Sabtu, 15 Oktober 2011

IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN MEDIATIF

IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN MEDIATIF DI LINGKUNGAN IPS SMP
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas
Mata Kuliah: Pendekatan Transdisciplinary Dalam Mengatasi Masalah Sosial
Dosen : Prof. DR. Dadang Supardan, M.PD



 








Oleh :

Ahsan Sofyan
(1006980)
Iwan Wahyudi



PROGRAM PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
BANDUNG
2011








KATA PENGANTAR


            Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan Rahmat,taufiq dan hidayah-Nya kepada saya, sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu.
            Makalah Pendekatan Transdisipliner Dalam Mengatasi Masalah Sosial, Tentang judul : “PENDEKATAN TRANSDICIPLINARI SEBAGAI SUATU ALTERNATIF DI DALAM MEMECAHKAN MASALAH PENDIDIKAN”. ini saya susun untuk memenuhi salah-satu tugas mata kuliah.
            Saya sepenuhnya menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini,masih banyak kekurangan serta memerlukan banyak perbaikan. Untuk itu saya mengharafkan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk penyempurnaan makalah ini.
            Saya selaku penyusun berharap semoga makalah ini ada guna dan manfaatnya bagi para pembaca, terkhusus bagi saya sendiri sebagai penulis.Amin.






                                                                                         Bandung, 29 September 2011


                                                                                                  (Ahsan Sofyan)





BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Pendidikan merupakan aspek penting bagi perkembangan sumber daya manusia, sebab pendidikan merupakan wahana atau salah satu instrumen yang digunakan bukan saja untuk membebaskan  manusia dari keterbelakangan,  melainkan juga dari kebodohan dan kemiskinan. Pendidikan diyakini mampu menanamkan kapasitas baru bagi semua orang untuk mempelajari pengetahuan dan keterampilan baru sehingga dapat diperoleh manusia produktif. Di sisi lain, pendidikan dipercayai sebagai wahana perluasan akses dan mobilitas sosial dalam masyarakat baik secara horizontal maupun vertikal.
Pada era globalisasi dewasa ini, kemajuan suatu bangsa sangat ditentukan oleh kualitas sumber daya manusia. Kualitas sumber daya manusia bergantung pada system pendidikan. Peran pendidikan sangat penting untuk menciptakan masyarakat yang cerdas, damai, terbuka, dan demokratis. Oleh karena itu, pembaharuan pendidikan harus selalu dilakukan untuk meningkatkan kualitas pendidikan suatu bangsa. Kemajuan Bangsa Indonesia hanya dapat dicapai melalui penataan system pendidikan yang baik. Upaya peningkatan mutu pendidikan diharapkan dapat meningkatkan harkat dan martabat masyarakat Indonesia. 
Berkaitan dengan hal tersebut, diperlukan suatu pendekatan pembelajaran yang efektif agar tujuan pembelajaran dapat tercapai. Salah satunya adalah pembelajaran mediatif. Pembelajaran mediatif adalah suatu pendekatan yang membimbing siswa belajar dalam menilai suatu masalah, menghargai pandangan orang lain serta menggunakan berbagai alternatif dalam menyelesaikan masalah. Memberi bimbingan kepada siswa untuk mempelajari bagaimana mengaplikasikan pengetahuan dalam menyelesaikan masalah. Dalam pendekatan ini, guru adalah sebagai perantara dengan mengangkat  masalah untuk merangsang siswa dalam mengaplikasikan pengetahuannya, selanjutnya siswa dapatmerumuskan serta menggunakan konsep-konsep yang ditemui dalam menyelesaikan masalah. Dalam proses pembelajaran, Guru harus membantu dan membimbing siswa dalam mengemukakan ide-ide mereka. Siswa harus di rangsang dalam  mengemukakan ide-ide logik secara induktif dan deduktif.
 Melalui pendekatan mediatif diharapkan siswa dapat mengenal dengan pasti strategi dalam menggunakan keahliannya tersebut untuk membangun sendiri pengetahuannya melalui kegiatan eksplorasi. Siswa akan mendapatkan kesadaran tentang apa yang telah dilakukan dan apa yang seharusnya dilakukan di masa yang akan datang.  Mediator (guru) menunjukkan bagi siswa dalam mencapai tujuannya sendiri (self regulation) secara aktif dengan membangun dan menghasilkan pengetahuan baru dalam penyelesaian masalah. Pendekatan ini menggabungkan aktivitas-aktivtas pemikiran, bimbingan dan pembicaraan terbuka, bila hal tersebut dilakukan secara continue, tentunya akan mengurangi ketergantungan siswa terhadap guru sehingga dapat menjalankan fungsinya sendiri.
Berdasarkan uraian di atas maka dipandang perlu bagi seorang pendidik untuk memahami tentang pengertian, prinsip, dan perkembangan teori pembelajaran mediatif.


B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah di atas maka permasalahan mendasar yang hendak ditelaah dalam makalah ini adalah “Bagaimanakah Implementasi Pembelajaran Mediatif?”.
C. Tujuan
Tujuan penulisan makalah ini untuk  mengkaji secara teoritis dan sistematis tentang Implementasi Pembelajaran Mediatif.











BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Pembelajaran
Pendidikan adalah suatu proses dalam rangka mempengaruhi siswa agar dapat menyesuaikan diri sebaik mungkin terhadap lingkungannya dengan demikiann akan menimbulkan perubahan dalam dirinya yang memungkinkan untuk berfungsi secara kuat dalam kehidupan masyarakat (Hamalik, 2004: 79). Sedangkan menurut Salim (2004:32) “Pendidikan juga diartikan sebagai upaya manusia secara historis turun-temurun, yang merasa dirinya terpanggil untuk mencari kebenaran atau kesempurnaan hidup”.Dalam Undang-Undang Sisdiknas nomor 20 tahun 2003 pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat bangsa dan negara.
Pendidikan dan pembelajaran saling terkait. Pendidikan akan dapat mencapai tujuan jika pembelajaran bermakna dengan pembelajaran yang tepat. Sebaliknya pendidikan tidak akan mencapi tujuan jika pembelajaran tidak bermakna dengan pembelajaran yang tidak tepat. Pembelajaran biasanya didefensikan sebagai perubahan dalam diri seseorang yang disebabkan oleh pengalaman (Driscoll,2000). Perubahan yang disebabkan oleh perkembangan (seperti tumbuh semakin tinggi) bukanlah contoh pembelajaran. Sedangkan menurt Winkel (1991) “pembelajaran adalah seperangkat tindakan yang dirancang untuk mendukung proses belajar siswa, dengan memperhitungkan kejadian-kejadian ekstrim yang berperan terhadap rangkaian kejadian-kejadian intern yang berlangsung dialamu siswa”. Brunner mengemukakan bahwa teori pembelajaran adalah “preskriptif dan teori belajar adalah deskriptif”. Prespektif  karena tujuan teori pembelajaran adalah menetapkan metode pembelajaran yang optimal. Deskriptif karena tujuan utama teori belajar adalah memerikan proses belajar. Teori belajar menaruh perhatian pada hubungan di antara variabel-variabel yang menentukan hasil belajar, atau bagaimana seseorang belajar. Sedangkan teori pembelajaran menaruh perhatian bagaimana seseorang mempengaruhi orang lain agar terjadi hal belajar, atau upaya mengontrol variabel dalam teori belajar agar dapat memudahkan belajar.
Istilah “pembelajaran” mengandung makna yang lebih luas dari pada “mengajar”. Pembelajaran merupakan usaha yang dilaksanakan secara sengaja, terarah dan terencana, dengan tujuan yang telah ditetapkan terlebih dahulu sebelum proses dilaksanakan, serta pelaksanaannya terkendali, dengan maksud agar terjadi belajar pada diri seseorang. Berikut adalah perbedaan pengajaran dan pembelajaran pada tabel dibawah ini.
NO
Pengajaran
Pembelajaran
1.       
Dilaksanakan oleh mereka yang berprofesi sebagai pengajar
Dilaksanakan oleh mereka yang dapat membuat orang belajar
2.       
Tujuannya menyampaikan informasi kepada si belajar
Tujuannya agar terjadi belajar pada siswa belakar
3.       
Merupakan salahsatu penerapan strategi pembelajaran
Merupakan cara untuk mengembangkan rencana yang terorganisir untuk keperluan belajar
4.       
Kegiatan belajar berlangsung bila ada guru/pengajar
Kegiatan belajar dapat berlangsung dengan atau tanpa hadirnya guru

Menurut teori Sibernetik (Budiningsih, 2005:80-81), belajar adalah pengolahan informasi. Seolah-olah teori ini mempunyai kesamaan dengan teori kognitif yaitu mementingkan proses belajar daripada hasil belajar. Proses belajar memang penting dalam teori sibernetik namun yang lebih penting lagi adalah sistem informasi yang diproses yang akan dipelajari siswa. Informasi inilah yang akan menentukan proses bagaimana proses belajar akan berlangsung, sangat ditentukan oleh sistem informasi yang dipelajari. Tokoh teori ini Gage dan Berliner, Biehler, Snoman, Baine, dan Tennyson.
Aplikasi teori ini, untuk mendukung proses pembelajaran dalam kegiatan belajar hendaknya menarik perhatian, memberitahukan tujuan pembelajaran kepada siswa, merangsang ingatan pada prasyarat belajar, menyajikan bahan perangsang, memberikan bimbingan belajar, mendorong unjuk kerja, memberikan balikan informatif, menilai unjuk kerja, meningkatkan retensi dan alih belajar.
Selain itu, Hamalik (1995:57) berpendapat bahwa pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan dan prosedur yang saling mempengaruhi mencapai tujuan pembelajaran.
1.        Pengertian Pembelajaran Secara Khusus
a.       Menurut teori behavioristik pembelajaran adalah suatu usaha guru membentuk tingkah laku yang  diinginkan dengan menyediakan lingkungan, agar terjadi hubungan dengan subjek belajar serta perlu diberikan  reinforcement (hadiah) untuk meningkatkan motivasi kegiatan belajar.
b.      Menurut teori kognitif pembelajaran adalah cara guru memberikan kesempatan kepada si belajar untuk berpikir agar memahami apa yang dipelajari.
c.       Menurut teori Gestalt, pembelajaran adalah usaha guru memberikan mata pelajaran sedemikian rupa sehingga siswa lebih mudah mengaturnya menjadi suatu Gestalt (pola bermakna). Bantuan guru diperlukan untuk mengaktualkan potensi yang terdapat pada diri siswa.
d. Menurut teori Humanistik, pembelajaran adalah memberikan kebebasan kepada si belajar untuk memilih bahan pelajaran dan cara mempelajarinya sesuai dengan minat dan kemampuannya (Haryanto 2003:8).
2.    Ciri-Ciri Pembelajaran
Ada tiga ciri khas yang terkandung dalam sistem pembelajaran, Hamalik (2003:66) menjelaskan ketiga ciri-ciri tersebut yaitu :
a.    Rencana, ialah penataan ketenagaan, material, dan prosedur yang merupakan unsur-unsur sistem pembelajaran dalam suatu rencana khusus.
b.    Kesalingtergantungan (interdependence), antara unsur-unsur sistem pembelajaran yang serasi dalam suatu keseluruhan. Tiap unsur bersifat esensial dan masing-masing memberikan sumbangannya kepada sistem pembelajaran.
c.    Tujuan, sistem pembelajaran mempunyai tujuan tertentu yang hendak dicapai. Ciri ini menjadi dasar perbedaaan antara sistem yang dibuat oleh manusia dan sistem yang alami (natural). Tujuan utama sistem pembelajaran adalah agar siswa belajar. Tugas seorang perancang sistem ialah mengorganisasi tenaga, material, dan prosedur agar siswa belajar secara efisien dan efektif. 

3.      Pengertian belajar berdasarkan berbagai aliran dan Aplikasinya Terhadap Pembelajaran
Perkembangan teori belajar cukup pesat. Berikut ini adalah pengertian belajar berdasarkan beberapa aliran dan aplikasinya dalam kegiatan pembelajaran.
·         Pertama aliran tingkah laku (Behavioristik), belajar adalah perubahan dalam tingkah laku sebagai akibat dari interaksi antara stimulus dan respon. Perubahan perilaku dapat berujud sesuatu yang kongkret atau yang non kongkret, berlangsung secara mekanik memerlukan penguatan. Tokoh dalam aliran ini adalah Thorndike, Watson, Clark Hull, Edwin Guthrie, dan Skinner. Aplikasi teori belajar behavioristik dalam pembelajaran, tergantung dari beberapa hal seperti tujuan pembelajaran, sifat meteri pelajaran, karakteristik siswa, media dan fasilitas pembelajaran yang tersedia.
·         Kedua aliran kognitif, belajar adalah perubahan persepsi dan pemahaman yang tidak selalu dapat terlihat sebagai tingkah laku, menekankan pada gagasan bahwa pada bagian-bagian suatu situasi berhubungan dengan konteks seluruh situasi tersebut. Pengetahuan dibangun dalam diri seseorang melalui proses interaksi yang bersinambungan dengan lingkungan. Tokoh aliran ini Piaget, David Ausebel, Brunner.
·         Aplikasi teori belajar kognitif dalam pembelajaran, guru harus memahami bahwa siswa bukan sebagai orang dewasa yang mudah dalam proses berpikirnya, anak usia pra sekolah dan awal sekolah dasar belajar menggunakan benda-benda kongkret, keaktifan siswa amat dipentingkan, guru menyususun materi dengan menggunakan pola atau logika tertentu dari sederhana ke kompleks, guru menciptakan pembelajaran yang bermakna, memperhatikan perbedaan individual siswa untuk mencapai keberhasilan siswa.
·         Ketiga aliran humanistik, belajar adalah menekankan pentingnya isi dari proses belajar bersifat eklektik, tujuannya adalah memanusiakan manusia atau mencapai aktualisasi diri. Dalam praktiknya menggunakan teori belajar Ausebel, teori Bloom, Kolb. Aplikasi teori humanistik dalam pembelajaran guru lebih mengarahkan siswa untuk berpikir induktif, mementingkan pengalaman, serta membutuhkan keterlibatan siswa secara aktif dalam proses belajar.
·         Keempat teori belajar menurut aliran kontemporer, Teori kontemporer yang bermunculan saat ini banyak sekali di antaranya teori belajar sibernetik. Teori belajar sibernetik merupakan teori belajar yang relatif baru, jika dibandingkan dengan teori-teori belajar yang sudah dibahas sebelumnya. Teori ini berkembang sejalan dengan perkembangan teknologi dan ilmu informasi.
Berdasarkan teori tentang pembelajaran tersebut, maka dalam imlementasinya dibutuhkan pendekatan yang efektif demi mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Salahsatu pendekatan dala pembelajaran adalah pembelajaran mediatif. Pembelajaran mediatif  lebih menekankan pada keaktifan siswa dibandingkan guru dalam pembelajaaran.
B. Pengertian pembelajaran Mediatif
Pembelajaran mediatif adalah sebuah pendekatan yang dirancang oleh tenaga pengajar (guru) dalam mengembangkan pengetahuan siswa yang dikontruksikan dari pengalamannya, proses pembentukan berjalan terus-menerus dan setiap kali terjadi rekonstruksi karena adanya pemahaman yang baru (Siregar E & Nara H,2010:39). Berdasarkan hal tersebut, maka siswa sendiri yang mengartikan apa yang telah diajarkan dengan konstruksi yang telah dibangun sebelumnya. Pembelajaran mediatif itu sendiri dikembangkan berdasarkan teori belajar kontruktivistik. Teori kontruktivistik memahami belajar sebagai proses pembentukan (kontruksi) pengetahuan oleh si pebelajar itu sendiri.
 Dalam memahami tentang aliran kontruktivistik ini, dikemukakan ciri-ciri belajar berbasis konstruktivistik atau pendekatan mediatif. Ciri-ciri tersebut dikemukakan oleh Driver dan Oldham (1994):
1)      Orientasi, yaitu siswa diberi kesempatan untuk mengembangkan motivasi dalam mempelajarai suatu topic dengan member kesempatan melakukan observasi.
2)      Elistasi, yaitu siswa mengungkapkan idenya dengan jalan berdiskusi
3)      Reskonstruksi ide, klarivikasi ide dengan ide orang lain, membangun ide baru, mengevaluasi ide baru.
4)      Penggunaan ide baru dalam berbagai situasi , yaitu idea tau pengetahuan yang telah terbentuk perlu diaplikasikan pada bermacam-macam situasi.
5)      Review, yaitu dalam mengaplikasikan pengetahuan, gagasan yang ada perlu direvisi dengan menambahkan atau mengubah.

Olehnya itu, pengetahuan bukanlah kemampuan fakta dari suatu kenyataan yang sedang dipelajari, melainkan sebagai konstruksi kognitif seseorang terhadap objek, pengalaman, maupun lingkungannya. Menurut pandangan kontruktiistik, belajar merupakan suatu proses pembentukan pengetahuan. Pembentukan ini harus dilakukan oleh siswa. Siswa harus aktif melakukan kegiatan, aktif berpikir, menyusun konsep dan member makna tentang hal-hal yang telah dipelajari, tetapi yang paling menentukan gejala belajar adalah niat belajar siswa itu sendiri, sementara peran guru dalam pendekatan mediatif berperan membantu siswa untuk membentuk pengetahuannya itu sendiri. Guru tidak mentransferskan pengetahuan yang telah dimilkinya, melainkan membantu siswa untuk membentuk pengetahuannya itu sendiri dan dituntut untuk lebih memahami jalan pikiran atau cara pandang dalam belajar.
Peranan guru pada pendekatan mediatif ini lebih sebagai mediator dan fasilitator bagi siswa,yang meliputi kegiatan-kegiatan berikut ini.
a.         Menyediakan pengalaman belajar yang memungkinkan siswa bertanggung jawab,mengajar atau berceramah bukanlah tugas utama seorang guru.
b. Menyediakan atau memberikan kegiatan-kegiatan yang merangsang keingintahuan siswa dan membantu mereka untuk mengekspresikan gagasannya. Guru perlu menyemangati siswa dan menyediakan pengalaman konflik.
c.    Memonitor,mengevaluasi dan menunjukkan apakah pemikiran siswa berjalan atau tidak. Guru menunjukkan dan mempertanyakan apakah pengetahuan siswa dapat diberlakukan untuk menghadapi persoalan baru yang berkaitan.
B. Perbedaan Pembelajaran Tradisional dan Pembelajaran Mediatif
            Secara lebih rinci, adapun perbedaan pembelajaran tradisional dan pembelajaran mediatif adalah sebagai berikut:
NO
Pembelajaran Tradisional
Pembelajaran mediatif
1.       
Kurikulum disajikan dari bagian-bagan menuju keseluruhan dengan menekankan pada keterampilan-keterampilan dasar.
Kurikulum disajikan mulai dari keselluruhan menuju kebagian-bagian, dan lebih mendekatkan pada konsep-konsep lebih luas.
2.       
Pembelajaran sangat taat pada kurikulum yang telah ditetapkan
Pembelajaran lebih menghargai pada pemunculan pertanyaan dan ide-ide siswa
3.       
Kegiatan kurikuler lebih banyak mengandalkan pada buku teks dan buku kerja
Kegiatan kurikuler lebih banyak mengandalkan pada sumber-sumber data primer dan manipulasi bahan
4.       
Siswa dipandang sebagai “kertas kosong” yang dapat digoresi informasi oleh guru, dan guru-guru pada umumnya menggunakan cara didaktik dalam menyampaikan informasi kepada siswa.
Siswa dipandang sebagai pemikir yang dapat memunculkan teori-teori tentang dirinya.
5.       
Penilaian hasil belajar atau pengetahuan sisiwa dipandang sebagai bagian dari pembelajaran, dan biasanya dilakukan pada akhir pembelajaran dengan cara testing.
Pengukuran proses dan haasil belajar siswa terjalin didalam kesatuan kegiatan pembelajaran, dengan cara guru mengamati hal-hal yang sedang dilakukan siswa, serta melalui tugas-tugas pekerjaan
6.       
Siswa biasanya bekerja sendiri-sendiri, tanpa ada group dalam proses pembelajaran
Siswa benyak belajar dan bekerja didalam group



C. Implementasi Pembelajaran Mediatif
Dalam strategi mediatif, pelajar akan belajar melalui interaksi yang dirancang oleh guru yang mengarah kepada konsep membantu siswa dalam mengaplikasikan pengetahuan yang telah didapatkan untuk menyelesaikan masalah, membuat keputusan, mengenal asumsi-asumsi, menilai kebenaran asumsi, serta membuat keputusan dan hipotesis. Maka untuk mendukug pemebelajaran mediatif dibutuhkan metode-metode dalam implementasinya. Guru harus mampu membangkitkan semangat siswa dalam mengemukakan pendapat masing-masing melalui metode;
·         Diskusi terbuka‡
·         Penguasaan konsep‡
·         Pembentukan konsep
·         Inquiry‡
Selain Diskusi terbuka (open-ended) pendekatan utama yang lain dalam startegi mediatif adalah penguasaan konsep, pembentukan konsep dan penemuan konsep. Penggunaan konsep (menurut Bruner) adalah “Proses mendefinisikan konsep melalui cirri-ciri yang ditentukan dalam menggambarkan dengan tepat makna konsep tersebut”.  Dalam pembelajaran penguasaan konsep, guru perlu membimbing siswa melalui empat tahap.
·         Tahap pertama, guru-guru akan menjelaskan tujuan pembelajaran dan metode yang digunakan dalam menentukan konsep.
·         Tahap kedua, Siswa diminta memberikan contoh-contoh yang menggambarkan konsep tersebut dan mengembangkannya. Setelah siswa memberikan definisi dengan benar  barulah guru memaknai pembentukan konsep tersebut.
·         Tahap ketiga, Siswaa diminta membuat analisis tentang proses berfikir yang digunakan dalam penguasaan konsep.
·         Tahap terakhir adalah Tahap membuat penilaian tentang aktivitas yang dijalankan. Hal itu  akan berhasil apabila siswa dapat mengetahui dengan jelas contoh-contoh yang lain yang berkaitan dengan konsep yang diajarkan. Model Taba “pembelajaran berdasarkan konsep yang merupakan pengetahuan yang diajarkan kepada siswa, dan hubungannya dengan pembinaan pengetahuan ”.  Dalam hal ini siswa diajarkan melakukan pengamatan, dan menarik kesimpulan dari hasil pengamatan, memproses data berdasarkan pengamatan yang sama. Siswa kemudian mengkategorikan  dan melabelkan data dan  membentuk sistem konseptual.  Dalam proses ini, siswa dapat mengembangkan kemampuan berfikir mereka.
Metode yang lain dalam pembelajaran mediatif adalah inqury yaitu, guru perlu mengajar cara mengkaji sesuatu masalah dan mengemukakan masalah berdasarkan fakta dan pengamatan.Umumnya, metode  inkuiri adalah berlandaskan pada lima langkah yaitu, mengenal masalah, membuat hipotesis, mengumpul data, menganalisi data dan membuat generelisasi. Dengan menggunakan naluri ingin tahu siswa, strategi mediatif yang menggunakan pendektan inkuiri akan membantu siswa dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi pada masa yang akan datang dengan lebih bijaksana, memilih contoh yang relevan dan meperbaiki proses daya ingat dalam mengintegrasikan bahan ke dalam struktur kognitif mereka serta memudahkan proses  pengingatan kembali. Oleh karena itu, peranan guru dalam pembelajaran mediatif melalui pendekatan inkuiri adalah membina situasi masalah, menyediakan prosedur penemuan masalah, respon kepada penemuan masalah siswa,membantu siswa memberi fokus pemenuan mereka dan memudahkan penyelesaian masalah dikalangan siswa. Siswa diharapkan dapat mengumpulkan imformasi, memproses dan menilai gagasan sendiri sebelum membuat kesimpulan terhadap konsep yang telah dipelajari.
C. Tujuan impelementasi pembelajaran mediatif
Dalam strategi mediatif, peserta didik diajar oleh guru untuk :
a. Mengaplikasikan pengetahuan dalam menyelesaikan masalah.
b. Membuat keputusan.          
c. Mengetahui asumsi.
d. Menilai kebenaran asumsi, keputusan dan hipotesis.
Materi pelajaran yang merangsang dan menantang, kadang siswa merasa bosan dan tidak tertarik dengan materi yang sedang diajarkan. Untuk menghindari gejala yang seperti ini guru harus memilih dan mengorganisir materi sedemikikan rupa sehingga merangsang dan menantang siswa untuk mempelajarinya. Balikan atau penguatan kepada siswa, penguatan atau reinforcement mempunyai efek yang besar jika sering diberikan kepada siswa. Setiap keberhasilan siswa sekecil apapun, hendaknya ditanggapi dengan memberikan penghargaan.
Ditinjau dari aspek-aspek psikologi, setiap siswa memiliki karakteristik yang berbeda. Perbedaan individu baik secara fisik maupun secara psikis akan mempengaruhi cara belajar siswa tersebut, Dalam proses pembelajaran, guru perlu menghindar dalam membuat pertimbangan terhadap ide yang dikemukakan oleh siswa. Guru perlu membantu membimbing  dan menguji ide mereka. Siswa dianjurkan mengemukakan ide logis secara induktif dan deduktif.
Dalam pembelajaran mediatif peserta didik diberi kuasa dalam merancang dan mengontrol proses pembelajaran,peneyelesaian masalah,perencanaan dan penilaian. Hal ini melibatkan proses membantu siswa secara terus menerus dalam mengaplikasikan pengetahuan menyelesaiakan masalah dan konflik.














BAB III
KESIMPULAN

A. KESIMPULAN
Berdasarkan pembahasan diatas, maka dalam mengimplementasikan pembelajaran mediatif dibutuhkan metode-metode dalam prosesnya. Hal ini bertujuan untuk mendukung proses pembelajaran mediatif. Dengan penerapan metode-metode tersebut, diharapkan dapat menunjang proses pembelajaran mediatif  yang lebih, aktif, kretif, dan mandiri yang dilakukan oleh siswa itu sendiri dengan guru sebagai mediator dan fasilitator.










DAFTAR PUSTAKA
Badan  Standar Nasional Pendidikan. 2006.  Penyusunan KTSP Kabupaten/Kota; Panduan Penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta : Departemen Pendidikan Nasional.
Baedhowi. 2007. ‘Kebijakan Pengembangan Kurikulum’. Makalah disajikan dalam Seminar Nasional KTSP, UNNES, Semarang, 15 Maret 2007.
Darsono, Max. 2000. Belajar dan Pembelajaran. Semarang : IKIP Semarang Press.
Hamalik, Oemar. 1995. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta : Bumi Aksara.
Mulyasa, E. 2006. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan; Sebuah Panduan Praktis. Bandung : PT Remaja Rosdakarya. 
KTSP Pembelajaran Berbasis Kompetensi dan Konstekstual Panduan Bagi Guru, Kepala Sekolah, dan Pengawas Sekolah. Jakarta : PT Bumi Aksara. 2007.
Siregar E & Nara H. 2010. Teori Belajar dan Pembelajaran. Bogor: Penerbit Ghalia Indonesia.
Sugandi, Achmad. 2004. Teori Pembelajaran. Semarang : UPT MKK Unnes Press.
Sukmadinata, Nana Syaodih. 2004.  Pengembangan Kurikulum, Teori dan Praktek. Bandung : PT Remaja Rosdakarya.
Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa. 2005.  Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi Ketiga. Jakarta : Balai Pustaka.
W. S. Winkle. 1991. Psikologi Pembelajaran. Jakarta: PT Grasindo



0 komentar:

Posting Komentar

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Laundry Detergent Coupons