UJIAN
AKHIR SEMESTER
TEORI
SOSIAL, BUDAYA, DAN HUMANIORA
PROGRAM
DOKTORAL PIPS SPs UPI 2016
DOSEN:
Prof. Helius Sjamsuddin, Ph.D., MA
1.
Apa
yang membedakan semiotika ferdinand de
Saussure (1857-1913) dengan semiotika Charles Sanders Peirce (1839-1914)?
Apa nilai guna (usevalue) dari kajian semiotika ini bagi IPS?
Jawaban:
Yang membedakan semiotika ferdinand de Saussure dengan semiotika Charles Sanders Peirce adalah
“OBJEK”.
Objek bagi Saussure
disebut “Referent”. Hampir serupa
dengan Peirce yang mengistilahkan
interpretant untuk signified dan object untuk signifier, bedanya Saussure memaknai “objek” sebagai referent dan
menyebutkannya sebagai unsur tambahan dalam proses penandaan. Contoh: ketika
orang menyebut kata “anjing” Penanda(signifier)
dengan nada mengumpat maka hal tersebut merupakan tanda kesialan Tinanda(signified). Begitulah, menurut Saussure,
“Signifier dan signified merupakan kesatuan, tak dapat dipisahkan, seperti dua
sisi dari sehelai kertas”. Sedangkan Semiotika bagi Pierce adalah suatu tindakan (action),
pengaruh (influence) atau kerja sama
tiga subyek yaitu tanda (sign), obyek
(object) dan penafsir (interpretant).
Semiotika (semiotics) adalah salah satu dari ilmu yang oleh
beberapa ahli/pemikir dikaitkan dengan kedustaan, kebohongan, dan kepalsuan,
sebuah teori dusta. Jadi, ada asumsi terhadap teori dusta ini serta beberapa
teori lainnya yang sejenis, yang dijadikan sebagai titik berangkat dari sebuah
kecenderungan semiotika, yang kemudian disebut juga sebagai hipersemiotika
(hyper-semiotics). Dalam semiotika, bila segala sesuatu yang dalam terminologi
semiotika disebut sebagai tanda (sign), semata alat untuk berdusta, maka setiap
tanda akan selalu mengandung muatan dusta; setiap makna (meaning) adalah dusta;
setiap pengguna tanda adalah para pendusta; setiap proses pertandaan
(signification) adalah kedustaan.
USEVALUE
kajian Semiotika bagi IPS adalah:
Semiotika berperan penting dalam kajian
IPS terkhusus dalam kajian Ilmu Sosial Budaya secara umum yang merupakan sumber
ilham bagi sebuah paham pemikiran sosial yang dinamakan strukturalisme dalam Prinsip-prinsip
linguistic, seperti:
a) Bahasa adalah sebuaha fakta sosial.
b) Sebagai fakta sosial, bahasa
bersifat laten, bahasa bukanlah gejala-gejala permukaan melainkan sebagai
kaidah-kaidah yang menentukan gejala-gejala permukaan, yang disebut sengai langue. Langue tersebut
termanifestasikan sebagai parole, yakni
tindakan berbahasa atau tuturan secara individual.
c) Bahasa adalah suatu sistem atau
struktul tanda-tanda. Karena itu, bahasa mempunyai satuan-satuan yang
bertingkat-tingkat, mulai dari fonem, morfem, klimat, hingga wacana.
d) Unsur-unsur dalam setiap tingkatan
tersebut saling menjalin melalui cara tertentu yang disebut dengan hubungan
paradigmatik dan sintakmatik.
e) Relasi atau hubungan-hubungan antara
unsur dan tingkatan itulah yang sesungguhnya membangun suatu bahasa. Relasi
menentuka nilai, makna, pengertian dari setiap unsur dalam bangunan bahasa
secara keseluruhan.
f) Untuk memperoleh pengetahuan tentang
bahasa yang prinsip-prinsipnya yang telah disebut diatas, bahasa dapat dikaji
melalui suatu pendekatan sikronik, yakni pengkajian bahasa yang membatasi
fenomena bahasa pada satu waktu tertentu, tidak meninjau bahasa dalam
perkembangan dari waktu ke waktu (diakronis).
Referensi
:
Agus
S. Ekomadyo, 1999, Pendekatan Semiotika dalam Kajian Terhadap Arsitektur Tradisional di Indonesia Kasus :
Sengkelan Memet dalam Arsitektur Jawa, Surabaya,
Makalah Seminar Nasional Naskah Arsitektur Nusantara: Jelajah Penafsiran Arsitektural.
2.
Apa
yang dimaksud oleh Jean Baudrillard dengan simulacra dan simulation? Beri
beberapa contoh yang relevan dengan kajian IPS?
Jawaban:
Simulacra dan Simulasi paling
dikenal ketika diskusi membahas tentang
simbol, tanda-tanda, serta bagaimana mereka berhubungan dengan kelompok
sosial/masyarakat (eksistensi simultan). Baudrillard menyatakan bahwa realitas
dan makna di masyarakat telah diganti dengan simbol dan tanda-tanda, suatu
pengalaman manusia yang merupakan simulasi realitas. Selain itu, simulacra
tidak hanya menjadi mediasi realitas, tetapi juga mediasi yang menipu realitas;
pemikirannya tidak berbasis pada
kenyataan tetapi juga tidak
menyembunyikan kenyataan, sesuatu yang di sembunyikan hanyalah realitas relevan
terhadap pemahaman kita tentang kehidupan. Simulacra menurut Baudrillard adalah
suatu media signifikasi dan simbolisme budaya
yang dibangun dalam realitas, pemahaman yang diakuisisi dalam
kehidupan dalam keberadaan di lingkungan masyarakat. Konsep
Baudrillard mengenai simulasi adalah tentang penciptaan kenyataan melalui model
konseptual atau sesuatu yang berhubungan dengan “mitos” yang tidak dapat
dilihat kebenarannya dalam kenyataan. Model ini menjadi faktor penentu
pandangan kita tentang kenyataan. Segala yang dapat menarik minat manusia seperti seni, rumah, kebutuhan rumah tangga
dan lain-lain ditayangkan melalui berbagai media dengan model-model yang ideal,
disinilah batas antara simulasi dan kenyataan menjadi tercampur aduk sehingga
menciptakan hyperreality dimana yang
nyata dan yang tidak nyata menjadi tidak jelas.
Kebudayaan industri menyamarkan
jarak antara fakta dan informasi, antara informasi dan entertainment, antara
entertainment dan akses-akses politik. Masyarakat tidak sadar akan pengaruh
simulasi dan tanda(signs/simulacra), hal ini membuat mereka kerap kali berani
dan ingin mencoba hal yang baru yang ditawarkan oleh keadaan simulasi membeli,
memilih, bekerja dan lain-lain. Baudrillard mengartikan Simulacra dengan
realitas tiruan yang tidak lagi mengacu pada realitas sesungguhnya. Artinya
realitas sesungguhnya sudah dibelokkan yang kemudian benar-benar ditutup dari
acuannya. Akan tetapi, realitas ini belum sepenuhnya sempurna dikatakan sebagai
suatu realitas yang benar-benar real. Karena, hubungan timbal balik /
interaktif belum terjadi. Atau biasa disebut sebagai semi-realitas. Sedangkan,
Simulasi berarti tiruan. Maksudnya adalah realitas tiruan yang masih mengacu
pada realitas yang sesungguhnya.
ü Contoh
yang relevan dengan kajian IPS
realitas simulasi/simulacra yang
dihasilkan oleh berbagai teknologi baru micro processor, memory bank, remote
control, televise,telecard, laser disc, optic cable, drone – telah mampu
mengalahkan realitas yang sesungguhnya dan bahkan menjadi model acuan yang baru
bagi masyarakat. Citra lebih meyakinkan ketimbang fakta dan mimpi lebih
dipercaya ketimbang kenyataan sehari-hari. Inilah dunia hiperrealitas: realitas
yang lebih nyata dari yang nyata, semu dan meledak-ledak.
“Tekonologi media
Televisi, yang menayangkan berita tentang aksi 411 dan 212 yang ditayangkan
berulang-ulang serta disisipi advertising/ iklan yang seolah-olah
mendiskreditkan aksi yang super damai itu menjadi aksi yang seolah-olah menjadi
aksi gerombolan untuk makar”. Objek-objek asli yang merupakan hasil produksi
bergumul menjadi satu/menyatu dengan objek-objek hiperreal yang merupakan hasil
reproduksi.
Dengan televisi dan media massa,
realitas buatan (citra-citra) seolah menjadi lebih real dibanding realitas
aslinya. Lebih jauh, realitas buatan (citra-citra)
kini tidak lagi memiliki asal-usul, referensi ataupun kedalaman makna. Tokoh-tokoh film Star Wars,
Spiderman, boneka Barbie, Jurrasic Park,
atau bahkan minions yang semuanya merupakan citra-citra buatan adalah realitas
tanpa referensi, namun nampak seolah lebih dekat dan nyata ketimbang keberadaan saudara atau
teman kita sendiri. Dalam kondisi seperti ini, realitas, kebenaran, fakta dan
objektivitas kehilangan eksistensinya. Hiperrealitas adalah realitas itu
sendiri. Yakni, era yang dituntun oleh model- model
realitas tanpa asal-usul dan referensi, dimana yang nyata tidak sekedar dapat direproduksi, namun selalu dan
selalu direproduksi. Realitas-realitas hiper, seperti online media, Facebook,
Twitter, Disneyland, shopping mall dan televisi nampak lebih real daripada
kenyataan yang sebenarnya, dimana model, citra-citra dan kode hiperrealitas
bermetamoforsa sebagai pengontrol pikiran dan tindak-tanduk manusia.
Referensi:
Jean Baudrillard. 1981, Simulacres et Simulasi. Éditions Galilée:French.France. Diterjemahkan kedalam bahasa Inggris oleh: Sheila Glaser
1994 bentuk (Paperback): University
of Michigan Press. (On my collection of google book library).
Aziz, Imam,
2001, Galaksi Simulacra, LkiS: Yogyakarta.
Gunawan,
Arief, 2006, Membaca Baudrillard [http://ariefgunawan.blogspot.com/2016/26
Akses/membaca-baudrillard.html]
Utoyo,
Bambang, 2001, Perkembangan pemikiran Jean Baudrillard: dari realitas ke simulakrum, Perpustakaan Universitas
Indonesia: Jakarta.
3.
Ibnu
Khaldun di dalam Muqaddimahnya mencoba menampilkan hukum-hukum yang berlaku
umum (general laws) untuk masyarakat
dan sejarah. Bagaimana teorinya tentang bangkit dan runtuhnya peradaban?
Selanjutnya Bagaimana pendapatnya tentang masalah Ekonomi?
Jawaban:
Teori Ashabiyah Teori ini merupakan piranti yang membuat suatu masyarakat atau
kelompok solid dan indepeden, dan membuat kelompok lain menjadi lemah dan
tunduk padanya. Kelompok yang memiliki asabiyah yang kuat akan lebih unggul dibanding
kelompok yang lain.( Ibnu Khaldun, The Muqaddimah, (United Kingdom: Princeton Press,
1989), h. XI) Asabiyah berfungsi memberi perlindungan, memunkinkan menciptakan
pertahanan bersama, sanggup menggalang aspirasi, dan berbagai kegiatan lainnya.
Menurut Ibnu Khaldun, semua orang
memiliki kebanggaan akan keturunannya. Rasa saling sayang dan saling cinta
antara mereka dan rasa malu merupakan anugerah Allah pada setiap manusia.
Itulah yang melahirkan motivasi saling mendukung dan saling membantu.
Sebaliknya, sama-sama merasa terhina dan terluka tatkala dilecehkan dan
diperlakukan tidak adil. Adanya solidaritas yang kuat merupakan suatu keharusan
bagi bangunnya suatu dinasti atau negara. Berdasarkan
teorinya ‘ashabiyah, Ibn Khaldun membuat teori tentang tahapan timbul
tenggelamnya suatu Negara atau sebuah peradaban menjadi lima tahap sebagai
berikut: 1.Tahap sukses
atau tahap konsolidasi, 2. Tahap tirani, 3. Tahap sejahtera, 4. Tahap kepuasan
hati, tentram dan damai, 5. Tahap hidup boros dan berlebihan.
Ibnu Khaldun juga menuturkan bahwa
sebuah Peradaban besar dimulai dari masyarakat yang telah ditempa dengan
kehidupan keras, kemiskinan dan penuh perjuangan. Keinginan hidup dengan makmur
dan terbebas dari kesusahan hidup ditambah dengan ‘Ashabiyyah diantara mereka
membuat mereka berusaha keras untuk mewujudkan cita-cita mereka dengan
perjuangan yang keras. Impian yang tercapai kemudian memunculkan sebuah
peradaban baru. Dan kemunculan peradaban baru ini pula biasanya diikuti dengan
kemunduran suatu peradaban lain. Tahapan-tahapan diatas kemudian terulang lagi,
dan begitulah seterusnya hingga teori ini disebut Teori Siklus.(
http://id.wikipedia.org/wiki/Teori_Siklus_Ibn_Khaldun)
Jangan
menegakkan negara di mana pemahaman syari’ah belum mantap dan ekonomi ummat
belum kuat.
|
ü
Pendapat
Ibnu Khaldun tentang masalah Ekonomi
Ibnu Khaldun adalah raksasa
intelektual paling terkemuka di dunia. Ia bukan saja Bapak sosiologi tetapi
juga Bapak ilmu Ekonomi, karena banyak teori ekonominya yang jauh
mendahului Adam Smith dan Ricardo. Artinya, ia lebih dari tiga abad
mendahului para pemikir Barat modern tersebut. Muhammad Hilmi Murad
telah menulis sebuah karya ilmiah berjudul Abul Iqtishad : Ibnu Khaldun. Artinya
Bapak Ekonomi : Ibnu Khaldun. Dalam tulisan tersebut Ibnu Khaldun
dibuktikannya secara ilmiah sebagai penggagas pertama ilmu ekonomi secara
empiris. Tulisan ini menurut Zainab Al-Khudairi, disampaikannya pada
Simposium tentang Ibnu Khaldun di Mesir 1978. Sebelum teori Ibnu Khaldun muncul,
kajian-kajian ekonomi di dunia Barat masih bersifat normatif, adakalanya dikaterkadang
pengkajiannya dari perspektif hukum, moral bahkan dari perspektif
filsafat. Karya-karya tentang ekonomi oleh para imuwan Barat, seperti ilmuwan
Yunani dan zaman Scholastic bercorak tidak ilmiah, karena pemikir zaman
pertengahan tersebut memasukkan kajian ekonomi dalam kajian moral dan hukum.
Sedangkan
Ibnu Khaldun mengkaji problem ekonomi masyarakat dan negara secara empiris. Ia
menjelaskan fenomena ekonomi secara aktual. Muhammad Nejatullah Ash-Shiddiqy,
menuliskan poin-poin penting dari materi kajian Ibnu Khaldun tentang ekonomi
dalam bahasa Inggris yang artinya :
(Ibn Khaldun membahas aneka ragam
masalah ekonomi yang luas, termasuk ajaran tentang tata nilai, pembagian kerja,
sistem harga, hukum penawaran dan permintaan, konsumsi dan produksi, uang,
pembentukan modal, pertumbuhan penduduk, makro ekonomi dari pajak dan
pengeluaran publik, daur perdagangan, pertanian, indusrtri dan perdagangan, hak
milik dan kemakmuran, dan sebagainya. Ia juga membahas berbagai tahapan yang
dilewati masyarakat dalam perkembangan ekonominya. Kita juga menemukan paham
dasar yang menjelma dalam kurva penawaran tenaga kerja yang kemiringannya
berjenjang mundur).
Referensi:
Azyumardi Azra, 2002.Historiografi
Islam Kontemporer; Wacana, Aktualitas, dan
Aktor Sejarah, Gramedia Pustaka Utama.
Haroon
Khan Sherwani, Studies in
Muslim Political Thought and Administration, Lahore: S. H. Muhammad Ashraf,
1970
http://id.wikipedia.org/wiki/Teori_Siklus_Ibn_Khaldun
(diakses 29-10- 2016.konten belum
memenuhi standar Wikipedia)
Ibnu
Khaldun, 1989. The Muqaddimah, United Kingdom: Princeton Press.
Munawir
Sjadzali, 1993. Islam dan Tata
Negara; Ajaran Sejarah dan Pemikiran, Jakarta: UI Pres,
4.
Jelaskan
teori social structuration dari
Anthony Giddens, Berilah sebuah contoh?
Jawaban:
Dalam The Constitution
of Society, Giddens menekankan peran interpretasi dan sistem makna dalam
hidup manusia. Manusia adalah subjek dan pelaku sebagai dualitas yang saling
mendukung. Manusia adalah subjek yang aktif dan kreatif. Giddens menolak
pendapat bahwa manusia adalah boneka ciptaan aturan-aturan dan struktur-struktur
eksternal. Menurutnya struktur berada diluar individu. Struktur memiliki
keberadaan yang sebenarnya dalam pola-pola pikir, berisi aturan-aturan dan
sumber-sumber (pengetahuan, kemampuan, dan kecakapan praktis) yang diperoleh
seseorang melalui sosialisasi. Struktur sebagai medium dan hasil dari tindakan.
Struktur menjadi medium karena seseorang tidak dapat bertindak tanpa kemampuan
dan pengetahuan yang sudah terbatinkan. Struktur menjadi hasil karena pola
budaya yang luas direproduksi ketika digunakan. Strukturalisasi menangkap
gambaran tentang hidup sisal sebagai proses timbal balik antara
tindakan-tindakan individual dan kekuatan-kekuatan sosial.
Teori strukturasi menunjukkan bahwa agen manusia secara
kontinyu mereproduksi struktur sosial – artinya individu dapat melakukan
perubahan atas struktur sosial. Struktur mengacu tidak hanya pada aturan-aturan
yang disiratkan dalam produksi dan reproduksi sistem-sitem sosial namun juga
pada sumberdaya-sumberdaya. Giddens berpandangan perubahan itu dapat terjadi
bila agen dapat mengetahui gugus mana dari struktur yang bisa ia masuki dan
dirubah, gugus tersebut antara lain gugus signifikansi, dominasi, dan
legitimasi. Struktur penandaan atau signifikansi yang menyangkut
sekamata simbolik, pemaknaan, penyebutan dan wacana. Struktur penguasaan atau dominasi yang mencakup
skemata penguasaan atas orang (politik) dan barang atau hal (ekonomi).
Sedangkan struktur pembenaran (legitimasi) yang menyangkut skemata peraturan
normative yang terungkap dalam tata hukum.
Menurut teori strukturasi, domain dasar kajian ilmu-ilmu
sosial bukanlah pengalaman aktor ataupun
keberadaan setiap bentuk totalitas kemasyarakatan, melainkan praktik-praktik
sosial yang terjadi di sepanjang ruang dan waktu. Aktivitas sosial memiliki
tujuan bahwa aktivitas-aktivitas sosial tidak dilaksanakan oleh aktor sosial
melainkan secara terus menerus mereka ciptakan melalui alat-alat yang digunakan
untuk mengekspresikan dirinya sendiri sebagari aktor. Teori Strukturasi
memusatkan pada praktik sosial yang berulang itu pada dasarnya adalah sebuah
teori yang menghubungkan antara agen dan struktur yang tidak dapat dipisahkan
karena keduanya seperti dua mata uang logam
yang memiki hubungan rangkap dua. Tolok ukur analisisnya ada pada
tindakan manusia,artinya aktivitas
“tidak dibuat sekali jadi oleh aktor sosial, tetapi secara terus menerus tercipta
secara berulang-ulang melalui suatu cara, dan dengan cara itu juga mereka
menyatakan diri mereka sendiri sebagai aktornya dalam segala aktifitas, agen
menciptakan kondisi yang memungkinkan aktivitas ini berlangsung”.
Aktivitas tidak dihasilkan melalui kesadaran, melalui
konstruksi tentang realitas, atau tidak diciptakan oleh struktur sosial dan
melalui praktik sosial itulah kesadaran
maupun struktur diciptakan. Gidden memusatkan pada kesadaran atau
refleksivitas. Dalam merenung (reflexive)
manusia tak hanya merenungi diri sendiri, tetapi juga terlibat dalam memonitor
aliran terus-menerus dari aktivitas dan kondisi struktural. Secara umum Giddens
memusatkan perhatian pada proses dialektika dimana praktik sosial, struktur,
dan kesadaran diciptakan. Yang menjelaskan bahwa masalah agen-struktur secara
historis, processual, dan dinamis.
Manusia melakukan tindakan secara sengaja untuk
menyelesaikan tujuan-tujuan mereka, pada saat yang sama, tindakan manusia
memiliki unintended consequences (konsekuensi
yang tidak disengaja) dari penetapan struktur yang berdampak pada tindakan
manusia selanjutnya. Manusia menurut teori ini yaitu agen pelaku bertujuan yang
memiliki alasan-alasan atas aktivitas-aktivitasnya dan mampu menguraikan alasan
itu secara berulang-ulang.
Contoh:
Gelaran
Ningrat “ANDI” di Suku Bugis.
Gelar
ANDI pada suku Bugis biasanya disematkan di depan nama orang yang dalam
silsilahnya adalah keturunan dari Raja,penyebutan kepada orang yang mempunyai
gelaran itu adalah PUANG. Contoh Strukturasi Sosial:
Andi
Ahsan : Adalah keturunan Raja,tapi pekerjaannya kuli bangunan,Ekonominya pas-pasan.
Sofyan
: Bukan keturunan Raja,pekerjaannya sebagai Kepala Desa,Ekonominya berlebih,suka membantu
orang miskin.Karena berwibawa,Kaya dan Dermawan,Masyarakat
memanggil/menyebutnya PUANG.
ü Sofyan adalah individu yang dapat
melakukan perubahan atas struktur sosial, karena ada pengalaman praktik-praktik
sosial yang terjadi di sepanjang ruang dan waktu.
Referensi:
Giddens,
A. 1979. Central Problems in Social
Theory. London and Basingstoke:
The Macmillan Press Ltd.
Giddens,
A.1984. The constitutionof
society-Outline of The Theory of Structuration,Polity
Press
Catatan:
ü Serahkan
sepuluh hari setelah penyerahan soal ini.
ü Sebutkan
sumber-sumber kutipan dari setiap jawaban soal-soal
ü Selamat
bekerja sendiri!
Bandung, 26 Desember 2016
Penyusun
Ahsan Sofyan, S.E., M.Pd
Nim. 1603055
0 komentar:
Posting Komentar