pertanyaan (B). Pernyataan berkenaan dengan pokok permasalahan evaluasi kurikulum dan pertanyaan berkaitan dengan pernyataan.
  1. Jawaban harus disertai dengan referensi dan daftar referensi harus dicantumkan di bagian belakang. Daftar literatur dan kutipan ditulis sesuai dengan pedoman penulisan karya ilmiah UPI.
  2. Jawaban harus dikerjakan sendiri-sendiri
  3. Jawaban harus diserahkan pada tanggal 15 Juni 2011
  4. SELAMAT BEKERJA
 A. PERNYATAAN
Inovasi Pendidikan IPS harus dilakukan secara menyeluruh berkenaan dengan aspek tujuan, konten,organisasi konten, proses, dan penilaian hasil belajar. Keempat komponen tersebut merupakan satu kesatuan dan inovasi secara ekslusif pada salah satu komponen dapat menyebabkan kegagalan inovasi pendidikan IPS. 



B. PERTANYAAN
  1. Jelaskan apa yang dimaksudkan dengan pernyataan di atas? Jelaskan jawaban anda dengan menggunakan pendidikan karakter, pendidikan kewirausahaan, atau belajar aktif yang sedang digalakkan pemerintah sebagai materi kajian!
Jawaban :
Ø Inovasi dalam aspek tujuan pendidikan dimulai pada tahun 1970 dan kini dikenal sebagai Tujuan Instruksional Khusus (TIK). Inovasi ini berlangsung lambat karena umumnya guru belum dapat membiasakan diri menjabarkan TIK. Akan tetapi, ia memiliki tujuan yang jelas dan baik dalam mengajar. Inovasi pada aspek struktur pendidikan melibatkan cara penyusunan sekolah dan kelompok serta ruangan kelas agar menjadi lebih bergengsi. Hal ini dapat dilakukan melalui rencana pendidikan. Perencanaan pendidikan merupakan pencapaian tujuan pendidikan oleh kelompok dan masyarakat, namun secara khusus perencanaan pendidikan merupakan upaya dan bantuan demi tercapainya tujuan itu secara individual.
Ø inovasi pendidikan meliputi pembaharuan dalam materi dan isi kurikulum dalam pengajaran. Inovasi materi atau isi kurikulum, yaitu meliputi inovasi pendidikan yang disajikan. Usaha-usaha yang telah dilaksanakan untuk meningkatkan proses pembelajaran merupakan suatu usaha yang baik, namun demikian inovasi yang dilakukan saat ini bersifat lokal dan terbatas. Seperti contohnya bagaimana meningkatkan mutu proses belajar dan mengajar dan bagaimana menerapkan muatan lokal dari kurikulum nasional. Pada saat ini di beberapa sekolah juga telah diterapkan integrated curriculum atau kurikulum terpadu yang memadukan beberapa materi pelajaran dalam satu kegiatan belajar.
Ø Untuk mencapai tujuan inovasi tersebut, kualitas pendidikan harus terus menerus ditingkatkan. Kualitas pendidikan terkait dengan kualitas proses dan produk. Kualitas proses dapat dicapai apabila proses pembelajaran berlangsung secara efektif dan peserta didik dapat menghayati dan menjalani proses pembelajaran tersebut secara bermakna. Kualitas produk tercapai apabila peserta  didik menunjukkan tingkat penguasaan yang tinggi terhadap tugas-tugas belajar sesuai dengan kebutuhannya dalam kehidupan dan tuntutan dunia kerja.
Ø Inovasi pendidikan telah diterapkan pada berbagai tingkat pendidikan. Inovasi pendidikan yang dilakukan pada tingkat pendidikan dasar salah satunya adalah adanya sistem pamong. Pamong merupakan sistem pendidikan yang bersifat massal dalam arti mampu menyajikan pendidikan pada sejumlah besar anak dalam kondisi yang berbeda-beda secara serentak. SD Pamong adalah suatu sistem pengelolaan pendidikan dasar yang merupakan salah satu kemungkinan atau pelengkap bagi pendidikan dasar pada umumnya. Sistem pendidikan ini terutama untuk memecahkan masalah pendidikan anak-anak terlantar dan anak-anak putus sekolah mulai dari usia 7-12 tahun yang berkaitan erat dengan program Wajib Belajar (WAJAR).
Ø inovasi pendidikan adalah perubahan terhadap aspek-aspek pendidikan dan proses yang meliputi penggunaan multimetode dan multimedia dalam kegiatan belajar. Penggunaan kombinasi metode atau media dilakukan oleh guru pada saat proses berlangsung, dan diharapkan dapat memberikan hasil yang efektif. Perubahan dalam proses ini juga meliputi pendekatan inkuiri artinya, penyelidikan yang dilakukan oleh siswa apabila siswa masih memiliki pertanyaan dalam belajarnya.
Ø Sebagai upaya untuk meningkatkan kesesuaian dan mutu pendidikan karakter, Kementerian Pendidikan Nasional mengembangkan grand design pendidikan karakter untuk setiap jalur,  jenjang, dan jenis satuan pendidikan. Grand design menjadi rujukan konseptual dan operasional pengembangan, pelaksanaan, dan penilaian pada setiap jalur dan jenjang pendidikan.  Konfigurasi karakter dalam konteks totalitas proses psikologis dan sosial-kultural tersebut dikelompokan dalam: Olah Hati (Spiritual and emotional development), Olah Pikir (intellectual development), Olah Raga dan Kinestetik  (Physical and kinestetic development), dan Olah Rasa dan Karsa (Affective and Creativity development). Pengembangan dan implementasi pendidikan karakter perlu dilakukan dengan mengacu pada grand design tersebut.
Ø Terlepas dari berbagai kekurangan dalam praktik pendidikan di Indonesia, apabila dilihat dari standar nasional pendidikan yang menjadi acuan pengembangan Kurikulum (KTSP), pembinaan karakter wirausaha juga termasuk dalam materi yang harus diajarkan dan dikuasai serta direalisasikan oleh peserta didik dalam kehidupan sehari-hari. Permasalahannya, pendidikan karakter wirusaha di sekolah selama ini baru menyentuh pada tingkatan pengenalan norma atau nilai-nilai, dan belum pada tingkatan internalisasi dan tindakan nyata dalam kehidupan sehari-hari. Melalui pengembangan individu diharapkan secara keseluruhan masyarakat akan mengalami  “self empowering”  untuk lebih kreatif dan inovatif. Kecenderungan terjadinya perubahan tidak dapat dihindari semua pihak, baik individu, kelompok masyarakat, bangsa, maupun negara, sehingga dituntut untuk lebih memfokuskan diri pada penyusunan rencana strategik dengan visi  yang jauh ke depan agar siap menghadapi setiap perubahan.
Ø Belajar aktif merupakan langkah cepat, menyenangkan, mendukung, dan secara pribadi menarik hati. Seringkali, peserta didik tidak hanya terpaku di tempat-tempat duduk mereka, berpindah-pindah dan berpikir keras. Mengapa perlu diadakan kegiatan belajar yang  “aktif”. Untuk mempelajari sesuatu dengan baik, belajar aktif membantu untuk mendengarkannya, melihatnya, mengajukan pertanyaan tentang oelajaran tertentu, dan mendiskusikannya dengan yang lain.

  1. Langkah-langkah apa yang harus dilakukan dalam menerapkan pemikiran transdisciplinarity yang dikembangkan International Baccalaureate untuk IPS? (boleh pilih SD, SMP, atau SMA)
Jawaban :
Penerapan Trandisciplinarity yang dikembangkan Internasional Baccalaureate untuk IPS diterapkan di Sekolah Menengah Pertama (SMP)
International Baccalaureate Organization (2005) mengembangkan model kurikulum pendidikan dasar transdisiplin didasarkan pada filosofis yang “committed to structured, purposeful inquiry as the leading vehicle for learning”. Atas dasar filosofi itu maka dihasilkan enam tema transdisiplin yang dianggap signifikan secara global. Keenam tema tersebut adalah:
Ø  Who we are
Ø  Where we are in place and time
Ø  How we express ourselves
Ø  How the world works
Ø  How we organize ourselves
Ø  Sharing the planet

Ke-enam tema manusia di atas adalah sesuatu yang berkenaan dengan kehidupan  kemanusiaan. Keenam tema itu menjadi dasar bagi pengembangan pokok bahasan dalam kurikulum. Keenam tema tersebut dirajut dengan enam bidang studi yaitu bahasa, IPS, matematik, seni, IPA dan teknologi, dan pendidikan pribadi, sosial, dan olahraga. Prinsip pendidikan yang dimulai dari lingkungan terdekat sampai ke lingkungan terjauh dapat diorganisasikan dalam enam pertanyaan tematik tersebut.

Proses pembelajaran dikembangkan dalam lima langkah yaitu:
Ø  Gain knowledge that is relevant and of global significance : Mendapatkan pengetahuan yang relevan dan signifikan secara global.
Ø  Develop an understanding of the concept, which allows them to make connections throughout learning : Mengembangkan pemahaman tentang konsep, yang memungkinkan mereka untuk membuat koneksi ke seluruh pembelajaran.
Ø  Acquire transdisciplinary and disciplinary skills : Memperoleh keterampilan transdisciplinary dan disiplin.
Ø  Develop attitudes that will lead to international-mindedness : Mengembangkan sikap yang akan mengarah ke pemikiran internasional.
Ø  Take action as a consequence of their learning : Mengambil tindakan sebagai konsekuensi dari belajar mereka.

Sesuai dengan prinsip pendidikan transdisiplin maka keenam akan dapat dikembangkan dalam kelima proses pembelajaran yang dikemukakan. Proses pembelajaran ini menggabungkan kemampuan kognitif sampai kepada tingkat tinggi dengan sikap yang menyuburkan kepedulian peserta didik terhadap manusia dan kemanusiaan. Proses pembelajaran yang dikembangkan di sini melibatkan aktiivitas belajar peserta didik kepada apa yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Aktivitas belajar peserta didik menyebabkan sekolah tidak terasing dari kenyataan kehidupan keseharian masyarakat, bangsa, dan ummat manusia.

  1. Kemukakan salah satu inovasi dalam pendidikan IPS yang menurut anda paling berdampak positif dalam hasil belajar peserta didik?
Jawaban :
Ø  Cooperative learning
Cooperative learning menekankan arti penting interaksi sosial dalam suatu kelompok untuk mengkonstruksi suatu pengetahuan. Cooperative learning dapat meningkatkan pemahaman peserta didik tentang isi materi IPS, memahami konsep-konsep serta mendorong peserta didik aktif, partisipatif, dan konstruktif terlibat dalam proses pembelajaran. Melalui cooperative learning peserta didik memperoleh kesempatan memunculkan pertanyaan, mendiskuskan tugas-tugas mereka dan menyatakan opini mereka. Cooperative learning dapat mengintegrasikan berbagai gagasan dan saling menguji berbagai konsep. Penerimaan inovasi merupakan proses yang gradual. Penerimaan suatu inovasi melalui beberapa fase yaitu orientasi, asimilasi, dan akomodasi. Khalayak sasaran strategis implementasi inovasi terkait dengan pembelajaran kooperatif pada matapelajaran IPS untuk mengembangkan efikasi diri dan keterampilan sosial adalah Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) IPS. Tujuan dari orientasi adalah memberikan informasi, pemahaman terhadap informasi tersebut, penentuan sikap, dan penguasaan keterampilan. Tanpa orientasi tidak akan ada reserve pengetahuan dan pemahaman mengenai sebuah inovasi sehingga penerimaan inovasi tidak akan terjadi.
Orientasi dapat dikembangkan melalui berbagai kegiatan. Dalam forum besar pemahaman informasi, penentuan sikap, dan penguasaan keterampilan dapat dilakukan melalui kegiatan seminar dan workshop atau lokakarya. Meskipun upaya tersebut terkesan memobilisasi namun tindakan itu merupakan kebijakan efektif  bagi sebuah penerimaan inovasi. Guru-guru mata pelajaran IPS sebagai khalayak sasaran strategis merupakan agen-agen pembaharu untuk memperbaiki kualitas pembelajaran IPS.  Tanpa keikutsertaan mereka di dalam kegiatan orientasi maka tidak akan ada penerimaan inovasi.
Selain kegiatan seminar dan workshop, orientasi juga dapat dikembangkan melalui forum diskusi. Keberadaan MGMP IPS di masing-masing sekolah merupakan wahana strategis untuk mensosialisasikan sebuah inovasi. Melalui kelompok-kelompok kecil penyebaran informasi tentang suatu inovasi, pemahaman mengenai informasi tersebut, penentuan sikap, dan penguasaan keterampilan lebih efektif.
Inovasi pembelajaran IPS melalui pembelajaran kooperatif untuk mengembangkan efikasi diri dan keterampilan sosial merupakan inovasi yang diaksentuasikan pada pencapaian hasil belajar yang lebih luas. Inovasi ini bertujuan untuk mengembangkan hasil belajar yang tidak saja bersifat akademis, tetapi juga psikologis dan sosial.
Pembelajaran kooperatif tidak hanya menjadi wahana belajar untuk pencapaian academic standard tetapi juga performance standard. Pembelajaran kooperatif sebagai pembelajaran interdependensi sosial dan kognitif sosial mencakup ranah akademik, psikologis, dan sosial. Hasil belajar dalam ranah psikologik adalah peserta didik mempunyai keyakinan diri atau efikasi diri bahwa dirinya dengan belajar IPS mampu memecahkan persoalan dalam hidupnya. Hasil belajar dalam ranah sosial adalah peserta didik mempunyai keterampilan berkomunikasi secara verbal maupun non verbal dengan orang lain, mampu menempatkan diri dalam berbagai situasi dan kondisi atau memiliki kemampuan role redefinition, serta memiliki kemampuan bekerjasama dengan orang lain dari berbagai latar sosial, budaya, ekonomi, idologi, agama, bahasa, etnik dan askripsi-askripsi lainnya yang berbeda dengan dirinya.
Hasil pembelajaran yang kompleks dari sebuah pembelajaran kooperatif itu menuntut kemampuan guru mengembangkan teknik evaluasi dan mengembangkan berbagai intrumen penilaian. Pada pembelajaran kooperatif guru tidak hanya  mengembangkan teknik tes tetapi juga dituntut mengembangkan berbagai instrumen evaluasi termasuk non tes. Teknik non tes dan pengembangan instrumennya merupakan hal baru dalam inovasi ini. Teknik non tes dan instrumennya untuk mengukur efikasi diri dan keterampilan sosial.
Pendekatan ekspositori lebih beraksentuasi kepada belajar sebagai hasil, sementara pendekatan kooperatif lebih ke arah belajar sebagai proses dan hasil. Penyesuaian diri guru terhadap inovasi ini adalah penyesuaian terhadap waktu. Dengan pendekatan ekspositori yang mendominasi selama ini guru sudah merasakan kekurangan waktu untuk menyampaikan materi pembelajaran, apalagi dengan pendekatan kooperatif sebagai pembelajaran berbasis proses dan hasil. Guru akan merasakan sebuah keterasingan dari langkah inovatif yang ditempuhnya. Guru akan merasakan bahwa materi yang harus disampaikan tidak akan selesai dalam batas waktu yang telah dijadwalkan dalam kurikulum. Dalam kondisi seperti ini hal yang bisa terjadi adalah guru menjadi resisten terhadap implementasi inovasi ini.

  1. Berdasarkan Pernyataan A, apa yang harus anda lakukan jika ingin menerapkan SOLO Taxonomy untuk pendidikan IPS?
Jawaban :
Model evaluasi yang dikembangkan dalam sitem evaluasi pembelajaran di Indonesia, pada umumnya mengacu pada taksonomi Bloom. Taksonomi Bloom bukan satu-satunya model taksonomi tujuan pembelajaran, salah satu model taksonomi dikembangkan oleh Biggs dan Collis pada tahun 1982 yang kemudian dinamakan taksonomi Structure of Observed Learning Outcome (SOLO). 
                        Taksonomi SOLO merupakan taksonomi tujuan pembelajaran yang membagi kemampuan peserta didik menjadi lima level kemampuan, yaitu prastruktural (prestructural), unistruktural (unistructural), multistruktural (multystructural), relasional (relational), dan extended abstract. Klasifikasi ini didasarkan pada keragaman berpikir peserta didik pada saat merespon (baca: menjawab) masalah (baca: soal) yang disajikan. Tingkat unistruktural menunjuk pada kemampuan peserta didik merespon masalah dengan satu alternatif penyelesaian, sedangkan tingkat multistruktural menunjuk pada kemampuan peserta didik merespon masalah dengan dua atau lebih alternatif penyelesaian.
                        Model taksonomi ini dipandang sangat menarik untuk diaplikasikan dalam pembelajaran di sekolah, karena disamping bersifat hirarkis juga menuntut kemampuan peserta didik memberikan beberapa alternatif jawaban atau penyelesaian serta mampu mengaitkan beberapa jawaban atau penyelesaian tersebut. Taksonomi ini memberikan peluang pada peserta didik untuk selalu berpikir alternative (kemampuan pada level multi-struktural), membandingkan antara suatu alternative dengan alternative yang lain (kemampuan pada level relasional), serta memberikan peluang pada peserta didik untuk mampu memberikan suatu yang baru dan berbeda dari biasanya (kemampuan pada level extended abstract). Artinya taksonomi ini disamping mangakomodasi tujuan langsung juga dipandang mampu mengakomidasi tujuan tidak langsung pembelajaran IPS dan menuntut peserta didik pada kemampuan kognitif tingkat tinggi jadi selain mampu menjawab soal peserta didik mampu mengaplikasikannya terhadap persoalan sosial yang dihadapinya dengan pengembangan kecakapan sosialnya.
                        Taksonomi SOLO merupakan model taksonomi tujuan pembelajaran yang terdiri dari lima level kemampuan. Kemampuan pada level-0 dinamakan prestruktural, kemampuan level-1 dinamakan unistruktural, kemampuan level-2 dinakaman multistruktural, kemampuan level-3 dinamakan relational, sedangkan kemampuan level- 4 dinamakan extended abstrack. Model taksonomi SOLO menunjuk pada kemampuan siswa untuk selalu berpikir dengan beberapa alternatif dan komprehensif. Level-2 taksonomi SOLO (multistruktural) menuntut pada kemampuan siswa untuk berpikir alternatif, level- 3 taksonomi SOLO (relasional) menuntut kemampuan siswa untuk berpikir komprehensif, dan level-4 taksonomi SOLO (extended abstract) menuntut siswa kemampuan berpikir komprehensif dan melakukan generalisasi solusi dari suatu masalah, dengan menggunakan instrumen evaluasi open mainded problem.














REFERENSI :
Adnan, Zainal Arifin. 2010. “Pembangunan Karakter dalam Perspektif Agama”. Makalah Seminar Internasional, 10 November 2010 di FKIP UNS.
Alma, Buchari. (2009). Kewirausahaan. Bandung: Penerbit ALFABETA.
Anderson,Lorin W.;Krathwohl,David R. 2001. A Taxonomy for Learning, Teaching, and Assessing. New York: Addison Wesley Logman.
Biggs, J. & Collis, K.F. 1982. Evaluating the quality of learning: The SOLO taxonomy. New York: Academic Press; Biggs, J.1995. Assesing for learning: Some dimensions underlying new approaches to educational assesment. The alberta Journal of Educational Research 41 (1). http:// www.tedi.uq.edu.au/downloads/Biggs_SOLO.pdf
Chaeruman,  Uwes,  A. (2010). Transdisiplinarity : Apakah Gerangan?fakultasluarkampus.net/.../uwes_transdisciplinarity_definisi_-dan_contoh_studi.pdf.[13 juni 2011].
Depdiknas. (2002). Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Direktorat Sekolah Lanjutan Pertama.
Drucker, Peter F. Inovasi dan Kewiraswastaan :Praktek dan Dasar-Dasar (terjemahan). Jakarta : Erlangga, 1996.
Freire, Paulo. (1999). Politik Pendidikan, Kebudayaan, Kekuasaan, dan Pembebasan, Agung P dan Fuad (terj). Yogjakarta: Read dan Pustaka Pelajar.
Hamid Hasan,_____, Transdiciplinarity  Dalam Pendidikan   Dengan referensi Khusus Pada Kurikulum.
Hamalik, Umar. (2006). Bahan Kajian Inovasi Pendidikan. Bandung : UPI.
Hamdani, Asep Saeful. Taksonomi Bloom Dan Solo Untuk Menentukan Kualitas Respon Siswa Terhadap Masalah Matematika. Dosen Program Studi Pendidikan Matematika IAIN Sunan Ampel Surabaya
Hawkins, W & Hedberg, J.G.1986. Evaluating LOGO: Use of the SOLO Taxonomy. Australian Journal of Educational Technology. 2(2) http:// www.ascilite.org.au/ajet/ajet2/
Isjoni, 2007.Cooperative Learning: Efektivitas pembelajaran kelompok, Bandung : Alfabeta
Johnson, Elaine B. (2002). Contextual Teaching and Learning. California: Corwin Press. Inc.
Johnson, D,W. (1995). Cooperative learning and individual student achievement in secondary schools. In Secondary schools and cooperative learning: Theories, models, and strategies, edited by J. E. Peterson and A.D. Digby, 3-54. New York: Garland.
Kemendiknas. (2010). Pembinaan Pendidikan Karakter di Sekolah Menengah Pertama. Jakarta.[Online].Tersedia: http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2010/08/20/pendidikan-karakter-di-smp/
Noor, Idris HM. (2001). Inovasi Pendidikan di Indonesia. [Online] Tersedia: (http://www.pdk.go.id/balitbang/Publikasi/Jurnal/No_026/sebuah_tinjauan_teoritis_Idris.htm)  [13 Juni 2011].
Saefudin Sa’ud, Udin. (2008). Inovasi Pendidikan. Bandung: Alphabeta
Somantri, Nukman Muhammad. (2001). Menggagas Pembaharuan Pendidikan IPS. Bandung: Rosda.

0 komentar:

Posting Komentar

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Laundry Detergent Coupons